Kita dan Keanekragaman Hayati yang Tersisa

Tajuk-tajuk pepohonan. (Foto Yayasan Palung).

Kita dan keanekaragaman hayati (biodiversitas) senjatinya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Tidak terpisahkan satu sama lain, berarti juga keanekaragaman hayati itu harus harmoni hingga selamanya. Maka dengan demikian pula perlu peran kita dalam mengelola, menjaga bahkan melestarikan keanekaragaman hayati.

Lalu, apakah itu keanekaragaman hayati?  Jika disederhanakan, keanekaragaman hayati merupakan satu kesatuan flora dan fauna (makhluk hidup dan tumbuhan) baik yang ada di daratan dan yang ada di lautan. Tentu ini menjadi satu kesatuan yang jangan sampai terpisahkan, jika boleh dan bisa bahkan harus harmoni selamanya.

Kita dan keanekaragaman hayati (kehati) tentu memiliki arti yang tidak ternilai sebagai keberlanjutan semua napas kehidupan.

Tidak hanya itu, Kehati tentunya memiliki arti penting yang tidak ternilai bagi semua napas kehidupan hingga kapan pun.

Seperti diketahui, tanggal 22 Mei besok, diperingati sebagai hari keanekaragaman hayati Sedunia. Dengan demikian kita diingatkan untuk selalu bersama

Mengutip dari situs resmi International Day for Biodiversity, tema pada tahun 2024 ini adalah: Jadilah Bagian dari Rencana.

Tentu dari tema tersebut mengajak kita semua untuk menjadi bagian dari rencana. Apa yang bisa kita rencanakan untuk Kehati?

Kehati butuh kita untuk berlanjut hingga nanti. Kata Data menyebutkan, Brasil nemempati posisi teratas sebagai negara dengan keanekaragaman hayati paling banyak di dunia.

Indonesia berada di peringkat kedua dengan memiliki sebanyak 1.723 jenis burung, 282 jenis amfibi, 4.813 jenis ikan, 729 jenis mamalia, 773 jenis reptil, dan 19.232 jenis tanaman vaskular.

Kekayaan Kehati (mega biodiversitas) yang ada seperti ragam tumbuhan dan satwa yang ada di Indonesia Ragam satwa seperti orangutan, bekantan, burung enggang dan ragam tumbuhan seperti kantong semar serta anggrek hitam dan juga mungkin masih banyak yang lainnya seperti tanam tumbuh lainnya seperti ramin, pohon dipterocarpaceae dan ragam ficus.

Peran dari semua kita (berbagai pihak) tentu menjadi satu tujuan bersama yaitu menyelamatkan keanekaragaman hayati yang masih ada (yang tersisa) ini.

Mengingat, acap kali kita acuh dengan apa yang ada disekitar kita. Tidak jarang kita lebih sibuk dengan ego sendiri dengan tingkah polah kita.

Kita terkadang abai, abai dengan apa yang terjadi di sekeliling kita. Kita terkadang ego dengan tingkah polah yang mengorbankan lingkungan di sekitar kita.

Lihatlah, tidak sedikit hutan tanah dan kehati yang tergadai bahkan terkikis menjelang habis karena ulah pongah kita.

Ragam biodiversitas yang menjadi rumah bagi ragam satwa dan tumbuhan tidak sedikit yang tergadai bahkan nyaris hilang tidak bersisa.  Keberagaman hayati yang tersisa ini tentu masih sedikit asa agar tidak hilang selamanya.

Karena, tidak sedikit satwa yang hilang rumahnya berupa hutan bahkan rimba raya yang tak lagi raya. Ragam satwa dan tumbuhan yang mendiami bentang alam di hutan hujan tropis Indonesia tentu dengan harapan boleh berlanjut hingga selamanya.

Tumbuhan mulai tercabut/tercerabut oleh tangan-tangan tidak terlihat. Raung tangis satwa menggema mengadu tentang nasib yang tidak pasti. Ibarat masa depan yang tidak jelas, sama seperti alam yang sering menangis yang tidak jarang pula disebut bencana alam karena sering datang tiba-tiba mendera kita.

Tangan-tangan penolong dinanti untuk peduli kepada nasib seisi bumi berupa ragam keanekaragaman hayati ini, tentu dengan cara-cara sederhana yang kita miliki.

Berharap, tangan-tangan penolong bisa meyelamatkan kita dan keanekaragaman hayati yang tersisa ini. Dengan demikian kita bisa saling memberi harmoni. Sebab, Kita ingat, Sang Kuasa memberi isi bumi ini berupa Keanekararagaman Hayati sebagai titipan yang harus dijaga, dirawat dan dilestarikan sampai nanti. Semoga saja…

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

(Puisi) Ketika Semua Butuh Hutan

Ketika semua butuh (membutuhkan), tidak perlu merengek tetapi itu adanya

Manusia butuh Hutan, Hutan butuh Kami, Kami Butuh Hutan

Semua butuh

Karena hakikatnya semua harmoni

Butuh karena ingat napas yang kiranya boleh berlanjut

Manusia, ragam satwa perlu hutan untuk berlindung atau bernaung, makan hingga bahkan bernapas

Mungkin, hutan hanya butuh dirawat jika ia tidak dirampas, diperas dan dibinasakan

Kami, kita semua butuh hutan sebagai naungan

karena panas yang sudah semakin sering mendera, banjir dan kekeringan tak jarang melanda manusia

Butuh karena semua sudah tidak utuh

Lihat hutan, lihat manusia

Hutan tidak banyak yang suci alias perawan melainkan hilang rebah tak berdaya

Manusia yang semakin beringas merampas kesucian hutan belantara hingga tanpa rupa

Hutan rimba, aku tertawa melihat rupamu yang tidak serupa

Tetapi juga iba karena engkau sudah condong bahkan rebah karena tak kuat menahan tingkah polah manusia yang jengah

Jengah mengaku rindu merawatku tetapi pongah lupa karena semua butuh

Rambutku yang menjuntai rimbun tak lagi banyak yang bisa memayungi seisi bumi ini

Bumi belantara ini tak senada dengan kata, itu umpatanku, caci maki ku

Bumi dan isi seolah tak lagi serasi, tak lagi harmoni

Lihatlah panas terik, banjir sering datang tanpa pamit menghampiri manusia

Manusia menyapa, agar menjaga yang masih ada dan tersisa

Tetapi sepertinya kalah dengan para tuan-tuan yang punya titah

Raung mesin tanpa henti berganti mengeruk, mengikis isi perut ibu bumi Kenangku,

Gaduh, riuh sampai mengaduh bersimpuh memohon pada-Nya agar kiranya semua boleh harmoni karena semuanya butuh

Namun, adakah yang bisa mencegah itu? Tanyaku kepada semua!!…

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Orangutan Jantan Melintas di Hutan Desa Penjalaan

Tim smart patrol Yayasan Palung (YP) pada awal bulan lalu melakukan pengecekan alat di Kawasan Hutan Desa Penjalaan, Kabupaten Kayong Utara.

Menariknya, saat melakukan melakukan pengecekan kamera perangkap (kamera trap), di salah satu kamera perangkap berhasil merekam orangutan jantan yang sedang melintas di wilayah Hutan Desa Penjalaan.

Seperti diketahui, orangutan merupakan satwa yang sangat dilindungi dan statusnya saat ini sangat terancam punah.

Lihat : Status Orangutan kalimantan

Berharap orangutan jantan tersebut bisa hidup dengan tenang dan berkembang biak di wilayah hutan desa yang luasannya 376 hektare.

Seperti diketahui, di wilayah hutan desa tersebut memiliki tingkat keanekaragaman flora unik dan menarik, diantaranya masih dapat ditemukannya pohon asli di wilayah tersebut seperti pohon dari kelompok nyatoh, medang dan meranti serta ada beberapa jenis ficus (kayu ara) dan jamur (Basidiomycetes). Selain itu ada juga kantong semar.

Sedangkan keberagaman fauna yang ada di wilayah itu seperti enggang, kelasi, kelempiau, tarsius dan orangutan. Selain itu, keunikan hewan kecil lainnya seperti jumping spider (laba-laba loncat), ada pula belalang sembah borneo.

Lihat juga di :

Sumber data dan informasi : Tim Biodiversitas Yayasan Palung

Sumber video : Tim Smart Patrol Hutan Desa Yayasan Palung

Tulisan : Pit & Gunawan-Yayasan Palung

————————————-
Pengelolaan Kawasan Hutan Desa oleh LPHD Simpang Keramat Desa Penjalaan yang dibina oleh KPH Wilayah Kayong dan disupport oleh Yayasan Palung (YP) / Gunung Palung Orangutan Conservation Program (GPOCP).

Ketika Semua Butuh Hutan

Ketika semua Butuh Hutan. (Foto dok. Yayasan Palung & RK-TAJAM).

Ketika semua butuh (membutuhkan), tidak perlu merengek tetapi itu adanya

Manusia butuh Hutan, Hutan butuh Kami, Kami Butuh Hutan

Semua butuh

Karena hakikatnya semua harmoni

Butuh karena ingat napas yang kiranya boleh berlanjut

Manusia, ragam satwa perlu hutan untuk berlindung atau bernaung, makan hingga bahkan bernapas

Mungkin, hutan hanya butuh dirawat jika ia tidak dirampas, diperas dan dibinasakan

Kami, kita semua butuh hutan sebagai naungan

karena panas yang sudah semakin sering mendera, banjir dan kekeringan tak jarang melanda manusia

Butuh karena semua sudah tidak utuh

Lihat hutan, lihat manusia

Hutan tidak banyak yang suci alias perawan melainkan hilang rebah tak berdaya

Manusia yang semakin beringas merampas kesucian hutan belantara hingga tanpa rupa

Hutan rimba, aku tertawa melihat rupamu yang tidak serupa

Tetapi juga iba karena engkau sudah condong bahkan rebah karena tak kuat menahan tingkah polah manusia yang jengah

Jengah mengaku rindu merawatku tetapi pongah lupa karena semua butuh

Rambutku yang menjuntai rimbun tak lagi banyak yang bisa memayungi seisi bumi ini

Bumi belantara ini tak senada dengan kata, itu umpatanku, caci maki ku

Bumi dan isi seolah tak lagi serasi, tak lagi harmoni

Lihatlah panas terik, banjir sering datang tanpa pamit menghampiri manusia

Manusia menyapa, agar menjaga yang masih ada dan tersisa

Tetapi sepertinya kalah dengan para tuan-tuan yang punya titah

Raung mesin tanpa henti berganti mengeruk, mengikis isi perut ibu bumi Kenangku,

Gaduh, riuh sampai mengaduh bersimpuh memohon pada-Nya agar kiranya semua boleh harmoni karena semuanya butuh

Namun, adakah yang bisa mencegah itu? Tanyaku kepada semua!!…

Ketapang, Kalbar, 5 Mei 2024

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Fieldtrip dan Pelantikan Relawan TAJAM di Hutan Pantai Mak Bagok

Foto bersama setelah pelantikan RK-(RK-TAJAM) angkatan ke-12 . (Foto dok. Simon Tampubolon/Yayasan Palung).

Relawan Konservasi Taruna Penjaga Alam (RK-TAJAM) angkatan ke-12 secara resmi dilantik, dalam kegiatan tersebut juga sekaligus diadakan fieldtrip (kunjungan lapangan) di Hutan Pantai Mak Bagok, Pasir Mayang, Kecamatan Sukadana, Kayong Utara, pada Jumat sampai Minggu (26-28 April 2024).

Pada hari pertama, Jumat (26/4) Semua peserta dan panitia harus terlebih dahulu menyusuri hutan pantai dengan jarak tempuh sekitar 45 menit berjalan kaki untuk tiba di hutan pantai Mak Bagok.

Setibanya di Hutan Pantai Mak Bagok, peserta dan panitia selanjutnya membuat dan memasang tenda dari terpal untuk bermalam selama berkegiatan (fieldtrip sekaligus pelantikan RK-TAJAM).

Kegiatan dihadiri dan dibuka oleh Widiya Octa Selfiany, selaku Manager Pendidikan Lingkungan dan Media Kampanye Yayasan Palung.

Dalam kesempatan tersebut, Widiya mengajak RK-TAJAM Angkatan ke-12 untuk selalu menjadi Pemuda yang bisa menjadi penggerak dan peduli pada lingkungan dengan aksi-aksi nyata. RK-TAJAM juga nantinya diharapkan bisa menjadi penyambung lidah bagi Yayasan Palung dalam menyebarkan virus-virus konservasi, kata Widiya.

Perkenalan sekaligus pembukaan kegiatan. (Foto dok. Simon Tampubolon/YP).

Selaku Pembina RK-TAJAM, Haning Pertiwi, dari Yayasan Palung mengajak RK-TAJAM Angkatan ke-12 untuk mengenal Atribut RK-TAJAM seperti Logo dan Visi Misi.

Selanjutnya oleh Panitia kegiatan, Senior RK-TAJAM, melakukan evalusi selama perjalanan, terkait apa yang menjadi kendala, apa-apa saja yang dijumpai selama perjalanan dan lain sebagainya.  

Pada hari kedua kegiatan, Sabtu (27/4), kegiatan dilanjutkan dengan Sound scape (motivasi mencintai alam) yang dibawakan oleh Piet, peserta ditanya tentang motivasi dan ide-ide apa yang bisa dilakukan untuk menjaga dan melindungi ala mini dengan cara-cara sederhana.

Kegiatan selanjutnya adalah penyampaian materi tentang Keanekaragaman Hayati (Teori, Praktek dan Presentasi) yang disampaikan oleh Simon Tampubolon. Pada kesempatan itu, Simon, sapaan akrabnya mengajak RK-TAJAM Angkatan ke-12 untuk mengenal tentang apa-apa saja keanekragaman hayati yang ada (tumbuhan dan hewan).

Simon Tampubolon saat menyampaikan materi tentang keanekaragaman hayati. (Foto dok. Yayasan Palung).

Kemudian juga penyampaian materi tentang survei satwa (Teori, Praktek dan Presentasi) yang disampaikan oleh Piet dan Riduwan. Adapun materi yang disampaikan tentang pengenalan dasar bagaimana survei dilakukan.

Setelah materi Kehati (keanekaragaman hanyati) dan survei satwa disampaikan, selanjutnya peserta RK-TAJAM diajak untuk melakukan praktek dan pengamatan secara langsung di hutan Pantai Mak Bagok.

Setelah melakukan praktek dan pengamatan, peserta mempresentasikan apa-apa saja temuan (tumbuhan dan satwa) yang dijumpai. Beberapa tumbuhan yang mereka jumpai seperti bemban, pandan lumut, pohon durian, jamur, paku-pakuan dan lain-lainnya. Sedangkan hewan, saat mereka melakukan pengamatan mereka berjumpa dengan burung merbah dan serangga.

Saat melakukukan pengatan, mereka juga mencatat hasil dari apa yang mereka jumpai. (Foto dok. Simon Tampubolon).
Saat peserta mempresentasikan hasil dari pengamatan yang mereka lakukan. (Foto dok. Simon Tampubolon).

Pada hari terakhir kegiatan, Minggu (28/4), 10 peserta RK-TAJAM Angkatan 12 secara resmi dilantik oleh Pembina RK-TAJAM dan Staf dari Yayasan Palung.  10 orang tersebut terdiri dari 9 orang perempuan dan 1 orang laki-laki.

Selaku Pembina RK-TAJAM, Haning Pertiwi mengajak kepada RK-TAJAM Angkatan ke-12 untuk peduli dengan lingkungan dengan aksi-aksi nyata. Selanjutnya RK-TAJAM harus bisa menjaga nama baik organisasi dan YP, kata Haning.

Tidak hanya kegiatan pelantikan dan fieldtrip, tetapi juga pada kesempatan tersebut peserta RK-TAJAM yang baru melakukan pemasangan plang papan informasi berupa himbuan untuk peduli dengan sampah (Pantai bukan tempat sampah, tanpa sampah pantai indah, Bawa Pulang Sampah Anda), dilanjutkan dengan melakukan operasi semut (aksi memungut sampah) dari Pantai Mak Bagok hingga ke Pantai Pasir Mayang, KKU.

Peserta RK-TAJAM yang baru melakukan pemasangan plang papan informasi berupa himbuan untuk peduli dengan sampah. (Foto dok. Amau/RK-TAJAM).

Serangkaian kegiatan tesersebut berjalan sesuai rencana, walaupun di hari pertama dan kedua berkegiatan cuaca kurang mendukang (hujan cukup deras) tetapi tidak menyurutkan niat dalam berkegitan tersebut. (Pit-YP).

Peringati Hari Bumi, YP Gelar Kegiatan Edukasi Kelompok Muda Konservasi di Kayong Utara

Edi Rahman, selaku Field Direktur Yayasan Palung berkempatan menyampaikan materi tentang Pengenalan Yayasan Palung dan Kerelawanan. (Foto dok. Yayasan Palung).

Dalam rangka memperingati Hari Bumi 2024, Yayasan Palung (YP) mengadakan kegiatan Edukasi Kelompok Muda Konservasi yang digelar pada Rabu (24/4/2024) di Gedung Serba Guna Desa Pampang Harapan, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara (KKU), pukul 08.00 WIB.

Yayasan Palung sebagai lembaga konservasi selalu rutin memperingati Hari Bumi dengan serangkaian kegiatan setiap tahunnya.

Kegiatan ini dilakukan oleh Yayasan Palung melalui Program Pendidikan Lingkungan dan Media Kampanye Yayasan Palung.

Ada dua kegiatan yang dilakukan yaitu memberikan edukasi tentang lingkungan dan juga melakukan penanaman pohon.

Foto saat penanaman pohon. (Foto dok.Yayasan Palung)

Adapun manfaat dan tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan edukasi terhadap kelompok muda tentang isu-isu lingkungan yang sedang terjadi saat ini sekaligus mencari generasi muda yang ingin bergabung bersama relawan Yayasan Palung (REBONK).

Widiya Octa Selfiany, Manager Pendidikan Lingkungan dan Media Kampanye Yayasan Palung, mengatakan, generasi muda sebagai garda terdepan dalam penanggulangan kerusakan lingkungan. Kita harus memberikan edukasi dan membina kelompok muda ini agar menjadi generasi yang memiliki rasa peduli dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Edukasi yang akan diberikan tentang pengenalan Yayasan Palung dan kelompok muda binaan, edukasi tentang perubahan iklim serta bagaimana peran pemuda dalam melestarikan alam.

Sebelum kegiatan dimulai, semua peserta melakukan penaman pohon di depan kantor Yayasan Palung Bentangor Education Center di Desa Pampang Harapan, KKU. Adapun tanaman yang di Tanam adalah pucuk merah.

Peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut adalah dari SMAN 1 Sukadana, SMAN 2 Sukadana, dan MAN Kayong Utara.

Sebagai pemateri dalam serangkaian kegiatan tersebut adalah Edi Rahman, selaku Field Direktur Yayasan Palung berkempatan menyampaikan materi tentang Pengenalan Yayasan Palung dan Kerelawanan.

Edi Rahman dalam materinya menyampaikan terkait sejarah YP dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Palung, diantaranya terkait kegiatan Riset yang sudah dimulai sejak tahun 1985 dan kegiatan konservasi sejak tahun 1999.

Edi, sapaan akrabnya menceritakan peran penting generasi muda dan relawan, sangat penting karena mereka sebagai penerus untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Sedangkan relawan sebagai penyambung lidah bagi Yayasan Palung. YP sebagai lembaga konservasi tidak bisa sendiri tanpa lembaga mitra ataupun relawan, kata Edi.

Selanjutnya materi kedua disampaikan oleh Abdul Samad, selaku Koordinator Program Sustainable Livelihood (Program Mata Pencaharian Berkelanjutan) berkesempatan menyampaikan materi tentang Perubahan Iklim.

Dalam penyampaian materinya, Samad menjelaskan tentang Perubahan iklim yang sudah dan benar-benar terjadi, seperti misalnya cuaca yang tidak menentu oleh karena efek rumah kaca dan ulah manusia.

Selain itu juga, kata Samad dalam penyampaian materinya mengatakan, terkait pemanasan global dan kerusakan lapisan ozon. Perlu peran pemuda (siswa-siswi) untuk peduli pada nasib bumi ini, kata Samad.

Samad saat menyampaikan materi tentang perubahan iklim. (Foto dok. Yayasan Palung).

Materi terakhir disampaikan oleh Desi Kurniawati, selaku Manager HRD Yayasan Palung menyampaikan materi tentang Peran Pemuda untuk Konservasi.

Desi Kurniawati saat menyampaikan materi tentang Peran Pemuda untuk Konservasi. (Foto dok. Yayasan Palung).

Desi Kurniawati dalam penyampaian materinya lebih kepada mengajak para pemuda untuk melakukan hal-hal yang postif dan menggali potensi diri yang mereka miliki. Dengan kata lain, Desi mengajak para peserta untuk mengembangkan potensi pada diri (kelebihan dan minat) yang ada pada diri mereka.

Foto bersama dengan semua peserta yang ikut dalam Kegiatan Edukasi Kelompok Muda Konservasi. (Foto : Riduwan/Yayasan Palung).

Terlihat, tampak antusias dan semangat dari semua peserta yang mengikuti kegiatan tersebut. Serangkaian kegiatan pun berjalan sesuai rencana dan mendapat sambutan baik dari semua peserta yang hadir.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Selamat Hari Bumi, Jaga Bumi Lawan Sampah Plastik

Hari Bumi (Earth Day) secara rutin diperingati setiap tanggal 22 April. Peringatan hari bumi dirayakan sebagai bentuk kepedulian dengan beragam cara demi melindungi kelestarian bumi dengan tujuan bersama dimana seluruh kalangan mengajak sesama untuk lebih peduli terhadap nasib lingkungan hidup (cara sederhana untuk merawat bumi).

Tahun ini, Hari Bumi menusung tema Planet vs Plastic (Planet Lawan Plastik). Lalu, bagaimana dengan nasib bumi saat ini?

Saat ini nasib bumi sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Ya, nasib bumi kini bergelut melawan sampah pastik yang tidak kunjung usai persoalannya karena satu diantaranya karena ulah kita manusia.

Sampah plastik jika boleh dikata sudah semakin sulit untuk dikendalikan. Tidak sulit untuk menemukan sampah-sampah plastik di lingkungan di sekitar kita. Bahkan, sampah-sampah plastik tidak sedikit yang dibuang oleh oknum yang tidak bertanggung jawab ke sungai atau pun laut.

Tentu ini menjadi persoalan yang serius bagi kita semua. Persoalan sampah tidak sedikit mengganggu sendi-sendi kehidupan jika ia (sampah) tidak diolah secara bijaksana dengan cara-cara sederhana kita.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk peduli dengan nasib planet ini, satu diantaranya lawan sampah plastik dengan cara-cara sederhana kita dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Mengingat, planet bumi tempat kita tinggal ini sudah semakin tua renta. Ajakan kepada semua kita agar kiranya boleh peduli merawat bumi ini  hingga nanti. Semoga saja…

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

YP Akan Adakan Edukasi Kelompok Muda Konservasi di Kayong Utara

Edukasi Kelompok Muda Konservasi. (Foto dok. Simon Tampubolon).

Dalam rangka memperingati Hari Bumi 2024, Yayasan Palung (YP) akan mengadakan kegiatan Edukasi Kelompok Muda Konservasi yang rencananya akan diadakan pada Rabu (24/4/2024) di Gedung Serba Guna Desa Pampang Harapan, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara.

Yayasan Palung sebagai lembaga konservasi selalu rutin memperingati Hari Bumi dengan serangkaian kegiatan setiap tahunnya.

Kegiatan ini dilakukan oleh Yayasan Palung melalui Program Pendidikan Lingkungan dan Media Kampanye Yayasan Palung.

Rencananya akan ada dua kegiatan yang akan dilakukan yaitu memberikan edukasi tentang lingkungan dan juga melakukan penanaman pohon.

Adapun manfaat dan tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan edukasi terhadap kelompok muda tentang isu-isu lingkungan yang sedang terjadi saat ini sekaligus mencari generasi muda yang ingin bergabung bersama relawan Yayasan Palung (REBONK).

Widiya Octa Selfiany, Manager Pendidikan Lingkungan dan Media Kampanye Yayasan Palung, mengatakan, generasi muda sebagai garda terdepan dalam penanggulangan kerusakan lingkungan. Kita harus memberikan edukasi dan membina kelompok muda ini agar menjadi generasi yang memiliki rasa peduli dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Edukasi yang akan diberikan tentang pengenalan Yayasan Palung dan kelompok muda binaan, edukasi tentang perubahan iklim serta bagaimana peran pemuda dalam melestarikan alam.

Peserta yang diundang dalam kegiatan Edukasi Kelompok Muda Konservasi ini adalah 5 orang perwakilan siswa dan 1 orang guru dari 5 sekolah yang ada di Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara.

Adapun sekolah yang diundang adalah SMAN 1 Sukadana, SMAN 2 Sukadana, SMAN 3 Sukadana, SMKN 1 Sukadana dan MAN Kayong Utara.

Sebagai pemateri dalam serangkaian kegiatan tersebut adalah dari Yayasan Palung. Berharap kegiatan ini berjalan sesuai dengan rencana.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Beruk Sedang Bercinta Terekam Kamera di Hutan Desa

Ada saja hal-hal menarik yang tersaji di hutan, seperti misalnya yang terekam kamera di hutan desa Padu Banjar, Kecamatan Simpang Hilir, Kayong Utara, sepasang Pig tailed-macaque (Beruk) terekam kamera trap sedang Bercinta (kawin).

Ternyata monyet jenis beruk berkembang biak (kawin) bisa bersifat monogami dan poligami lho teman-teman.

Beruk mencapai kematangan seksual di usia sekitar tiga hingga lima tahun. Mereka cenderung berkembang biak sepanjang tahun, dan lamanya kehamilan selama enam bulan.

Beruk merupakan satwa omnivora dengan makanan utamanya adalah buah-buahan, biji-bijian, jamur, dan invertebrata.

Beruk masuk daftar merah IUCN sebagai satwa terancam punah sejak Maret 2022.

Keterangan video : Video ini digunakan untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Video dokumen : Tim Patroli Hutan Desa Yayasan Palung

YP Lakukan Ekspedisi, Sampaikan Sosialisasi Satwa Dilindungi di Sekolah-Sekolah

Saat menyampaikan cerita/ bertutur tentang kehidupan satwa dilindungi melalui media boneka (puppet show) kepada adik-adik di sekolah saat YP mengadakan ekspedisi PL di Seponti. (Foto : Simon Tampubolon/Yayasan Palung).

Sampaikan sosialisasi tentang satwa dilindungi, Yayasan Palung (YP) melalui Program Pendidikan Lingkungan berkesempatan melakukan Ekspedisi di Seponti Jaya, Kayong Utara, Kalimantan Barat, pada Minggu-Kamis (24-28/3/2024) akhir bulan lalu.

Dalam ekspedisi tersebut, YP kesempatan berkunjung ke sekolah-sekolah untuk menyampaikan Sosialisasi Satwa Dilindungi di Sekolah-Sekolah.

Kesempatan pertama, Senin (25/3) kegiatan yang dilakukan adalah Puppet show (pertunjukan boneka) di SDN 01 Seponti Jaya. Selanjutnya setelah kegiatan puppet show selesai dilakukan, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan lecture (ceramah lingkungan) di SMPN 1 Seponti.

Pada hari kedua, Selasa (26/3) kegiatan dilanjutkan dengan mengadakan puppet show di SDN 05 Podorukun dan setelahnya dilanjutkan lagi dengan mengadakan lecture di SMPN 3 Seponti.

Foto bersama setelah kegiatan Puppet show dilakukan. (Foto : Simon Tampubolon/Yayasan Palung).

Hari Ketiga, Rabu (27/3) Puppet show dilakukan di SDN 08 Sungai Sepeti dan setelah Puppet selesai dilakukan dilanjutkan dengan kegiatan lecture di SMPN 02 Seponti.

Selanjutnya di hari terakhir kegiatan, Kamis (28/3) kegiatan kami lanjutkan dengan mengadakan puppet show di SDN 06 Wonorejo.

Saat melakukan Puppet show, Kami ceritakan tentang beberapa satwa dilindungi seperti orangutan, bekantan dan kelasi. Kami juga menceritakan tentang nasib satwa dilindungi saat ini dalam ancaman nyata sehingga perlu peran dari semua pihak untuk melindunginya.

Pada saat melakukan Puppet show dan lecture, kami terlebih dahulu melakukan pree dan Post test untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa-siswi sebelum dan sesudah menerima materi (penyampaian informasi puppet show dan lecture).

Materi lain yang disampaikan yaitu tentang perilaku, sebaran, DNA dan reproduksi orangutan. Habitat hidup satwa dilindungi keberadaannya semakin hari semakin menurun drastis karena berbagai persoalan diantaranya pembukaan lahan berskala besar.

Yayasan Palung melakukan ekspedisi pendidikan lingkungan untuk menyampaikan arti penting menjaga satwa dilindungi kepada masyarakat dan anak sekolah di antaranya tentang orangutan yang berperan sebagai petani hutan di bumi ini.

Adapun dari Program PL YP yang melakukan kegiatan ekspedisi tersebut adalah Widiya Octa Selfiany, Simon Tampubolon, Petrus Kanisius dan Riduwan.

Berharap, semoga informasi terkait Sosialisasi Satwa Dilindungi yang kami sampaikan di sekolah-sekolah tersebut bisa menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi siswa-siswi dan ada tumbuh kecintaan terhadap satwa yang dilindungi. Pada kesempatan tersebut, kami menyampaikan tentang Undang-undang Perlindungan Orangutan dan Satwa Liar yang Dilindungi dan Undang-Undang nomor 1990 tentang Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung