Hutan, kurasa hingga kapan pun engkau segalanya bagi semua makhluk
Apa bukti yang bisa kukata tentang mu ?
Tengoklah betapa sulitnya makhluk tanpamu
Lihatlah begitu ketergantungan banyak makhluk kepadamu
Berkurang atau bahkan hilangnya engkau tak jarang menjadi tanda
Tanda akan nasib semua makhluk hidup
Banyak makhluk lenyap jika engkau hilang rebah tak berdaya
Engkau menjadi rumah bagi segalanya
Tajuk-tajukmu sebagai penyejuk jiwa
Rupamu yang utuh keindahan bagi segalanya
Hutan, kokohmu sebagai penyangga
Nasib semua segala bernyawa juga tak jarang bergantung padamu selain yang utama kepada Sang Kuasa
Tanda-tanda nyata akan hilangnya engkau sedikit demi sedikit terlihat
Lihatlah, bila hujan deras melanda tak jarang banjir yang tanpa permisi dan tanpa melihat waktu menyapa
Tajuk-tajuk dan kokoh akarmu sudah semakin sedikit tak sanggup menahan deras dan laju arus karena tak sanggup dan tak kuat lagi
Banjir… banjir dan banjir selalu datang tiba-tiba yang terkadang pula membuat kami lupa bagaimana cara agar hutan boleh tumbuh berdiri kokoh
Lupa karena tajuk-tajuk yang tak lain adalah hutan dan tanah kami
Hutan dan tanah di tanah air kami kini mengabar tentang kabar kepada semua bolehlah kiranya menanti kasih
Hutan rimba di negeri ini semakin menanti disapa dengan kata peduli
Ditanam, disemai dan dipelihara bukannya dibabat dan bukan untuk diganti dengan tanaman sejenis atau dikeruk
Ku rindu hutan yang memberi harmoni bagi semua karena kutahu hutan adalah segalanya bagi semua makhluk tanpa terkecuali
Satu kata, apakah kita semua akan peduli kepada bumi pertiwi yang tak lain juga hutan sebagai keberlanjutan semua nafas segala bernyawa
Bila hutan terus menghilang maka semua makhluk akan mengadu kepada siapa ? karena kutahu hutan adalah nafas dan segalanya bagi semua makhluk.
Tulisan ini sebelumnya sudah dimuat di Kompasiana: https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/600552c78ede482742672f12/puisi-hutan-adalah-nafas-dan-segalanya-bagi-semua-makhluk
Ketapang, Kalbar 18/1/2021
Petrus Kanisius– Yayasan Palung
Tahun 2021 ini Yayasan Palung (YP) kembali menyediakan 6 beasiswa. Program beasiswa Peduli Orangutan Kalimantan Barat atau West Bornean Orangutan Caring Scholarship (WBOCS) pada tahun 2020 telah memasuki tahun ke sepuluh.
Yayasan Palung merupakan lembaga non profit yang bekerja untuk konservasi orangutan dan habitat serta pengembangan masyarakat. Yayasan Palung bekerja dengan semua pihak yang mempunyai tujuan sama untuk perlindungan orangutan dan habitat di Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Sejak 2012 Yayasan Palung dan Orangutan Republik Foundation (OURF) bekerjasama menyediakan beasiswa program S-1 melalui Program Peduli Orangutan Kalimantan Barat (West Bornean Orangutan Caring Scholarship). Hingga tahun 2020 terdapat 43 Penerima WBOCS yang diantaranya 11 orang sudah menjadi sarjana. Adapun tujuan diselenggarakannya program beasiswa ini adalah:
Adapun Syarat dan Kondisi Penerima Beasiswa adalah :
Persyaratan Pendaftaran :
Menyertakan fotocopy berkas sebagai berikut:
a. Fotocopy Raport dari semester 1-5.
b. Fotocopy Kartu Keluarga (KK)
Adapun Tahap Penyeleksian adalah sebagai berikut :
Hak Penerima Beasiswa
Setiap penerima beasiswa diberikan dana beasiswa, untuk membiayai :
Kewajiban Penerima Beasiswa
1. Selama menempuh pendidikan :
2. Penelitian skripsi harus sesuai dengan syarat dan kondisi dalam beasiswa ini.
Informasi lainnya
1.Calon mahasiswa/i hanya dapat memilih jurusan dan fakultas:
-Fakultas FMIPA Jurusan Biologi / Matematika
-Fakultas Kehutanan
-Fakultas Hukum
-Fakultas ISIP Jurusan Hubungan Internasional / Sosiologi / Antropologi
2.Jika ikut mendaftar SNMPTN, pilih jurusan dan fakultas yang sesuai dengan prasyarat WBOCS.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Untuk informasi beasiswa WBOCS 2021 bisa melihat dan mengunduh E-poster berikut :
Sumber Informasi : Yayasan Palung
Sabtu (12/12/2020) sore, Citra Duani, selaku Bupati Kayong Utara yang didampingi oleh Sapto Aji Prabowo, S.Hut., M.Si selaku Kasubdit Promosi dan Pemasaran Ditjen KSDAE secara resmi, meresmikan bagunan baru Stasiun Riset Cabang Panti (SRCP) Taman Nasional Gunung Palung (TANAGUPA) Dusun Tanjung Gunung, Desa Sejahtera, Kecamatan Sukadana.
“Saya hari ini (12/12) diamanatkan oleh Pak Dirjen KSDAE untuk meresmikan Stasiun Riset Cabang Panti di Area Taman Nasional Gunung Palung. Ini ini merupakan bangunan baru. pemerintah pusat memberikan perhatian khusus kepada area ini, dimana sudah puluhan tahun lalu dari berbagai negara dari luar negeri dan tentunya dari dalam negeri sering melakukan penelitian di sini (Gunung Palung). Ini juga menjadi monumental. Terimakasih kepada pemerintah pusat, dimana Kabupaten Kayong Utara memiliki area Taman Nasional Gunung Palung yang tidak dimiliki oleh tempat lain menjadi perhatian khusus, dan ini baik adanya. Maka dari itu, kami sangat mengapresiasi sekali dengan adanya pemugaran bangunan dan menjadi bangunan yang baru. Berharap bangunan ini bisa mencapai 20-30 tahun yang akan dating. Bangunan ini terlihat kokoh bekal bagi anak cucu kita,” ujar Citra Duani.
Lebih lajut Bupati Kayong Utara mengatakan, Kita membuka ruang bagi semua pihak baik pemerintah, swasta dan NGO biasa bekerjasama supaya flora dan fauna yang ada disini bisa diketahui oleh khalayak bahwa KKU menyimpan misteri kotak pandora (kekayaan biodiversitas) sebagai Pusat Konservasi Ekosistem Borneo.
Ini satu persatu kita buka sebagai sarana pendidikan yang apa adanya tidak direkayasa. Buat teman-teman S1-S3 ini tempat yang cocok untuk penelitian dan tentu saja bagi anak-anak kita yang ada di tingkat SD hingga Perguruan tinggi bisa belajar di perpustakaan alam ini. Pemerintah daerah ingin bekerjasama dengan pihak Balai TANAGUPA terkait tentang tumbuhan obat.
Adapun kompleks bangunan baru yang ada di Stasiun Riset Cabang Panti antara lain seperti; Camp Besar, Camp Litho, Camp Serba Guna, Camp Nyamuk, 6 unit Camp Peneliti dan bangunan penunjang (menara air, rumah incinerator dan bak air).
Semua bangunan ini dibangun dengan menggunakan Anggaran Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) tahun Anggaran 2020, dengan dana anggaran 8 milyar, kata Sapto Aji Prabowo.
Selanjutnya juga Bapak Sapto mengatakan, “Terkait tentang pembangunan bangunan baru Stasiun Riset Cabang Panti, bangunan ini adalah bangunan yang paling bagus dari semua yang ada. Didukung oleh perguruan tinggi, tidak hanya bagus fisiknya tetapi juga outputnya berupa potensi penelitian.
Penelitian yang bisa bermanfaat bagi penelitian seperti tumbuhan obat, jenis tumbuhan berkayu yang belum terungkap. Laboratorium alam Cabang Panti bermanfaat bagi Taman Nasional dan pemerintah daerah.
Kerja konservasi itu adalah kerjasama pemerintah dan masyarakat. Perlu fasilitas untuk mendukung wisata minat khusus. Mendukung itu yang memperoleh manfaat adalah masyarakat sekitar. Roadmap penting ada untuk pengelolaan jangka Panjang yang bermanfaat untuk pengelolaan”.
Terkait Pembangunan dan keberadaan SRCP bagi konservasi dan masyarakat, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Palung (Balai TANAGUPA), M. Ari Wibawanto mengatakan;
“Stasiun Riset Cabang Panti (2.100 Ha) tersebut merupakan gudangnya ilmu yang bisa kita eksplorasi yang bisa kita bagikan ke dunia pendidikan dan kesehatan. Keberadaan SRCP juga memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat sekitar karena beberapa masyarakat yang ada di sekitar ada yang menjadi porter dan beberapa diantara masyarkat ada yang menjadi asisten peneliti”.
“Menurut data yang kami punya, ada 1 Miliar rupiah uang yang berputar setiap tahunnya dalam bentuk honor asisten penelitian, honor porter, belanja kebutuhan logistik dll. Semoga dengan peningkatan sarana dan prasarana di SRCP dapat menarik lebih banyak minat peneliti sehingga ekonomi masyarakat akan ikut meningkat,” ujar Ari.
Lebih lanjut pak Ari, sapaan akrabnya menerangkan, “Terkait penelitian saat ini sedikit terkendala karena pandemi, bebrerapa peneliti dari luar negeri belum bisa datang.
Selain itu juga beberapa penelitian untuk sementara belum dilakukan lagi karena situasi pandemi. Seperti misalnya saat ini, pengambilan data curah hujan, penelitian mamalia dan fenologi belum dilakukan secara rutin lagi karena situasi pandemi”.
Namun kita berharap di tahun 2021 semoga saja pandemi bisa berlalu dan para peneliti bisa datang. Kita punya rencana untuk mengembangkan wisata minat khusus yaitu wisata berbasis lingkungan, jadi nantinya jika ada wisatawan yang berminat, mereka boleh mengunjungi SRCP tetapi hanya boleh 6 hari saja dan apabila akan mengambil data-data primer maka akan didampingi oleh asisten peneliti yang ada di SRCP.
Saat ini, kita bekerjasama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, perguruan tinggi dan berbagai mitra lainnya seperti, termasuk Yayasan Palung yang sudah bermitra sejak tahun 1985 diharapkan bisa semakin meningkatkannya lagi, tutur pak Ari sapaan akrabnya.
Sementara itu, menurut Endro Setiawan, selaku Peneliti S2 dari Unas yang juga staf dari TANAGUPA mengatakan, ada 4000 jenis tumbuhan yang ada di Gunung Palung. Ada 800 jenis diantaranya sudah diidentifikasi.
Dr. Tatang Mitra Setia, M.Si bersama Rekannya Dr. Fitriah Basalamah, M.Si dari Universitas Nasional (UNAS) yang saat itu hadir dalam acara peresmian SRCP. Dr. Tatang Mitra Setia, MSi mengatakan; Unas sudah lama bermitra dengan Balai TANAGUPA, Yayasan Palung, Universitas Boston dan Universitas Michigan.
Sekitar tahun 1985 kita sudah mulai bekerjasama. Sangat mendukung sebagai sebagai perguruan tinggi. Mahasiswa/i dapat tempat untuk penelitian tugas akhir. Stasiun Riset Cabang Panti ini penting untuk menumbuhkan minat mahasiswa dalam penelitian.
Berharap juga mahasiswa lebih bersemangat untuk meneliti dan mempromosikan tempat ini. Dengan adanya bangunan ini sangat bagus sekali. Unas bisa membuat program penelitian di SRCP.
Sedangkan Wahyu Susanto selaku Direktur Penelitian Yayasan Palung mengatakan; “Sudah sekian lama menunggu, sekarang tahun 2020 ada renovasi Camp baru.
Kita sudah 3 kali mengalami perubahan pembangunan. 3 kali pembangunan; tahun 1985, tahun 2007 dan tahun 2020. Cheryl Knoot nanti akan mempromosikan ke rekan-rekan peneliti di luar negeri dan lainnya”.
Pada malam (12/12) hari setelah kegiatan peresmian diadakan pula diskusi tentang rencana pengelolaan dan sejarah dari SRCP, selanjutnya juga penyerahan penghargaan dari Dirjen KSDAE kepada pegawai yang ada di lingkungan Balai TANAGUPA, kepada asisten peneliti dan kepada lembaga Mitra Seperti Yayasan Palung, Yayasan ASRI dan Yayasan IAR Indonesia. Penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk kolaborasi (kerjasama/kerja bersama) di lingkup kawasan Taman Nasional Gunung Palung.
Seperti diketahui, Setiap tahunnya Stasiun Riset Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung menjadi rumah bagi para peneliti. Beberapa Universitas yang bekerjasama dengan Balai TANAGUPA antara lain dari dalam negeri ( UNAS, UNTAN, Atma Jaya Yogyakarta, UIN Jakarta, STIPER, UGM dan IPB) dan luar negeri (Universitas Boston dan Universitas Michigan, Universitas Harvard dan Universitas Alaska).
Diperlukan waktu 5 hingga 8 jam untuk sampai ke Stasiun Riset Cabang Panti dengan menggunakan jalur darat dengan berjalan kaki dari jalur Tanjung Gunung. Apabila menggunakan jalur air bisa lewat jalur Air dari Semanjak atau Senebing dengan jarak tempuh 5-6 menggunakan speed boad.
Tulisan ini sebelumnya dimuat di :
Pontianak Post : https://pontianakpost.co.id/srcp-tngp-resmi-beroperasi-jadi-pusat-konservasi-ekosistem-borneo
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Pada tahun ini misalnya, sebanyak 6 orang penerima Beasiswa West Bornean Orangutan Caring Scholarship WBOCS yang berasal dari Kabupaten Kayong Utara yang terdiri dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Hilir dan Kecamatan Teluk Batang melaksanakan balik kampung project mengadakan kegiatan yang disingkat SHALAM (Sharing di Alam). Kegiatan tersebut dilaksanakan di lapangan terbuka, tepatnya di Pantai Pasir Mayang, pada (20/12/2020) kemarin.
Balik Kampung Project merupakan agenda tahunan yang wajib dilaksanakan oleh semua penerima WBOCS sebagai salah satu bentuk kampanye terhadap orangutan dan lingkungan. Kegiatan dilakukan secara terpisah antar dua kabupaten yaitu Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara. Dalam menjalankan program ini biasanya ditentukan berdasarkan kecamatan atau bisa pula bergabung dengan kecamatan lain yang masih satu kabupaten.
WBOCS Balik Kampung Project yang mengambil tema SHALAM merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengedukasi dan mengajak siswa/i di tingkat SMA sederajat untuk lebih peduli terhadap konservasi lingkungan dan satwa yang dilindungi terutama satwa orangutan yang saat ini statusnya sangat terancam punah. Kegiatan ini diharapkan para peserta SHALAM memiliki kesadaran konservasi yang tinggi dan menyampaikannya kembali ke orang lain.
Sebelum kegiatan dimulai, panitia dan peserta sarapan bersama di Pantai. Sebagai pembuka kegiatan, para peserta dan panitia saling memperkenalkan diri, kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi yang pertama yaitu Pengenalan WBOCS yang disampaikan oleh Sonia Utami. Materi ini bertujuan untuk menarik minat para peserta agar bisa mengikuti seleksi dan menjadi bagian dari WBOCS ini. Disela materi diisi dengan Ice Breaking oleh Fitri Melyana. Sesi Pengenalan WBOCS dan Ice Breaking dilaksanakan hingga siang hari mendekati waktu istirahat sholat makan (ISHOMA).
Setelah istirahat siang, kegiatan kami dilanjutkan dengan materi Pengenalan Flora dan Fauna yang disampaikan oleh Rizal dan materi tentang Upaya Konservasi Satwa dan Lingkungan yang disampaikan oleh Ahmad Albab. Setelah penyampaian materi selesai, sesi selanjutnya adalah sesi tanya jawab terkait materi yang telah disampaikan sebelumnya. bagi para peserta yang bisa menjawab pertanyaan dari panitia akan diberi doorprize berupa tumbler (botol minum).
Selanjutnya kegiatan yang dilakukan adalah pemasangan plang yang berupa himbauan untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan khususnya di area Pantai Pasir Mayang tersebut.
Beberapa isi dari pesan yang ada pada plang tersebut seperti antara lain seperti; “Pantai Bukan Tempat Sampah”, “Kita Jaga Hutan, Hutan Jaga Kita”, “Lestarikan Hutan untuk Masa Depan”, dan “Punya Iman? Jaga Kebersihan”. Para peserta sangat berantusias dalam pemasangan plang tersebut.
Kegiatan yang berlangsung dari pagi hingga sore ini dihadiri oleh 22 orang peserta dari 6 sekolah, yaitu SMA Negeri 1 Simpang Hilir, SMK Negeri 1 Simpang Hilir, SMA Negeri 1 Simpang Hilir, SMA Negeri 3 Simpang Hilir, SMA Negeri 2 Sukadana dan MA Babussa’adah Teluk Batang.
Sebelum kegiatan selesai dilaksanakan, panitia dan peserta berkesempatan untuk berfoto bersama dan selanjutnya kami mengadakan baksos bersih-bersih sampah sekitar pantai dan pulang.
Seluruh rangkaian kegiatan yang kami laksanakan berjalan dengan lancar sesuai alur kegiatan, walaupun pada saat dipagi hari sedikit ada kendala yaitu berupa hujan namun tidak mengganggu rangkaian kegiatan. Diharapkan kegiatan seperti ini akan tetap berkelanjutan untuk demi generasi yang peduli dengan lingkungan dan masa yang akan datang.
Penulis : Rafikah, Gilang Pratama, Sonia Utami, Fitri Melyana, Rizal dan Ahmad Albab (WBOCS Balik Kampung Project Kabupaten Kayong Utara)
Yayasan Palung adalah tempat saya bekerja selama 11 tahun ini, sejak Oktober 2009 hingga Desember 2020. Dalam kurun waktu tersebut, lembaga ini sudah seperti rumah pertama bagi saya dari segi waktu yang saya habiskan, yang memang sebagian besar untuk bekerja.
Sebelum bekerja di Yayasan Palung saya bekerja dalam bidang pemberdayaan masyarakat petani di pesisir Kalimantan Barat, juga meliputi pendidikan politik dan pendidikan kaum muda serta penguatan kapasitas aktivis lingkungan. Ketika bekerja di Yayasan Palung saya seperti kembali kepada latar belakang pendidikan saya yaitu kehutanan dan juga tetap menjalani passion saya di bidang pendidikan masyarakat. Selain itu saya memiliki perspektif lingkungan hidup yang sehat adalah hak rakyat dan sumber daya alam harus dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat sehingga bekerja dalam bidang pendidikan untuk tujuan konservasi hutan dan satwa langka orangutan mewujudkan hal tersebut.
Sebelas tahun adalah waktu yang cukup lama bekerja di suatu tempat, mengapa saya bertahan selama itu bekerja di Yayasan Palung? Organisasi ini memiliki sistem kerja yang cocok bagi saya dan bagi orang-orang yang bekerja bukan hanya untuk menghasilkan uang, namun lebih besar kepada menjalani passion masing-masing terutama di bidang konservasi. Suasana kerja yang mengedepankan kekeluargaan, jauh dari suasana kaku dan formal, antar staf berteman tidak terlihat hierarki antar jabatan, walaupun tentu tetap menjalankan profesionalitas.
Bekerja disini seperti belajar sambil jalan-jalan, misalnya saat membawa para pelajar ke hutan, kami mencoba jalur-jalur baru hiking, hilang rasa letih ketika bertemu dengan alam yang indah, mendengar suara binatang dan suara air jatuh dari air terjun, dan merasakan air yang bersih dan segar di sungai. Atau misalnya dalam perjalanan ekspedisi pendidikan lingkungan ke desa-desa di pedalaman, kami berkunjung ke lokasi yang baru dan bertemu dengan masyarakat pedesaan yang ramah. Walaupun dalam semua perjalanan ada juga hal-hal yang sedih seperti melihat keadaan masyarakat yang masih hidup dalam kemiskinan, hutan-hutan yang rusak atau berubah menjadi perkebunan sawit dan tambang, serta kondisi infrastruktur jalan yang buruk.
Yayasan Palung adalah lembaga yang sudah dikenal oleh masyarakat luas di kawasan Ketapang dan Kayong Utara maupun Indonesia, bukan saja karena sebagai lembaga paling tua di kawasan ini, namun juga karena programnya yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kekuatan yang dimiliki oleh Yayasan Palung adalah memiliki staf yang ahli dan berpengalaman di bidangnya masing-masing, yang bekerja dengan loyal dan senang dalam bidang konservasi alam. Organisasi ini juga menjalankan program yang mengakomodir hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan hak minoritas kelompok miskin yang tinggal di sekitar hutan.
Saya dan tim saya mengelola tiga program yaitu Pendidikan Lingkungan, Kampanye Kesadaran Konservasi dan Beasiswa Peduli Orangutan Kalimantan Barat. Program-program ini semuanya berkaitan dengan meningkatkan kapasitas pendidikan masyarakat dari berbagai kelompok umur mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Secara langsung kami mengunjungi sekolah-sekolah hingga universitas untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan wawasan konservasi seperti mengenai hutan, orangutan dan keanekaragaman hayati lainnya di hutan, perubahan iklim, tentang sampah dan gaya hidup ramah lingkungan dan lain-lain.
Penerima beasiswa kami belajar berbagai disiplin ilmu di universitas dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas kampanye perlindungan orangutan sepanjang tahun. Kami juga menjangkau masyarakat di pedalaman dan pedesaan melalui siaran radio rutin, pemutaran film keliling dan diskusi masyarakat. Secara tak langsung kami juga menjangkau masyarakat yang lebih luas lagi melalui penyebaran informasi dan pengetahuan di website, media sosial, majalah bulanan dan tulisan di koran daerah baik online maupun offline. Kami juga membina generasi muda lokal untuk menjadi relawan untuk penjangkauan program konservasi di wilayah perkotaan melalui aktivitas-aktivitas yang diciptakan oleh para relawan serta special event kampanye pada hari-hari peringatan nasional dan internasional seperti pekan peduli orangutan. Setiap tahun kami juga membimbing para siswa magang dari beberapa sekolah dan universitas yang belajar bekerja di Kantor Yayasan Palung.
Yayasan Palung memiliki kekhasan program yang kuat dan menjadi tradisi namun setiap staf dapat berkreasi mengembangkan program itu sendiri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan jaman, sebagai contoh puppet show, lecture, dan field trip siswa ke hutan. Program-program ini sudah ada sejak Yayasan Palung berdiri 20 tahun yang silam hingga sekarang dengan isi dan metode yang berkembang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan saat ini.
Semua program bertujuan mulia untuk membangun perspektif cinta lingkungan di kalangan generasi muda dan masyarakat Indonesia agar terlibat dalam upaya-upaya konservasi alam, yang dalam jangka pendek maupun panjang berdampak sangat positif bagi Indonesia.
Setelah sekian lama menjalankan program di Yayasan Palung, kapasitas saya baik pengetahuan maupun keterampilan semakin meningkat dan kuat terutama bagaimana menjalankan dan menjangkau masyarakat untuk terlibat dalam upaya-upaya pelestarian alam. Saya semakin memahami dan menyadari arti penting pendidikan kritis untuk penyelamatan sumber daya alam yang tersisa di Indonesia.
Baca juga : https://yayasanpalung.com/2020/10/21/keliling-kampung-sampaikan-pendidikan-lingkungan-ke-sekolah-sekolah/
Saya sangat senang bekerja dalam bidang pendidikan, bagi saya pendidikan adalah pintu masuk untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di sekitar kita seperti kemiskinan, kerusakan hutan, penyakit sosial, radikalis dan fundamentalis. Bagi generasi muda pendidikan memberikan mimpi dan motivasi untuk masa depan mereka yang gemilang.
Harapan saya program Yayasan Palung berkembang, bermanfaat bagi masyarakat dan berkontribusi menghambat laju kerusakan hutan dan melestarikan sumber daya alam Indonesia yang tersisa. Terima kasih Yayasan Palung!
Penulis : Mariamah Achmad
Sejatinya, banyak cara yang bisa kita digunakan sebagai ajakan untuk peduli dengan lingkungan sekitar. Satu diantaranya mengajak guru membuat pupuk potosintesis Bakteria (PSB) dan peduli dengan soal sampah, kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Palung bertempat di SDN 10 Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, pada akhir bulan lalu.
Kegiatan workshop guru tersebut dibuka langsung oleh kepala SDN 10 Nipah Kuning, Amin Susanto. Amin Susanto berpesan kepada peserta yang terdiri dari bapak dan ibu guru SDN 10 dan SDN 5 Simpang Hilir yang mengikuti kegiatan ini, agar nantinya dapat menerapkannya di sekolah dan bisa membagikan ilmu kepada anak didik (siswa-siswi) agar mereka juga bisa berperilaku ramah lingkungan di sekolah.
Pada kesempatan pertama, penyampaian materi tentang sampah di Sampaikan oleh Mariamah Achmad. Dalam kegiatan workshop guru yang diikuti oleh SDN 10 dan SDN 5 Simpang Hilir tersebut, Mayi sapaan akrabnya mengajak sekolah-sekolah untuk peduli terhadap persoalan sampah terutama dilingkungan sekolah. Nantinya peran guru sangat diutamakan untuk mengajak siswa-siswi untuk peduli persoalan lingkungan dan sampah, kata Mayi.
Selanjutnya pada kesempatan kedua, materi disampaikan oleh Simon Tampubolon. Adapun materi yang disampaikan adalah tentang membuat pupuk Potosintesis Bakteria (PSB). Tidak hanya teori, Simon juga mengajak guru-guru dari SDN 10 dan SDN 5 Simpang Hilir yang hadir dalam workshop tersebut diajak untuk praktek membuat pupuk.
Dalam penjelasannya, Simon menerangkan cara-cara untuk membuat pupuk potosintesis bakteria dengan menyiapkan beberapa bahan seperti; 2 butir telur dan 3 sendok micin/msg. Selanjutnya kedua bahan tersebut dicampur hingga merata. Jika sudah tercampur rata, biarkan PSB selama 15-30 hari hingga berubah warna kemerahan dan selanjutnya PSB siap digunakan untuk pupuk.
Menurut simon, pupuk posintesis bakteria sangat baik digunakan agar dapat memperkuat tanaman dari serangan hama dan penyakit.
Seperti terlihat, 16 orang peserta workshop yang terdiri dari bapak dan ibu guru dari SDN 10 dan SDN 5 Simpang Hilir yang mengikuti kegiatan tersebut dengan sangat antusias.
Seperti diketahui, SDN 10 Simpang Hilir adalah merupakan sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten, di Kabupaten Kayong Utara.
Kegiatan workshop guru yang dilaksanakan tersebut tetap melaksanakan dan mematuhi protokol kesehatan, kegiatan pun dilaksanakan hanya setengah hari saja.
Semua rangkaian kegiatan dilaksanakan sesuai rencana dan mendapat sambutan baik dari semua peserta.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Banyak kisah kasih yang tercipta disini (Workshop WBOCS 2020), kegiatan ini diadakan di Kantor Yayasan Palung Bentangor Pampang Center, Desa Pampang Harapan, Kabupaten Kayong Utara, 27-29 November 2020 kemarin.
Agenda tahunan yang diadakan oleh Yayasan Palung untuk meningkatkan abilitas dan kapasitas diri penerima WBOCS.
Ini bukan hanya sekedar rutinitas pertemuan, pelatihan, mendengarkan materi, dan sebagainya. Tetapi, inilah yang selalu ditunggu-tunggu. Jarang terdengar ada yang keberatan dan tidak terima agenda ini ada, Tetapi karena kami keluarga, Dan, bagiku mereka adalah Rumah, iya, Rumah. Tempat berbagi kisah, tempat singgah ternyaman, wadah yang tepat untuk menuangkan segala hal yang memilukan, tempat yang mengajarkan pentingnya menghargai sesama, peduli sesama dan menerima apa adanya.
Foto kegiatan Workshop WBOCS 2020 yang diadakan di Kantor Yayasan Palung Bentangor Pampang Center, Desa Pampang Harapan, Kabupaten Kayong Utara, 27-29 November 2020 kemarin.
Dan, disetiap gambar yang kalian lihat disini, selalu ada cerita, suka, senang, kesal, marah, pilu, haru, semua ada. Dan ini adalah komponen pembentuk kenangan manis.
Dipenghujung agenda, ada kisah yang akan sulit untuk dilupa dan akan menjadi cerita top rekor kesedihan yang mendalam. Semua saling menggenggam erat, menuangkan rasa lewat gerakan, menyampaikan sepatah kata yang mewakili segalanya, dan yang paling manis, ialah berpelukan. Bukan karena ini pertemuan terakhir, tetapi karena melakukan yang diatas dengan ikhlas dari hati nurani paling dalam.
Emmm, manisnya.
Terimakasih kasih, Tuhan.
Terima Kasih Yayasan Palung dan Keluarga Besar WBOCS.
Penulis : Ari Marlina (Ii) – Penerima WBOCS 2018
Tidak ada kata lain selain ucapan terima kasih yang tak terhingga. Banyak cerita susah dan senang, keberhasilan yang kita capai bersama ketika bekerjasama selama di Yayasa Palung. Seluruh Pengurus dan Staf Yayasan Palung dan Para Relawan (RK-Tajam, RK-Rebonk) dan WBOCS mengucapkan terima kasih kepada : Mariamah Achmad (Kak Mayi) atas pengabdian dan dedikasi terhadap Yayasan Palung selama satu dekade lebih (11 tahun) berkerja di Yayasan Palung (periode 2009-2020). Semoga sukses selalu dan selamat berkarya di tempat kerja yang baru.
Selamat datang kepada Kak Dwi Yandhi Febriyanti sebagai Manager Program Pendidikan Lingkungan Yayasan Palung yang baru. Semoga kita bisa bekerjasama dengan baik.
Setidaknya15 orang peserta terlihat sangat bersemangat ketika mengikuti pelatihan smart patrol yang diadakan oleh Yayasan Palung pada 24-26 November 2020 kemarin. Kegiatan tersebut dilaksanakan di Kantor Yayasan Palung Bentangor Pampang Center di Desa Pampang Harapan, Kabupaten Kayong Utara.
Selaku pendamping program Hutan Desa, Hendri Gunawan mengatakan, “Melaksanakan kegiatan training smart patrol kepada Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (LPHD) diharapkan kedepan mereka mampu melakukan patroli di dalam kawasan hutan desa dengan metode smart patrol yaitu dengan aplikasi CyberTracker yang telah terinstal di smartphone masing-masing anggota LPHD, kemudian mereka juga mampu menggunakan perangkat sistem dengan baik dan melaporkan hasil patroli dilapangan data melalui sistem yang telah ditentukan”.
Dengan demikian patroli di dalam kawasan hutan desa dapat dilakukan dengan mudah, karena semua pencatatan, pemotretan, pengambilan titik koordinat, serta pengiriman laporan dapat melalui smartphone saja. Mudah-mudahan dengan adanya kegiatan smart patrol di kawasan hutan desa, kesadaran untuk selalu menjaga kelestarian habitat oranngutan semakin meningkat serta ancaman-ancaman kerusakan habitat dapat berkurang, lajut Hendri.
Selain itu juga, sebagai lembaga yang mendampingi tujuh hutan desa tersebut selain untuk meningkatkan kapasitas masyarakat di bidang ekonomi dari potensi Hutan Desa, merupakan kewajiban Yayasan Palung untuk membantu masyarakat untuk dapat menjaga wilayah hutan desa tersebut dari berbagai ancaman, menjaga keamanan biodeversity serta kekayaan alam yang merupakan habitat Orangutan yang ada di wilayah 5 Hutan Desa di dalam maupun sekitar dalam Kawasan Hutan Lindung Gambut. Sungai Paduan dan Hutan Produksi Sungai Purang.
Maka dari itu tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menguatkan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Anggota dan Pengurus LPHD untuk menjaga kawasan Hutan Desa dari Berbagai Resiko hilangnya Habitat Orangutan di Kawasan Hutan Desa.
Adapun peserta yang hadir dalam serangkaian kegiatan Pelatihan Smart Patrol tersebut adalah 3 orang perwakilan dari setiap hutan desa. Tidak hanya teori, peserta pelatihan dibekali juga dengan pelatihan penggunaan penggunaan alat pemadam kebakaran, penggunaan GPS, CyberTracker dengan smartphone.
Sebagai Narasumber (Pemateri) dalam kegiatan tersebut antara lain adalah Bambang Suryantoro dari Balai Taman Nasional Gunung Palung. Selain itu ada juga Erik Sulidra dan Andre Ronaldo dari Yayasan Palung yang memberikan materi tentang keberagaman biodiversitas berupa flora dan fauna yang ada di kawasan Hutan Desa. Sedangkan Erik Sulidra menyampaikan materi tentang Saran untuk identifikasi Sarang Orangutan dan Burung.
Desi Kurniawati, selaku koordinator Program Hutan Desa Yayasan Palung mengatakan; “Pelatihan Smart Patrol yang diadakan ini nantinya sangat penting bagi teman-teman Lembaga Pengelola Hutan Desa. Dengan belajar Smart Patrol, berharap mereka (LPHD) memiliki ketrampilan dalam bidang patroli dan database serta mereka bisa menjaga hutan desa mereka. Selanjutnya juga, LPHD mampu menjaga kawasan hutan desa agar terhindar dari kerusakam baik karena alam dan karena kesengajaan seperti kebakaran, pembalakan liar dan perburuan”.
Seperti diketahui, 5 Hutan Desa binaan Yayasan Palung adalah di Desa Penjalaan, Desa Nipah Kuning, Desa Pemangkat, Desa Pulau Kumbang dan Desa Padu Banjar. Selain itu ada 2 Hutan Desa baru Binaan Yayasan Palung yaitu di Desa Rantau Panjang dan Desa Batu Barat.
Semua rangkaian kegiatan tersebut berjalan sesuai rencana dan mendapat sambutan baik dari peserta yang mengikuti pelatihan.
Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di Pontianak Post:
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Tidak kurang 20 anggota RK-Tajam (Relawan Konservasi Tajam) bersama 3 anggota Pokdarwis Celincing Bersatu melakukan kegiatan Bakti Sosial membersihkan sampah anorganik di sekitaran pantai dan melakukan penanaman pohon sekaligus merayakan Hari Pohon Sedunia 2020. Kegiatan tersebut dilaksanan di Desa Baru, Pantai Celincing Desa Sukabaru Katapang, Kalimantan Barat, Minggu (22/11/2020) kemarin.
Rangkaian kegiatan tersebut dimulai pukul 07.00 WIB dan sebagai titik kumpul pertama yaitu dikantor Yayasan Palung. Pada titik kumpul pertama kami mempersiapkan segala sesuatu yang harus dibawa menuju lokasi seperti alat-alat kebersihan, mempersiapkan makanan dan minuman, serta memastikan anggota yang akan berangkat.
Kak Haning Pertiwi, selaku pembina RK-Tajam dan Kak Yandhi (selaku Manager Program Pendidikan Lingkungan Yayasan Palung) beserta kak Sola Gratia Sihaloho dari RK- Tajam angkatan 3 dan bang Syainullah dari RK- Tajam angkatan 4 memberikan pengarahan kepada teman-teman relawan.
Titik kumpul ke dua yaitu dikediaman bapak Jainuri di Desa Baru, untuk meminta izin langsung kepada beliau selaku pengurus pantai Celincing. Dirumah pak Jainuri, Pokdarwis Celincing Bersatu memberikan bibit pohon Ketapang Cendana dan bibit pohon Bakau untuk ditanam di sekitaran kawasan pantai Celincing.
Selanjutnya, dari kediaman Bapak Jainuri kami menuju lokasi dimana kami berkegitan, dengan jalan kaki bersama. Bibit Pohon Ketapang Cendana kami taman sebelum masuk ke Gerbang pantai. Bapak Jainuri memberikan arahan kepada kami ketika menanam pohon. Sebagai perwakilan menanam pohon adalah kak Haning Pertiwi selaku pembina dan kak Yandhi selaku manager PL.
Beberapa dari teman kami dan anggota dari Pokdarwis Celincing menanam bibit Bakau di sekitar pantai, tak banyak pohon yang kami tanam, ada 22 bibit pohon yang dapat kami tanam, karena air laut mulai pasang membuat kami cukup kesulitan melakukan penanaman pada hari itu.
Setelah kami menanam pohon kami melakukan bakti sosial (baksos) memungut sampah yang ada sekitar taman di wilayah itu. Selanjutnya kami membersihkan sampah di bibir pantai dengan cara menelusuri secara menyebar.
Titik kumpul ketiga, lokasi baksos sudah ditentukan oleh Bapak Jainuri dan Infondari. Seperti diketahui dari rencananya tempat ini (Cilincing) akan dijadikan camping ground. Ditempat ini para anggota Tajam memungut sampah dan mengumpulkan ranting-ranting kayu untuk ditumpuk menjadi satu tempat dan selanjunya dibersihkan.
Pada kegiatan bakti sosial membersihkan sampah dan tanam pohon dalam rangka hati pohon sedunia 2020 tersebut teman-teman RK-Tajam dan anggota Pokdarwis Cilincing sangat bersemangat sekali, setelah kegiatan selesai semua beristirahat bersama. Mengigat teman-teman relawan yang mengikuti kegiatan ini dari berbagai angkatan, maka kami mengadakan permainan (game) yang dimainkan bertujuan agar semua relawan saling mengenal. Setelah permainan selesai teman-teman relawan dan anggota Pokdarwis menyudahi semua rangkaian kegiatan dan semua rangkaian kegiatan berjalan sesuai rencana.
Penulis : Maryani (RK-Tajam Angkatan 9)