Selama bulan ramadhan, seluruh umat muslim diharuskan untuk menahan lapar dan dahaga selama lebih dari 12 jam. Sehingga dengan kondisi demikian, tubuh tidak akan terhidrasi dengan baik dan tidak pula terpenuhi kebutuhan vitamin hariannya.
Tips menjaga kesehatan tubuh selama bulan ramadhan menjadi penting untuk dipahami dan diterapkan dengan baik.
Berikut ini adalah beberapa tips menjaga kesehatan selama bulan ramadhan agar kondisi tubuh senantiasa berada dalam kondisi yang fit dan siap untuk menjalani ibadah dan aktivitas. Diantaranya adalah ;
1. Pola Makan Sahur yang baik
Sahur memiliki peran yang sangat penting untuk menjaga stamina tubuh selama menjalankan ibadah puasa dan aktivitas ketika di siang hari. Untuk itu, perbanyak konsumsi makanan yang tinggi serat seperti buah dan sayur, serta hindari makanan yang tinggi minyak karena akan menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan kantuk di siang hari.
2. Pola makan saat berbuka
Langsung mengkonsumsi makanan yang banyak ketika berbuka puasa, akan menyebabkan perut menjadi sesak, sehingga makan makanan secukupnya secara bertahap, dimulai dengan mengkonsumsi air putih dan sedikit makanan manis.
3. Menjaga pola makan malam
Makan malam terlalu banyak saat malam hari akan menyebabkan seseorang mengalami obesitas, sehingga harus dihindari. Selain itu juga hindari konsumsi kopi dan soda karena akan menyebabkan sulit tidur dan menimbun banyak lemak.
4. Aktivitas fisik (olahraga) minimal 30 menit
Meskipun sedang berpuasa, aktivitas fisik masih sangatlah penting untuk menjaga kebugaran tubuh
5. Menjaga pola tidur
Jika harus melakukan persiapan untuk sahur dan bangun di pagi hari, maka hindari tidur terlalu malam untuk keperluan yang tidak terlalu penting.
Dengan menerapkan 5 panduan hidup sehat diatas, diharapkan mampu menjaga kesehatan selama menjalankan ibadah puasa di bulan Suci Ramadhan.
Sumber : https://upk.kemkes.go.id
(Yayasan Palung)
Tidak terdapat di wilayah lain, ini alasan satwa ini disebut endemik. Ya, endemiknya primata yang memiliki ciri khas hidungnya mancung ini menjadi sebuah keharusan untuk dilestarikan agar tidak punah.
Hidup berkelompok, itu ciri khas dari Proboscis monkey, nama si bekantan dalam bahasa inggris. Memiliki hidung mancung yang sedikit menyerupai belalai monyet ini disebut juga Long-Nosed Monkey. Dalam kelompoknya, biasanya bekantan memiliki 5 sampai 6 ekor atau biasanya ada hingga 8 ekor dalam satu kelompoknya. Biasanya, setiap kelompok dipimpin oleh satu jantan dewasa.
Julukan atau nama lain dari primata ini selain si hidung mancung juga sering disebut monyet belanda. Tidak hanya itu, nama lainnya juga bentang/bontang. Sedangkan nama aslinya primata yang dimaksud adalah Bekantan.
Bekantan disebut endemik asal Kalimantan, karena beberapa alasan; salah satunya karena di sepanjang sungai di Kalimantan terdapat sumber pakan yang melimpah. Alasan lainnya karena bekantan hanya terdapat di wilayah hutan mangrove seperti di pinggir sungai seluruh Wilayah Kalimantan dan tidak terdapat di wilayah lainnya di Indonesia. Di negara tetangga, seperti di Serawak dan Brunei Darussalam malah ada si hidung mancung. Salah satu alasannya, bisa jadi karena wilayah Kalimantan berdekatan/berbatasan dengan kedua negara tetangga tersebut yang memungkinkan sebaran populasi serta kemiripan daerahnya yang membuat bekantan ada di wilayah tersebut.
Bekantan yang memiliki nama latin Nasalis larvatus sepanjang hidupnya mendiami pesisir (pinggir) sungai dan memperoleh sumber pakan atau memakan berupa pucuk daun diantaranya pucuk daun Nyatoh/ketiau (Palaquium spp.), daun putat (Barringtonia spp.), kayu malau (Diospiros, spp.), pohon rasau (jenis Pandanus, spp.).
Pemerintah Indonesia telah memasukkan bekantan sebagai satwa dilindungi dan mengelompokkannya ke dalam status endangered (terancam punah). Bekantan juga masuk dalam daftar CITES sebagai Apendix I atau tidak boleh diperdagangkan baik secara nasional maupun international. Sungguh pun demikian, satwa ini tak surut tertekan ancaman.
Pit-YP
Tidak kurang satu jam setengah Gene Rafael Estrada dari University of Michigan, USA berkesempatan menjadi pembicara dalam kuliah umum, tentang penelitiannya kepada Mahasiswa/i Prodi Magister Biologi Pascasarjana Universitas Nasional (UNAS) melalui Zoom meeting pada Sabtu pagi (25/3).
Kegiatan kuliah umum ini diselenggarakan oleh Prodi Magister Biologi Pascasarjana Universitas Nasional (UNAS). Kegiatan ini dibuka langsung oleh Dr. Fitriah Basalamah, M.si. selaku Ketua Program Magister Biologi UNAS.
Pada kesempatan tersebut, Gene sapaan akrabnya menyampaikan materi tentang “Measuring Forest Structure as a Predictor of Primate Ground Use” yang merupakan hasil penelitian yang ia lakukan di Stasiun Riset Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung.
Foto saat kuliah umum sedang dilaksanakan via Zoom yang diselenggarakan oleh Prodi Magister Biologi Pascasarjana UNAS. (Foto : Dr. Fitriah Basalamah/UNAS).
Saat menyampaikan materi presentasinya kepada 30 peserta yang mengikuti kegiatan tersebut, Gene bercerita banyak terkait penelitiannya tentang struktur hutan yang berfocus ke habitat dan primata.
Pada kesempatan itu pula, Gene mempresentasikan tentang bagaimana ia menggunakan alat yang ia gunakan untuk memetakan struktur hutan dengan menggunakan alat yaitu LiDAR.
Selain itu juga, Gene menggunakan hasil data lainnya sebagai pendukung dalam melakukan analisis datanya seperti Kamera jebakan, cuaca (suhu dan curah hujan), dan fenologi pohon yang diambil dari tahun 2015 – 2020 oleh proyek penelitian Dr. Andrew J. Marshall.
Penelitian Gene di lapangan, dilakukan selama 1 bulan untuk melakukan pemindaian LIDAR dan memperoleh data metrik struktur hutan.
Dalam penyampaian materi presentasinya, Gene menceritakan, beberapa primata seperti orangutan dan monyet ekor panjang berhasil terekam kamera trap.
Selain itu juga, Gene menceritakan tentang 7 habitat hutan yang ada di Taman Nasional Gunung Palung, yaitu; hutan mangrove, hutan rawa, hutan aluvial, dataran rendah tropis, hutan dataran tinggi tropis, dan hutan sub-alpine.
Sebagai moderator dalam kuliah umum tersebut adalah Dr. Suci Utami Atmoko yang merupakan Dosen Biologi UNAS.
Seperti diketahui, penelitian yang Gene lakukan ini sebagai salah satu syaratnya untuk meraih gelar doktor.
Dalam kesempatan tersebut, diikuti pula oleh Wahyu Susanto, selaku Direktur Penelitian Yayasan Palung.
Serangkaian kegiatan tersebut berjalan dengan lancer dan sesuai dengan rencana, diakhir kegiatan tersebut, Dr. Tatang Mitra Setia, M.Si. selaku Dekan Fakultas Biologi dan Pertanian UNAS.
Tulisan ini juga dimuat di :
Pit-YP
Tidak bisa disangkal tubuh yang sehat akan memberi banyak manfaat, karena tubuh yang sehat dan bugar dapat mencegah tubuh kita agar tidak terserang oleh berbagai penyakit. Demikian juga dengan hutan, apabila hutan sehat dapat memberikan manfaat bagi sebagian besar makhluk hidup lainnya.
Tak ubah seperti ibu, hutan selalu menjaga, merawat dan memberi manfaat. Tentu ia (hutan) harus selalu sehat sampai kapan pun.
Cerita jerit tangis tentang nasib hutan, makhluk hidup lainnya dan manusia sering kali menjadi sebuah tanda nyata bahwa bumi, hutan alam ini perlu disentuh (ditanam, dirawat, dijaga dan dilestarikan) agar ia sehat dan sebaliknya bisa merawat kita manusia.
Seperti pada hari ini misalnya, tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Hutan Sedunia (Hari Hutan Internasional). Tentu ini menjadi pengingat bagi kita semua sejak peresmiannya oleh Majelis Umum PBB pada tahun 2012 agar Hari Hutan Sedunia (Hari Hutan Internasional) diperingati pada tanggal 21 Maret setiap tahunnya.
Tahun ini, PBB mengusung Tema Hari Hutan Sedunia (Hari Hutan Internasional) 2023 adalah “Forests and health” atau “Hutan dan kesehatan”.
Makna dari hutan dan kesehatan, tentu saja ini menjadi peringatan yang sangat penting dan menjadi refleksi bagi kita semua pula, agar kiranya keberlanjutan dari nasib napas hidup semua makhluk hidup masih boleh berlanjut hingga nanti.
Tentu saja, apabila hutan dan manusia sama-sama sehat akan memberi dampak baik (manfaat pula bagi ragam makhluk lainnya.
Riuh rendah ragam satwa menjadi penanda warna-warni harmoni di hutan. Hadirnya ragam satwa Bersama keindahan hutan alam ini pun selalu didamba karena bisa menjadi pengobat rindu dan rasa, penghapus dahaga. Mengingat, hutan ini menjadi rumah (habitat) hidup sekaligus juga menjadi perpustakaan alam karena ragam mega biodiversitasnya.
Kita sudah semakin sering menerima tanpa pamrih manfaat yang diberi oleh hutan dan satwa. Adanya hutan karena ragam satwa seperti burung enggang, orangutan, kelempiau karena peranhnya sebagai petani hutan boleh menyemai setiap waktu.
Hadirnya satwa yang boleh dikata sebagai petani itulah memiliki peran yang tidak sedikit bagi hadirnya hutan alam ini sampai hari ini, walaupun saat ini hutan alam ini ada banyak yang sakit (tidak sehat), tentu ini menjadi tugas bersama. Peran semua pihak agar boleh kiranya hutan dan manusia sama-sama sehat.
Lain cerita, ketika hutan tidak sehat, sudah pasti akan berdampak langsung kepada makhluk lainnya tidak terkecuali manusia.
Realita sering bercerita dan menampilkan tentang nasib kesehatan hutan alam ini. Hutan alam ini sudah semakin sering menanti disapa oleh siapa saja.
Kesehatan ekologi dan keutuhan ciptaan sudah semakin sering didera sakit penyakit. Manusia sebagai makhluk yang mempunyai kewajiban untuk menjaga kesehatan ekologi pun sudah semakin sering didera dan diterpa pemasalahan oleh karena keutuhan ciptaan sudah semakin sulit (di/ter) oleh kita manusia ini.
Tidak jarang hutan ala mini disalahkan karena dicap tidak bersahabat, namun apakah benar demikian adanya? Atau sebaliknya, justru kita yang tidak mau bersahabat dengan hutan, alam ini.
Sang Kuasa memberikan keutuhan ciptaan untuk kirannya boleh terus memberi manfaat dan mengajarkan kita agar selalu harmoni sampai kapan pun.
Bukankah kita selama ini sudah terlalu sering abai terkait nasib kesehatan hutan alam ini. Kita selalu sering menyalahkan alam. Tanpa kita sadari, sejatinya hutan alam ini sudah sering berkorban/dikorbankan oleh manusia karena kepentingan semata tanpa melihat dampak apabila hutan yang sakit/rusak tersebut karena ulah manusia.
Satu harap, apabila hutan ini masih boleh ditanam, dijaga, dirawat dan lestari, maka ia (hutan) akan sehat dan terus memberikan manfaat bagi manusia, maka manusia pun sehat.
Tulisan ini dimuat juga di : https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/641961fc08a8b524ce720f22/tubuh-manusia-perlu-sehat-demikian-juga-hutan
Pit-YP
Yayasan Palung (YP) bekerjasama dengan Fauna & Flora International (FFI) mengadakan kegiatan Pelatihan Managemen Pencegahan Kebakaran (Pelatihan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar) dan Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pencegahan Kebakaran, di Kantor Yayasan Palung, Bentangor Pampang Center, Kabupaten Kayong Utara, pada Jumat sampai Sabtu (17-18 Maret 2023).
Pada kesempatan tersebut, kegiatan dibuka langsung oleh Edi Rahman, selaku Field Direktur Yayasan Palung.
Edi Rahman mengucapkan terima kasih kepada peserta, Manggala Agni Daops Kalimantan X/Ketapang serta para hadirin yang telah meluangkan waktu untuk hadir dalam kegiatan Pelatihan Managemen Pencegahan Kebakaran dan penyusunan SOP pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
“Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebuah pembekalan kepada para Lembaga Desa Pengelola Hutan Desa (LDPHD) yang ada di Wilayah Simpang Hilir untuk mencegah terjadinya kebakaran, mengingat, saat ini kondisi cuaca sudah tidak menentu, tentunya akan ada potensi kebakaran.
Para peserta diharapkan mengikuti kegiatan pelatihan dengan sungguh-sungguh, harus memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh pemateri dari Manggala Agni Daops Kalimantan X/Ketapang.
Kawasan hutan desa yang dikelola oleh LDPHD adalah area gambut. Jika tidak ada dukungan dari semua pihak, maka seluruh elemen masyarakat akan mengalami kesulitan menghadapi bencana yang disebabkan oleh api”, kata Edi, dalam kata sambutannya.
Dalam kegiatan itu, ada beberapa materi yang disampaikan kepada para peserta yang hadir dalam kegiatan pelatihan.
Beberapa materi pelatihan yang disampaikan kepada peserta pelatihan, diantaranya, materi tentang Konsep Dasar Karhutla dan Dampak Karhutla.
Pada penyampaian materi pertama ini, ada tiga hal yang penting yang harus dilakukan dalam penanganan Karhutla yaitu kegiatan pencegahan, pemadaman, dan penanganan pasca kebakaran.
Materi kedua, tentang Proses Terjadinya Api. Sedangkan materi ketiga tentang Kebakaran Hutan dan Lahan Dapat dan Harus Dicegah. Selain itu ada materi Penyusunan SOP (Standar Operasional Prosedur).
Adapun peserta yang hadir dalam kegiatan itu, pada hari pertama kegiatan, Jumat (17/3) dihadiri oleh 33 orang peserta dan pada hari kedua kegiatan, Sabtu (18/3) dihadiri oleh 25 orang peserta.
Dalam kegiatan itu, hadir pula beberapa instansi yang selama ini menjadi mitra Yayasan Palung seperti; Balai Taman Nasional Gunung Palung (TANAGUPA), Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kayong, Manggala Agni Daops Kalimantan X/Ketapang.
Serangkaian kegiatan tersebut berjalan sesuai rencana dan mendapat sambutan baik dari peserta yang hadir.
Tulisan ini dimuat juga di : https://kumparan.com/petrus-kanisius/yp-dan-ffi-adakan-pelatihan-sop-pencegahan-kebakaran-203BpeurXVv/full
Pit-YP
Yayasan Palung (YP), melalui Program Hutan Desa melakukukan kegiatan pengecekan dan pemasangan alat pemantau di dua hutan desa (Pemangkat dan Nipah Kuning), Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, pada Minggu sampai dengan Selasa (12-14 Maret 2023).
Kegiatan pengecekan dan pemasangan alat dilakukan oleh Yayasan Palung Bersama dengan tim patroli dan Lembaga Desa Pengelola Hutan Desa (LDPHD) dari masing-masing desa.
Pengecekan dan pemasangan alat pemantau yang pertama dilakukan di Hutan Desa Pemangkat, pada Minggu (12/3/2023) dan pemasangan kedua dilakukan di Hutan Desa Nipah Kuning, pada Selasa (14/3/2023).
Robi Kasianus, selaku Asisten Field Officer Program Hutan Desa Yayasan Palung, mengatakan, “adapun alat-alat yang dicek tersebut antara adalah; kamera trap, bioakustik (alat perekam suara) dan pengukuran suhu (HOBO) dan alat ukur curah hujan.
Dari hasil pengecekan alat pantau berupa kamera trap, ada beberapa temuan yang mereka temukan di lokasi hutan desa Pemangkat, diantaranya seperti; orangutan, beruk, tenggalong, pelanduk, tupai tanah, tikus bulan dan sempidan merah.”
Lebih lanjut, Robi, sapaan akrabnya, mengatakan, Sedangkan di lokasi hutan desa Nipah Kuning, beberapa alat pemantau seperti kamera trap dan bioakustik mengalami kerusakan. Kamera trap kaca pelindung sensornya dirusak oleh satwa, diperkirakan dirusak oleh orangutan. Sedangkan alat bioakustik mengalami kerusakan akibat terkena air hujan.
Setelah dicek, alat-alat pemantau tersebut, yang masih baik kondisinya dipasang kembali. Sedangkan yang rusak dibawa pulang, kata Robi.
Sebagai informasi pemasangan bioakustik di wilayah hutan desa ini bertujuan untuk mengambil data melalui suara. Pemasangan kamera trap untuk memonitor dan untuk konservasi kehidupan liar di hutan dan bisa dipergunakan untuk memonitor populasi dari banyak jenis binatang yang biasanya sulit untuk ditemukan dan dipelajari.
Kegiatan pengecekan dan pemasangan alat pemantau di dua hutan desa (Pemangkat dan Nipah Kuning) berjalan sesuai dengan rencana, walaupun untuk menjangkau wilayah hutan desa seperti di wilayah Hutan Desa Nipah Kuning, tidaklah mudah karena jarak dan medan yang dijangkau cukup sulit ditambah karena hutan rawa gambut.
Tulisan ini dimuat juga di : https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/6412d38808a8b5572a661c02/yp-lakukan-pengecekan-dan-pemasangan-alat-pemantau-di-dua-hutan-desa
Pit
(Yayasan Palung)
Buat kamu yang lulusan Sarjana (S1) Kehutanan atau Biologi dan ingin bekerja di Yayasan Palung (Gunung Palung Orangutan Conservation Program), yuk simak posisi dan persyaratannya.
Adapun Posisi Lowongan kerja yang dibuka adalah posisi ASISTEN BOTANI.
Berikut adalah persyaratan dan cara mendaftarnya.
Persyaratan
Kualifikasi:
• Pria/Wanita
• Dapat bekerja secara individu dan tim
• Lulusan S1 Kehutanan atau Biologi
• Memiliki pengalaman bekerja di hutan Mun 1 tahun (diutamakan)
• Memiliki pengalaman khusus kerja terkait botani (disukai)
• Memiliki kemampuan bahasa Inggris minimal level intermediate/Menengah (disukai)
Jika anda merasa mampu dan berminat bekerja di rimba raya Kalimantan, silahkan bergabung dengan kami.
Kirim CV paling lambat 24 Maret 2023, ke:
Email: yayasanpalung01@gmail.com
(Yayasan Palung)
Beberapa waktu lalu, Robi Kasianus, Staf dari Hutan Desa Yayasan Palung, berkesempatan langka berjumpa sekaligus berhasil mengabadikan video ular janji atau ular tunggu ini saat berada di kawasan Hutan Desa Pemangkat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Memiliki nama lokal Ular Janji atau Ular Tunggu, dan nama latin dari ular ini adalah 𝘛𝘳𝘰𝘱𝘪𝘥𝘰𝘭𝘢𝘦𝘮𝘶𝘴 𝘴𝘶𝘣𝘢𝘯𝘯𝘶𝘭𝘢𝘵𝘶𝘴. Ular ini dikenal juga dengan nama Bornean Keeled Green Pit Viper.
Habitat hidup dari ular ini di lahan basah dataran rendah,rawa terbukaa atau tertutup,hutan bakau,rawa pesisir, sepanjang pinggiran sungai di hutan, di rawa berkayu, 0-400 m dpl.
Makanan dari ular ini adalah seperti mamalia kecil,kadal, katak, burung. Ular janji/ular tunggu berkembang biak dengan cara bertelur.
Ular ini aktif pada malam dan sore hari, di pohon dan semak. Habitat hidup di Kalimantan dan Sulawesi. Ular ini termasuk jenis ular yang berbisa tinggi.
https://www.iucnredlist.org/species/192241/217770117
Borneo Keeled Green Pit Viper (Tropidolaemus subannulatus) masuk dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN pada tahun 2011. Tropidolaemus subannulatus, terdaftar sebagai Least Concern (LC/resiko rendah).
Video dok: Robi Kasianus/Yayasan Palung
Tidak bisa disangkal, saat ini kita sudah semakin terbelenggu oleh gawai (gadget). Apa saja buktinya?
Sepanjang waktu, siapa saja sudah semakin sulit untuk terlepas dari gawai (gadget) seperti telepon genggam. Mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua sudah semakin akrab dengan telepon genggam (telepon pintar).
Tentu saja perkembangan teknologi yang semakin maju tidak bisa terbendung lagi, tetapi bukan berarti kita lupa membatasi diri. Faktanya saat ini, tidak sedikit dari kita yang terbelenggu oleh gawai lebih khusus telepon genggam itulah realita sebagian besar kita saat ini.
Tidak untuk saling menyalahkan, tetapi sejatinya, sudah selayaknya kita untuk Bersama-sama melihat dan peduli dengan persoalan ini (kita yang semakin terbelenggu oleh gawai) yang seolah lupa diri dengan tanpa sadar bahwa itu telah membelenggu hingga mengikat kita.
Kita seolah sudah mendewakan Gawai/Gadged, melupakan sebagian besar yang lainnya. Setiap saat, setiap detik sebagian besar kita enggan lepas dari gawai. Saban waktu kita sudah semakin sulit terlepas telepon genggam/telepon pintar sebagian besar waktu kita.
Tidak bisa disangkal, Informasi dan komunikasi dengan menggunakan media gawai itu penting. Tetapi, jangan sampai gadget yang menguasai kita hingga kita lupa bahwa yang punya hak untuk mengatur gawai (gadget) adalah kita. Tidak hanya itu, anak-anak pun sudah semakin bebas hingga membuat cemas.
Apa benar ya, jaman sekarang ada yang bilang jika tidak memiliki gedget yang canggih nggak gaul, telepon pintar dan terbaru menjadi godaan yang selalu ditawarkan disetiap arus informasi ataupun iklan yang ada. Bahkan, tidak sedikit pula saat ini yang mengatakan, orang kebanyakan enggan melepaskan gawai dalam genggaman. Ada juga yang bilang, dengan gadget selain bisa gaul juga keren.
Anggapan lain juga muncul, gawai acap kali mempengaruhi sekaligus mengatur kita. Pada hal kitalah yang berhak untuk mengatur telepon pintar milik kita tersebut.
Dari pagi setelah bangun tidur, hampir dipasikan setiap orang yang memiliki gadget disibukan untuk membuka gadgetnya untuk membalas atau mengirim pesan dan lain-lain. Menyampaikan selamat pagi kepada orang-orang terdekat hingga urusan pekerjaan dan lain sebagainya. Bagi anak muda (putra-putri, menjelang dewasa) juga menggunakan gadget sebagai selfi bangun tidur, pamer muka cantik ataupun ganteng. Celakanya selfi-selfi itu ada yang tidak selayaknya dipamerkan dan menampilkan foto-foto yang tidak sewajarnya untuk ditampilkan kepada khalayak di media sosial.
Anak remaja, tidak jarang, pagi ketemu pagi atau malam sudah ketemu malam lagi, karena lupa waktu. Lupa waktu dan terus pegang/genggam telepon pintar dan semakin sibuk karena candu gaming ataupun sibuk dengan scrol media sosial.
Semakin menjamur dan murahnya harga gawai membuat setiap orang hampir dipastikan semakin mudah dan sudah memiliki gawai saat ini.
Dampak gadged bagi kita
Fenomena ini telah terjadi di sini, sebab-akibat adanya gadget. Tren baru yang saat ini telah, sedang dan terus terjadi menyangkut gadget menjadi isyarat baru. Apakah kita sebagai pengguna gadget bisa bijaksana menggunakannya. Atau malah gawai menjadi pengikat (mengikat) sekaligus menjerumuskan?
Sejatinya, hadirnya teknologi dan arus informasi menjadi sebuah harapan baru sebagai jendela untuk mendapakan pengetahuan yang tidak terbatas hingga gadget dijadikan sebagai media pendukung dalam tumbuh dan berkembang dalam hal bisnis, pekerjaan ataupun juga relasi. Bagi anak muda atau ABG (putra-puri menjelang dewasa/anak baru gede), jika gadget digunakan secara positif banyak manfaat yang didapatkan. Misalnya saja untuk mempermudah komunikasi, menambah informasi dan perkembangan teknologi. Selanjutnya juga mendapatkan informasi untuk hiburan yang bisa bagi mereka dalam tumbuh dan berkembang (berkreasi).
Namun, hadirnya informasi yang mudah diperoleh melalui gadget tidak sedikit pula menjadi kekhawatiran bersama. Kekhawatiran yang dimaksud ketika gawai digunakan tidak sesuai dengan kegunaannya. Mengingat, tidak sedikit anak-anak TK, SD, SMP hingga SMA yang menggunakan gawai sebagai fungsi yang salah arah (terlampau bebas hingga bablas) hingga selalu membuat cemas. Akses informasi, konten kekerasan, pornografi, video game dan video pornografi masih saja bisa dengan bebas berseliweran didapatkan dengan mudah. Hal lainnya, fungsi pengawasan di rumah oleh orangtua sudah semestinya dilakukan.
Perilaku buruk (dampak negatif) dari penggunaan gadget yang berlebihan bisa berdampak pada proses belajar dan prestasi siswa-siswi. Misalnya saja, dengan adanya gadget kecenderungan lupa belajar hingga prestasi menurun. Lupa waktu, itu penyebab utamanya. Belajar yang menjadi prioritas menjadi di kesampingkan.
Tidak hanya itu, hadirnya gadget bila tidak digunakan secara bijaksana dan diawasi oleh orangtua akan mengganggu hubungan keakraban, kebersamaan dan sosialisasi di ruang lingkup keluarga menjadi berkurang.
Beberapa hal yang menyangkut penggunaan gadget, kiranya bila boleh dikata dua mata pisau yang siap menghadang jika kita sebagai pengguna gadget tidak bijak. Tentu, hal ini menjadi kekhawatiran bersama pula. Arus informasi, sosialisasi dan kecanggihan teknologi dari gadget begitu leluasa berkembang dan silih berganti mudah diperoleh serta berkembang setiap saat. Arus informasinya inilah yang terkadang menjadi bias ataupun pangaruh jika tidak serta merta disaring. Kecenderungan yang ada malah tidak sedikit yang terbuai dan semakin terjerumus/menjerumuskan pengguna gadget itu sendiri.
Sudah saatnya bagi kita semua, lebih khusus anak muda (Putra-puri, anak baru gede) untuk dapat memilih dan memilah mana yang baik dan mana yang buruk dari setiap informasi. Peran orangtua sangat diperlukan untuk pengawasan bagi anak-anak mereka yang menggunakan gadget. Sesungguhnya penggunaan gadget yang bijaksana kita yang berhak mengatur, menyaring (memfilter) setiap informasi yang hilir mudik melalui gadget. Semua tergantung kepada seberapa bijaksananya kita dengan menggunakan gadget yang kita miliki untuk mengatur dan menyaring setiap arus informasi yang ada? Jangan sampai gadget yang mengatur kita. Kiranya, gunakanlah gadget untuk hal-hal yang bermanfaat dan positif. Bolehlah kiranya kita bijaksana dan membatasi penggunaan gawai lebih khusus telepon pintar yang kita miliki. Demikian pula bagi orangtua untuk mengawasi serta membatasi kepada anak-anak mereka dalam hal penggunaan gadged. Semoga saja…
Tulisan ini dimuat juga di : https://kumparan.com/petrus-kanisius/apakah-kita-semakin-terbelenggu-oleh-gadget-1zymY7lSKHJ
Petrus Kanisius
(Yayasan Palung)
Yayasan Palung (YP) melalui Program Pendidikan Lingkungan, berkesempatan menyampaikan sosialisasi tentang Program beasiswa Peduli Orangutan Kalimantan Barat atau West Bornean Orangutan Caring Scholarship (WBOCS) dan ceramah lingkungan (lecture) Orangutan di SMAN 1 Matan Hilir Utara (MHU) Ketapang, Kalimantan Barat, Rabu (8/3/2023) pagi.
Manager Pendidikan Lingkungan dan Media Kampanye Yayasan Palung, Widiya Octa Selfiany, berkesempatan menyampaikan sosialisasi terkait Program beasiswa Peduli Orangutan Kalimantan Barat atau West Bornean Orangutan Caring Scholarship (WBOCS).
Widiya, sapaan akrabnya menjelaskan kepada siswa-siswi kelas X, XI dan XII serta adik-adik dari Sispala yang ada di sekolah tersebut tentang apa-apa saja syarat dari program beasiswa WBOCS.
Widiya juga menjelaskan tentang Sejak 2012 Yayasan Palung (YP) dan Orangutan Republik Foundation (OURF) bekerjasama menyediakan beasiswa program S1 melalui Program Peduli Orangutan Kalimantan Barat (West Bornean Orangutan Caring Scholarship).
“Sejak tahun 2012-2022 sudah 53 orang sebagai penerima beasiswa WBOCS, 21 WBOCS orang diantaranya kini sudah lulus menjadi Sarjana dan 32 orang WBOCS masih aktif kuliah.
Adapun untuk syarat dan ketentuan penerima beasiswa adalah sebagai berikut:
Berasal dari Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara, diutamakan kurang mampu secara ekonomi. Diusulkan oleh pihak sekolah/usulan siswa bersangkutan namun meminta rekomendasi dari pihak sekolah. Tahun 2022, Yayasan Palung (YP), Universitas Tanjungpura (UNTAN) dan Orangutan Republik Foundation (OURF) bekerjasama menyediakan beasiswa program S1 melalui Program Peduli Orangutan Kalimantan Barat (West Bornean Orangutan Caring Scholarship).”
Tahun ini ada 6 Beasiswa WBOCS yang disiapkan. Penerima beasiswa Berasal dari Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara, diutamakan kurang mampu secara ekonomi, kata Widiya.
Widiya pun berharap, semoga ada siswa-siswi dari SMAN 1 MHU ada yang mendaftar beasiswa WBOCS 2023.
Selanjutnya, setelah disampaikan sosialisasi WBOCS, kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian lecture (ceramah lingkungan) tentang; “Orangutan: Manfaatnya Bagi Manusia dan Hutan” yang disampaikan oleh Petrus Kanisius.
Dalam penyampaian materi, Petrus menyampaikan tentang info dasar tentang orangutan, manfaat hutan dan orangutan bagi kehidupan. Diantaranya karena orangutan disebut sebagai petani hutan bagi ekosistem hutan yang membantu persebaran biji-bijian tanaman dari buah-buahan yang dimakannya. Dengan demikian, jenis-jenis tanaman tersebut dapat beregenerasi dan lestari untuk menjadi habitat dan sumber pakan bagi makhluk hidup lainnya.
Adapun siswa-siswi yang hadir pada kegiatan tersebut (Sosialisasi Beasiswa WBOCS dan Lecture tentang Orangutan) terdiri dari 53 orang perempuan dan 41 orang laki-laki.
Semua rangkaian kegiatan tersebut berjalan sesuai rencana dan mendapat sambutan baik dari siswa-siswi yang hadir pada kegiatan tersebut.
Tulisan ini juga dimuat di : https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/640aad9e08a8b54fe264b1e2/yp-sampaikan-sosialisasi-beasiswa-peduli-orangutan-kalimantan-barat-dan-lecture-tentang-orangutan-di-sekolah?page=all#section1
Petrus Kanisius-Yayasan Palung