Bupati Kayong Utara Citra Duani didampingi Istri selaku Ketua TP. PKK Kayong Utara Yayuk Winarti melakukan panen perdana tanaman holtikultura pada salah satu kebun milik Tim Patroli Hutan Desa Penjalaan di Desa Penjalaan, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, pada Sabtu (8/4/2023).
Pada kesempatan panen tanaman Holtikulra tersebut, Bupati Citra berkesempatan melakukan panen tanaman timun.
“Buah timun yang telah kita panen murupakan salah satu tanaman holtikultura yang telah memanfaatkan perkarangan rumahnya dengan baik sehingga hasil ini secara tidak langsung akan berdampak baik untuk meningkatkan perekononian keluarga,” tutur Citra.
Panen tersebut dilakukan di kebun Suparjan, salah satu petani holtikultura binaan Yayasan Palung yang juga merupakan anggota Tim Patroli Hutan Desa.
Suparjan berkebun untuk mengisi waktu luangnya ketika ia tidak melakukan patroli rutin di Kawasan hutan desa.
Beberapa tanaman holtikultura yang petani tanam di lahan pertanian mereka antara lain seperti tanaman cabai, timun, kangkung dan tanaman lainnya.
Lebih lanjut, Bupati Citra Duani mengajak masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam tanaman di pekarangan rumah dengan harapan bisa membantu perekonomian keluarga.
Citra Duani juga mengajak agar para petani di Penjalaan agar bisa bersinergisitas dengan Dinas Pertanian Kayong Utara.
Bertani holtikultura seperti Suparjan lakukan ini merupakan salah satu cara yang dilakukan agar masyarakat bisa memanfaatkan lahan pekarangan di sekitar rumah atau memanfaatkan lahan tidur.
Cara seperti ini juga sebagai langkah agar masyarakat mengurangi aktifitas di Kawasan hutan atau dengan kata lain agar tidak merambah hutan lagi.
Di Desa Penjalaan juga saat ini, masyarakat sedang giat melakukan budidaya tanaman kopi. Kelompok LDPHD sudah membuat tempat penjemuran kopi, dengan harapan agar kopi yang dijemur tersebut lebih bersih.
Budidaya tanaman tanaman kopi menjadi peluang baru di Kayong Utara, karena kopi dari Kayong Utara sudah semakin di kenal, bahkan hingga ke luar negeri.
Edi Rahman, selaku Direktur Lapangan Yayasan Palung, mengatakan, dalam pengembangan budidaya tanaman kopi serta pemberian bantuan tempat penjemuran kopi Yayasan Palung bekerjasama dengan Fauna & Flora International (FFI).
Seperti diketahui, Kelompok Tani Holtikultura yang ada desa Penjalaan merupakan binaan Yayasan Palung.
Sebagai informasi Yayasan Palung selalu rutin melakukan patroli di Kawasan hutan desa Penjalaan.
Dalam kegiatan tersebut dihadiri beberapa kepala OPD Kayong Utara, Pemerintah Desa Penjalaan, Ketua dan Anggota dari Lembaga Desa Pengelola Hutan Desa (LDPHD) Penjalaan dan Edi Rahman, Direktur Lapangan Yayasan Palung.
Selain melakukan panen tanaman holtikultura, Bupati Kayong Utara Citra Duani juga menyerahkan bantuan berupa sembako kepada masyarakat kurang mampu yang ada di desa Penjalaan.
Tulisan ini sebelumnya dimuat di :
Pit-YP
Bumi tak ubah seperti rumah bersama yang senantiasa keberadaannya harus terus menerus dijaga dan dirawat keberadaannya oleh semua kita.
Ia (Bumi) sudah semestinya menjadi bagian utama dalam tatanan kehidupan. Sebagai rumah tempat tinggal ia semestinya perlu dirawat dan dijaga keberadaannya saat ini. Mengingat, ia sudah semakin renta. Namun, bukan berarti kita lantas membiarkannya begitu saja.
Lalu, bagaimana dengan apa yang terjadi kepada nasib bumi kini dan apa yang bisa kita lakukan?
Pertanyaan ini tentu saja erat kaitannya dengan apa yang terjadi saat ini, terlebih tentang bagaimana sikap, kesadaran dan perilaku kita memperlukan bumi ini.
Nasib bumi ini sering kali (di/ter)abaikan oleh kita sebagai penjaga yang mendiaminya. Seperti terlihat, kita tidak jarang acuh tak acuh dengan keberlanjutan nasib bumi ini.
Tidak hanya sebagai rumah, bumi juga sebagai ibu karena ia merawat dan menjaga kita dari berbagai ancaman yang ada karena ulah kita.
Mengingat, bumi menjadi bagian terpenting untuk selalu menjadi perhatian serius semua kita, siapa saja.
Sebagai bentuk dari kepedulian Bersama, lahirnya hari bumi yang selalu kita peringati setiap tanggal 22 April sebagai ajakan dan kepedulian kita semua kepada nasib bumi ini. Adapun lahirnya hari bumi atau Earth Day yang kini diperingati setiap tanggal 22 April pertama kali diselenggarakan pada 22 April 1970 di Amerika Serikat. Penggagasnya adalah Gaylord Nelson, seorang senator Amerika Serikat dari Wisconsin yang juga pengajar lingkungan hidup.
Kesehatan bumi ada pada tangan kita semua saat ini, Di usianya yang semakin renta tentu banyak sakit penyakit semakin sering menderanya.
Panas bumi yang semakin tidak terkendali atau dengan lain semakin membakar kulit, ditambah pula oleh cuaca yang tidak menentu (anomali cuaca), terkadang hujan turun kentara kelihatan yang membawa banjir dan kering kerontang yang sering menghampiri ketika kemarau tiba, ini menjadi bukti nyata bumi perlu menanti asa dari semua kita.
Mungkinkah kita bisa bertahan terus menerus tanpa bumi yang sehat? Otomatis, bila kita masih menginginkan bumi yang sehat maka ada tindakan dan kepedulian Bersama pula.
Sebagai rumah bersama, bumi perlu tindakan nyata untuk terus menerus dirawat, dijaga dan dilestarikan dengan cara-cara sederhana yang kita miliki.
Tindakan-tindakan kita sehari-hari tanpa kita sadari acap kali membuat ibu bumi semakin sulit sembuh dari sakit penyakitnya.
Sudahkah kita hemat air, hemat listrik, tidak membuang sampah sembarangan? Bila ya, berarti ada kepedulian yang masih boleh kita jalankan untuk berpihak kepada nasib bumi ini.
Namun jika kita tidak atau belum melakukannya, perlahan-lahan bolehlah kiranya untuk memulai peduli pada bumi dengan cara-cara sederhana yang semestinya bisa lakukan.
Hal lainnya yang bisa kita lakukan untuk mendukung nasib bumi agar boleh berlanjut diantaranya menggunakan produk yang ramah lingkungan seperti mengurangi penggunaan kantong plastik.
Selanjutnya, aksi nyata lainnya yang bisa kita dilakukan seperti melakukan penanaman pohon dan mendaur ulang apapun yang bisa didaur ulang menjadi barang yang bermanfaat.
Nasib bumi ini ada pada kita semua, tergantung bagaimana kita memperlakukannya. Bila ia (bumi) tidak disapa/diperhatikan dengan cara-cara sederhana atau kepedulian kita maka ia mungkin semakin sulit melindungi kita dari apa yang terjadi selama ini (banjir, tanah longsor, kekeringan, perubahan iklim dan lainnya) semakin kian terasa mendera.
Bumi sebagai ibu dan sekaligus sebagai rumah kita bersama menanti semua kita untuk peduli dengan cara-cara sederhana yang kita miliki. Peduli berarti ada harapan ibu bumi untuk terus sehat di usianya yang semakin renta ini.
Ibu bumi selalu memberi tanpa pamrih kepada kita semua, berharap kita pun bisa memberi sesuatu kepada bumi tanpa paksaan. Bumi sehat, kita pun sehat.
Petrus Kanisius
(Yayasan Palung)
Dari Subuh, menjelang senja menyapa, menjalankan titah ibadah puasa
Hari demi hari teduh, melaksanakan kewajiban dari Yang Kuasa untuk menahan lapar juga dahaga
Berpuasa menyambut Ramadhan, bulan yang penuh Suci dan ampunan
Menunaikan sholat sebagai penanda untuk bersyukur juga memohon ampun atas dosa dan perbuatan
Waktu sebulan sudah pasti tak sedikit rintangan, tantangan dan cobaan yang menghadang
Berpuasa dengan seiklhas hati, sepenuh jiwa untuk membuka saling memahami
Waktu demi waktu tidak terasa, tetapi pasti terus belalu membentang menjelang  
Ibadah puasa berarti menahan diri dan saling memahami dan mengampuni
Sebulan penuh, masa-masa yang harus dijalani untuk menabung pahala
Bersama berharap handai taulan menanti kasih dengan silaturahmi
Selamat menjalankan Ibadah puasa dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa di hari nan Fitri.
Pit
(Yayasan Palung)
Selasa (4/4/2023), Keluarga besar Yayasan Palung (YP) berkesempatan menggelar buka puasa Bersama.
Buka puasa bersama atau yang sering kita sebut sebagai Bukber sejatinya sudah menjadi tradisi bagi kita, warga Indonesia untuk dilakukan setiap bulan Ramadhan tiba.
Jika boleh dikata, kegiatan buka puasa seperti ini menjadi salah satu cara untuk mempererat silaturahmi.
Tidak hanya dengan keluarga ataupun teman dekat, buka bersama bahkan bisa menjadi momen pertemuan dengan teman lama ataupun juga bersama rekan kerja. Buka bersama seperti ini bisa menjadi salah satu ajang silaturahmi satu sama lainnya dengan rekan kerja.
Melansir berbagai sumber, tidak diketahui dengan pasti kapan munculnya tradisi buka bersama di Indonesia ini dimulai. Namun tradisi buka puasa bersama sudah dilakukan sejak lama, bahkan sudah puluhan atau ratusan tahun silam.
Seperti tertulis dalam hadis, “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga”, Berdasarkan Hadis riwayat HR Tirmidzi no. 807.
(Yayasan Palung)
Merindu, itu kata yang bisa kuucapkan kepada napas-napas segala bernyawa
Merindu agar tak layu dan tak rebah
tentang nasib tajuk-tajuk yang berdiri kokoh agar tak goyah diterpa selain angin
agar tak rebah, rebah berarti mati ataupun luluh layu
Merindumu menanti asa, agar hal itu (tak layu dan tak rebah) lagi
tentang kisah yang selalu menyana, mengata
agar kiranya hutan yang dikata sebagai penopang tak lagi rebah tak berdaya
agar satwa boleh bercengrama riuh tapi bukan gaduh
Tanam tumbuh biarlah menjadi tajuk-tajuk dan tunas-tunas baru
Bukan lalu hilang lenyap rebah tak bersisa
Burung-burung, primata tak terkecuali orangutan selalu rindu pakan yang raya
Bukan petaka atau sengketa
Rindu, merindu;
rimba yang harus selalu raya
Raya akan buah melimpah
Manusia yang selalu ramah
Napas segala bernyawa rerata dalam nyata
Khawatir layu dan rebah akan terjadi lagi
Kiranya burung-burung masih boleh berkicau, menari dan ke sana kemari
Primata boleh bebas lepas berkelana, bergelantungan berayun-ayun sepanjang waktu
Merindu berarti pula berharap akan bagaimana cara ada muncul rasa
Karena,
Rimbunnya tajuk-tajuk masih bisa menjadi pelindung dari sengatan sinar matahari
Tanam tumbuh sumber pakan yang tak boleh rebah dan layu
Sebagai pengingat, hutan alam ini sesekali berbicara dalam bahasanya sendiri
Namun, terkadang alam ini tak jarang sering dikata tidak bersahabat
Apakah benar alam ini yang tidak bersahabat? atau kita manusia yang tidak bersahabat?
Entahlah, tetapi yang pasti hutan alam ini segalanya bagi semua maka ia tak boleh layu dan rebah.
Tulisan ini juga dimuat di :
https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/642a6729a6765541f94da613/merindumu-agar-tak-layu-dan-rebah
Petrus Kanisius
(Yayasan Palung)
Selama bulan ramadhan, seluruh umat muslim diharuskan untuk menahan lapar dan dahaga selama lebih dari 12 jam. Sehingga dengan kondisi demikian, tubuh tidak akan terhidrasi dengan baik dan tidak pula terpenuhi kebutuhan vitamin hariannya.
Tips menjaga kesehatan tubuh selama bulan ramadhan menjadi penting untuk dipahami dan diterapkan dengan baik.
Berikut ini adalah beberapa tips menjaga kesehatan selama bulan ramadhan agar kondisi tubuh senantiasa berada dalam kondisi yang fit dan siap untuk menjalani ibadah dan aktivitas. Diantaranya adalah ;
1. Pola Makan Sahur yang baik
Sahur memiliki peran yang sangat penting untuk menjaga stamina tubuh selama menjalankan ibadah puasa dan aktivitas ketika di siang hari. Untuk itu, perbanyak konsumsi makanan yang tinggi serat seperti buah dan sayur, serta hindari makanan yang tinggi minyak karena akan menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan kantuk di siang hari.
2. Pola makan saat berbuka
Langsung mengkonsumsi makanan yang banyak ketika berbuka puasa, akan menyebabkan perut menjadi sesak, sehingga makan makanan secukupnya secara bertahap, dimulai dengan mengkonsumsi air putih dan sedikit makanan manis.
3. Menjaga pola makan malam
Makan malam terlalu banyak saat malam hari akan menyebabkan seseorang mengalami obesitas, sehingga harus dihindari. Selain itu juga hindari konsumsi kopi dan soda karena akan menyebabkan sulit tidur dan menimbun banyak lemak.
4. Aktivitas fisik (olahraga) minimal 30 menit
Meskipun sedang berpuasa, aktivitas fisik masih sangatlah penting untuk menjaga kebugaran tubuh
5.  Menjaga pola tidur
Jika harus melakukan persiapan untuk sahur dan bangun di pagi hari, maka hindari tidur terlalu malam untuk keperluan yang tidak terlalu penting.
Dengan menerapkan 5 panduan hidup sehat diatas, diharapkan mampu menjaga kesehatan selama menjalankan ibadah puasa di bulan Suci Ramadhan.
Sumber : https://upk.kemkes.go.id
(Yayasan Palung)
Tidak terdapat di wilayah lain, ini alasan satwa ini disebut endemik. Ya, endemiknya primata yang memiliki ciri khas hidungnya mancung ini menjadi sebuah keharusan untuk dilestarikan agar tidak punah.
Hidup berkelompok, itu ciri khas dari Proboscis monkey, nama si bekantan dalam bahasa inggris. Memiliki hidung mancung yang sedikit menyerupai belalai monyet ini disebut juga Long-Nosed Monkey. Dalam kelompoknya, biasanya bekantan memiliki 5 sampai 6 ekor atau biasanya ada hingga 8 ekor dalam satu kelompoknya. Biasanya, setiap kelompok dipimpin oleh satu jantan dewasa.
Julukan atau nama lain dari primata ini selain si hidung mancung juga sering disebut monyet belanda. Tidak hanya itu, nama lainnya juga bentang/bontang. Sedangkan nama aslinya primata yang dimaksud adalah Bekantan.
Bekantan disebut endemik asal Kalimantan, karena beberapa alasan; salah satunya karena di sepanjang sungai di Kalimantan terdapat sumber pakan yang melimpah. Alasan lainnya karena bekantan hanya terdapat di wilayah hutan mangrove seperti di pinggir sungai seluruh Wilayah Kalimantan dan tidak terdapat di wilayah lainnya di Indonesia. Di negara tetangga, seperti di Serawak dan Brunei Darussalam malah ada si hidung mancung. Salah satu alasannya, bisa jadi karena wilayah Kalimantan berdekatan/berbatasan dengan kedua negara tetangga tersebut yang memungkinkan sebaran populasi serta kemiripan daerahnya yang membuat bekantan ada di wilayah tersebut.
Bekantan yang memiliki nama latin Nasalis larvatus sepanjang hidupnya mendiami pesisir (pinggir) sungai dan memperoleh sumber pakan atau memakan berupa pucuk daun diantaranya pucuk daun Nyatoh/ketiau (Palaquium spp.), daun putat (Barringtonia spp.), kayu malau (Diospiros, spp.), pohon rasau (jenis Pandanus, spp.).
Pemerintah Indonesia telah memasukkan bekantan sebagai satwa dilindungi dan mengelompokkannya ke dalam status endangered (terancam punah). Bekantan juga masuk dalam daftar CITES sebagai Apendix I atau tidak boleh diperdagangkan baik secara nasional maupun international. Sungguh pun demikian, satwa ini tak surut tertekan ancaman.
Pit-YP
Tidak kurang satu jam setengah Gene Rafael Estrada dari University of Michigan, USA berkesempatan menjadi pembicara dalam kuliah umum, tentang penelitiannya kepada Mahasiswa/i Prodi Magister Biologi Pascasarjana Universitas Nasional (UNAS) melalui Zoom meeting pada Sabtu pagi (25/3).
Kegiatan kuliah umum ini diselenggarakan oleh Prodi Magister Biologi Pascasarjana Universitas Nasional (UNAS). Kegiatan ini dibuka langsung oleh Dr. Fitriah Basalamah, M.si. selaku Ketua Program Magister Biologi UNAS.
Pada kesempatan tersebut, Gene sapaan akrabnya menyampaikan materi tentang “Measuring Forest Structure as a Predictor of Primate Ground Use” yang merupakan hasil penelitian yang ia lakukan di Stasiun Riset Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung.
Foto saat kuliah umum sedang dilaksanakan via Zoom yang diselenggarakan oleh Prodi Magister Biologi Pascasarjana UNAS. (Foto : Dr. Fitriah Basalamah/UNAS).
Saat menyampaikan materi presentasinya kepada 30 peserta yang mengikuti kegiatan tersebut, Gene bercerita banyak terkait penelitiannya tentang struktur hutan yang berfocus ke habitat dan primata.
Pada kesempatan itu pula, Gene mempresentasikan tentang bagaimana ia menggunakan alat yang ia gunakan untuk memetakan struktur hutan dengan menggunakan alat yaitu LiDAR.
Selain itu juga, Gene menggunakan hasil data lainnya sebagai pendukung dalam melakukan analisis datanya seperti Kamera jebakan, cuaca (suhu dan curah hujan), dan fenologi pohon yang diambil dari tahun 2015 – 2020 oleh proyek penelitian Dr. Andrew J. Marshall.
Penelitian Gene di lapangan, dilakukan selama 1 bulan untuk melakukan pemindaian LIDAR dan memperoleh data metrik struktur hutan.
Dalam penyampaian materi presentasinya, Gene menceritakan, beberapa primata seperti orangutan dan monyet ekor panjang berhasil terekam kamera trap.
Selain itu juga, Gene menceritakan tentang 7 habitat hutan yang ada di Taman Nasional Gunung Palung, yaitu; hutan mangrove, hutan rawa, hutan aluvial, dataran rendah tropis, hutan dataran tinggi tropis, dan hutan sub-alpine.
Sebagai moderator dalam kuliah umum tersebut adalah Dr. Suci Utami Atmoko yang merupakan Dosen Biologi UNAS.
Seperti diketahui, penelitian yang Gene lakukan ini sebagai salah satu syaratnya untuk meraih gelar doktor.
Dalam kesempatan tersebut, diikuti pula oleh Wahyu Susanto, selaku Direktur Penelitian Yayasan Palung.
Serangkaian kegiatan tersebut berjalan dengan lancer dan sesuai dengan rencana, diakhir kegiatan tersebut, Dr. Tatang Mitra Setia, M.Si. selaku Dekan Fakultas Biologi dan Pertanian UNAS.
Tulisan ini juga dimuat di :
Pit-YP
Tidak bisa disangkal tubuh yang sehat akan memberi banyak manfaat, karena tubuh yang sehat dan bugar dapat mencegah tubuh kita agar tidak terserang oleh berbagai penyakit. Demikian juga dengan hutan, apabila hutan sehat dapat memberikan manfaat bagi sebagian besar makhluk hidup lainnya.
Tak ubah seperti ibu, hutan selalu menjaga, merawat dan memberi manfaat. Tentu ia (hutan) harus selalu sehat sampai kapan pun.
Cerita jerit tangis tentang nasib hutan, makhluk hidup lainnya dan manusia sering kali menjadi sebuah tanda nyata bahwa bumi, hutan alam ini perlu disentuh (ditanam, dirawat, dijaga dan dilestarikan) agar ia sehat dan sebaliknya bisa merawat kita manusia.
Seperti pada hari ini misalnya, tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Hutan Sedunia (Hari Hutan Internasional). Tentu ini menjadi pengingat bagi kita semua sejak peresmiannya oleh Majelis Umum PBB pada tahun 2012 agar Hari Hutan Sedunia (Hari Hutan Internasional) diperingati pada tanggal 21 Maret setiap tahunnya.
Tahun ini, PBB mengusung Tema Hari Hutan Sedunia (Hari Hutan Internasional) 2023 adalah “Forests and health” atau “Hutan dan kesehatan”.
Makna dari hutan dan kesehatan, tentu saja ini menjadi peringatan yang sangat penting dan menjadi refleksi bagi kita semua pula, agar kiranya keberlanjutan dari nasib napas hidup semua makhluk hidup masih boleh berlanjut hingga nanti.
Tentu saja, apabila hutan dan manusia sama-sama sehat akan memberi dampak baik (manfaat pula bagi ragam makhluk lainnya.
Riuh rendah ragam satwa menjadi penanda warna-warni harmoni di hutan. Hadirnya ragam satwa Bersama keindahan hutan alam ini pun selalu didamba karena bisa menjadi pengobat rindu dan rasa, penghapus dahaga. Mengingat, hutan ini menjadi rumah (habitat) hidup sekaligus juga menjadi perpustakaan alam karena ragam mega biodiversitasnya.
Kita sudah semakin sering menerima tanpa pamrih manfaat yang diberi oleh hutan dan satwa. Adanya hutan karena ragam satwa seperti burung enggang, orangutan, kelempiau karena peranhnya sebagai petani hutan boleh menyemai setiap waktu.
Hadirnya satwa yang boleh dikata sebagai petani itulah memiliki peran yang tidak sedikit bagi hadirnya hutan alam ini sampai hari ini, walaupun saat ini hutan alam ini ada banyak yang sakit (tidak sehat), tentu ini menjadi tugas bersama. Peran semua pihak agar boleh kiranya hutan dan manusia sama-sama sehat.
Lain cerita, ketika hutan tidak sehat, sudah pasti akan berdampak langsung kepada makhluk lainnya tidak terkecuali manusia.
Realita sering bercerita dan menampilkan tentang nasib kesehatan hutan alam ini. Hutan alam ini sudah semakin sering menanti disapa oleh siapa saja.
Kesehatan ekologi dan keutuhan ciptaan sudah semakin sering didera sakit penyakit. Manusia sebagai makhluk yang mempunyai kewajiban untuk menjaga kesehatan ekologi pun sudah semakin sering didera dan diterpa pemasalahan oleh karena keutuhan ciptaan sudah semakin sulit (di/ter) oleh kita manusia ini.
Tidak jarang hutan ala mini disalahkan karena dicap tidak bersahabat, namun apakah benar demikian adanya? Atau sebaliknya, justru kita yang tidak mau bersahabat dengan hutan, alam ini.
Sang Kuasa memberikan keutuhan ciptaan untuk kirannya boleh terus memberi manfaat dan mengajarkan kita agar selalu harmoni sampai kapan pun.
Bukankah kita selama ini sudah terlalu sering abai terkait nasib kesehatan hutan alam ini. Kita selalu sering menyalahkan alam. Tanpa kita sadari, sejatinya hutan alam ini sudah sering berkorban/dikorbankan oleh manusia karena kepentingan semata tanpa melihat dampak apabila hutan yang sakit/rusak tersebut karena ulah manusia.
Satu harap, apabila hutan ini masih boleh ditanam, dijaga, dirawat dan lestari, maka ia (hutan) akan sehat dan terus memberikan manfaat bagi manusia, maka manusia pun sehat. Â
Tulisan ini dimuat juga di : https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/641961fc08a8b524ce720f22/tubuh-manusia-perlu-sehat-demikian-juga-hutan
Pit-YP
Yayasan Palung (YP) bekerjasama dengan Fauna & Flora International (FFI) mengadakan kegiatan Pelatihan Managemen Pencegahan Kebakaran (Pelatihan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar) dan Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pencegahan Kebakaran, di Kantor Yayasan Palung, Bentangor Pampang Center, Kabupaten Kayong Utara, pada Jumat sampai Sabtu (17-18 Maret 2023).
Pada kesempatan tersebut, kegiatan dibuka langsung oleh Edi Rahman, selaku Field Direktur Yayasan Palung.
Edi Rahman mengucapkan terima kasih kepada peserta, Manggala Agni Daops Kalimantan X/Ketapang serta para hadirin yang telah meluangkan waktu untuk hadir dalam kegiatan Pelatihan Managemen Pencegahan Kebakaran dan penyusunan SOP pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
“Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebuah pembekalan kepada para Lembaga Desa Pengelola Hutan Desa (LDPHD) yang ada di Wilayah Simpang Hilir untuk mencegah terjadinya kebakaran, mengingat, saat ini kondisi cuaca sudah tidak menentu, tentunya akan ada potensi kebakaran.
Para peserta diharapkan mengikuti kegiatan pelatihan dengan sungguh-sungguh, harus memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh pemateri dari Manggala Agni Daops Kalimantan X/Ketapang.
Kawasan hutan desa yang dikelola oleh LDPHD adalah area gambut. Jika tidak ada dukungan dari semua pihak, maka seluruh elemen masyarakat akan mengalami kesulitan menghadapi bencana yang disebabkan oleh api”, kata Edi, dalam kata sambutannya.
Dalam kegiatan itu, ada beberapa materi yang disampaikan kepada para peserta yang hadir dalam kegiatan pelatihan.
Beberapa materi pelatihan yang disampaikan kepada peserta pelatihan, diantaranya, materi tentang Konsep Dasar Karhutla dan Dampak Karhutla.
Pada penyampaian materi pertama ini, ada tiga hal yang penting yang harus dilakukan dalam penanganan Karhutla yaitu kegiatan pencegahan, pemadaman, dan penanganan pasca kebakaran.
Materi kedua, tentang Proses Terjadinya Api. Sedangkan materi ketiga tentang Kebakaran Hutan dan Lahan Dapat dan Harus Dicegah. Selain itu ada materi Penyusunan SOP (Standar Operasional Prosedur).
Adapun peserta yang hadir dalam kegiatan itu, pada hari pertama kegiatan, Jumat (17/3) dihadiri oleh 33 orang peserta dan pada hari kedua kegiatan, Sabtu (18/3) dihadiri oleh 25 orang peserta.
Dalam kegiatan itu, hadir pula beberapa instansi yang selama ini menjadi mitra Yayasan Palung seperti; Balai Taman Nasional Gunung Palung (TANAGUPA), Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kayong, Manggala Agni Daops Kalimantan X/Ketapang.
Serangkaian kegiatan tersebut berjalan sesuai rencana dan mendapat sambutan baik dari peserta yang hadir.
Tulisan ini dimuat juga di : https://kumparan.com/petrus-kanisius/yp-dan-ffi-adakan-pelatihan-sop-pencegahan-kebakaran-203BpeurXVv/full
Pit-YP