Sejarah Yayasan Palung

Sejarah Berdirinya Yayasan Palung (History of Yayasan Palung)

Yayasan Palung (GPOCP)

Yayasan Palung berdiri sejak tahun 1999. Sejarah yang cukup panjang karena Yayasan Palung selalu memberikan warna baru dan memiliki ciri khas ketika menjalankan visi dan misi setiap program atau ketika berkegiatan yaitu dengan semangat kekeluargaan di dalam tim dari semua program yang ada. Demikian juga dengan usia program riset yang usianya yang tak lagi muda, berdiri sejak tahun 1985. Ini bukti nyata dua tim konservasi dan tim riset memiliki andil besar untuk konservasi di Tanah Kayong (sebutan untuk  kabupaten Ketapang dan Kayong Utara).

Sejarah Kegiatan Penelitian Orangutan di Stasiun Riset Cabang Panti

Kegiatan penelitian orangutan di dalam Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) atau sekarang dikenal dengan nama TANAGUPA, berada di lokasi yang kami sebut dengan Stasiun Riset Cabang Panti dengan luas area penelitian saat ini seluas 2,100 ha. Berdirinya  Stasiun riset ini dipelopori oleh seorang peneliti dari Harvard University-USA, yaitu Dr. Mark Leighton pada tahun 1985.  Saat itu, penelitian lebih terfokus pada ekologi hutan tropis. Hal itu dilakukan karena Gunung Palung memiliki tipe hutan yang cukup beranekaragam dan unik. Diperkirakan Gunung Palung merupakan dataran rendah Dipetrocarp yang masih terjaga di pulau Kalimantan. Wilayah di Stasiun Riset Cabang Panti sendiri diketahui terdapat 8 tipe hutan yang berbeda-beda dan saling berkesinambungan antara tipe hutan satu dengan yang lainnya.

Penelitian orangutan di Gunung Palung sendiri dimulai oleh salah seorang mahasiswa Dr. Mark Leighton, yaitu Cheryl Knott yang datang ke Gunung Palung pada tahun 1992 bersama Tim Laman (sang suami) yang saat itu sedang melakukan penelitian untuk program S3-nya tentang Ekologi Ficus di Gunung Palung. Cheryl mulai memikirkan untuk membuat proyek penelitian Orangutan, yang saat itu tidak ada peneliti sebelumnya yang memang fokus dalam melakukan penelitian tentang orangutan di Gunung Palung. Kemudian, pada tahun 1994, Cheryl Knott kembali ke Gunung Palung dengan perencanaan yang lebih matang untuk memulai proyek penelitian tentang orangutan dalam menyelesaikan program S3 di Harvard University.

Setelah menyelesaikan masa studi doktoralnya di Harvard University, Pada tahun 1999 Cheryl kembali ke Gunung Palung untuk dapat meneruskan proyek penelitian orangutan yang sebelumnya telah dilakukan dan proyek ini diberi nama “Gunung Palung Orangutan Project/proyek OH”. Dia berpikir akan sangat sayang sekali jika proyek ini berhenti apabila dia menyelesaikan sekolahnya. Cheryl sangat mencintai kehidupan orangutan dan berniat untuk mendedikasikan hidupnya dalam memperjuangkan kelestarian orangutan. Hal ini dibuktikannya dengan melakukan pencarian dana untuk dapat melakukan proyek penelitian orangutan dalam waktu jangka panjang.

Namun, pada tahun 2002 terjadi penebangan liar secara besar-besaran yang cukup masif di dalam Gunung Palung dan bahkan penebangan liar tersebut sudah terjadi sampai ke lokasi area penelitian di Cabang Panti, dimana lokasi Cabang Panti sebenarnya sudah berada jauh di dalam hutan Gunung Palung. Hal ini menjadi ancaman akan keberadaan peneliti yang ada di sana sehingga pada sekitar akhir tahun 2002 proyek penelitian orangutan diputuskan untuk ditutup sementara waktu demi keamanan para peneliti, sampai keadaan kondusif kembali untuk melakukan aktivitas penelitian.

Setelah 5 tahun berlalu, penebangan liar sudah tidak terjadi lagi di sekitar stasiun penelitian, pada bulan September 2007 stasiun penelitian mulai dibangun kembali oleh Andrew Marshall dari University of Californa-Davis, USA (saat ini telah pindah ke University of Michigan) dan dia mulai melakukan proyek penelitian terlebih dahulu tentang primate dan ekologi hutan, dangan nama proyek yaitu “KKL” (saat ini berganti menjadi One Forest Project /OFP). Selang 1 tahun, tepatnya pada bulan Oktober 2008, Cheryl Knott kembali bersemangat untuk datang dan memulai kembali penelitian orangutan yang pernah berhenti sebelumnya dan penelitian tersebut terus berlanjut hingga saat ini.

Kolaborasi dalam melakukan penelitian orangutan terus dilakukan agar hasil penelitian akan lebih bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, pelestarian orangutan dan manusia banyak. Beberapa lembaga yang bekerja sama dalam penelitian ini seperti Balai Taman Nasional Gunung Palung, Universitas Tanjungpura, Universitas Nasional, LIPI dan Lembaga Biomolekuler Eijkman di Jakarta. Dengan kerjasama multipihak, diharapkan penelitian orangutan di Taman Nasional Gunung Palung dapat terus bertahan, sampai kelestarian orangutan terjaga.

Keprihatinan terhadap ancaman habitat dan populasi orangutan ini khususnya di TNGP, memanggil kepedulian beberapa penelitian baik dari dalam (Bapak Darmawan Liswanto, Ibu Sri Suci Utami Atmoko, Barita Oloan Manullang) dan dari luar negeri (Diantaranya Ibu Cheryl Knott). Cheryl Knott (https://www.cherylknott.com/ )yang juga sebagai peneliti pertama yang meneliti tentang orangutan di TANAGUPA.  

Baca selengkapnya : https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/58a1a9dbd47e611c3302f0d3/ini-yang-unik-dan-menarik-dari-stasiun-penelitian-cabang-panti?page=all 

https://pontianak.tribunnews.com/2019/02/13/melihat-surga-kecil-yang-tersembunyi-di-gunung-palung

https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/5c6280cdab12ae56944c0e75/melihat-surga-kecil-yang-tersembunyi-di-cabang-panti-gunung-palung?page=all

https://pontianak.tribunnews.com/2016/03/08/mengintip-aktifitas-peneliti-orangutan-dii-kawasan-taman-nasional-gunung-palung

Baca selengkapnya : https://pontianak.tribunnews.com/2016/08/28/taman-nasional-gunung-palung-banyak-menyimpan-keragaman-tumbuhan-dan-satwa 

https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/56e26b9b4d7a614a142acd23/apa-yang-menarik-dari-hutan-gunung-palung-ini-dia-alasannya?page=al

Yayasan Palung Dibentuk Sebagai Lembaga Konservasi

Dari hasil diskusi beberapa pengiat konservasi ini pada tahun 1999 lahirlah sebuah organisasi nirlaba di Kabupaten Ketapang yang bergerak pada konservasi orangutan dan habitatnya dengan nama Gunung Palung Orangutan Conservation Program atau lebih dikenal dengan sebutan GPOCP. Organisasi ini dibentuk dengan tujuan awal adalah demi melindungi TNGP serta kawasan penyangganya, serta memastikan keberadaan kera besar (orangutan) untuk hidup aman dan nyaman di dalam dan  di sekitar kawasan TNGP.  

Untuk mendukung program penyelamatan orangutan dan habibatnya, maka GPOCP membentuk satu Program Pendidikan Lingkungan (PPL). Program ini melakukan beberapa kegiatan penyadaran melalui kegiatan Pendidikan Lingkungan Ke sekolah-sekolah (Puppet Show, Lecture) serta kampanye penyadartahuan kepada masyarakat melalui kampanye radio, pemutaran film, penyebaran komik dan buletin dan berbagai bentuk dan peraga kampanye penyadartahuan lainnya. Sejak awal dibentuknya kegiatan Program Pendidikan Lingkungan tidak hanya fokus dilakukan sekitar TNGP namun dilakukan di seluruh wilayah kecamatan yang ada di kabupaten Ketapang dan kabupaten Kayong Utara.

Seiring berjalannya waktu, maka pada tanggal 10 Mei 2002 GPOCP berganti nama menjadi Yayasan Palung atau lebih dikenal dengan sebutan YP,  dengan Akta Notaris Nomor 37 tertanggal 23 Oktober 2002. Selanjutnya diperkuat lagi dengan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia nomor AHU-0040112.AH. 01.04 tahun 2016 tentang, Pengesahan Pendirian Badan Hukum Yayasan Palung, dengan nomor pendaftaran 5016101261101083.

Pada tahun 2002, Yayasan Palung menambah satu program lagi yaitu Program Penyelamatan Satwa atau lebih dikenal dengan PPS. Program ini dibentuk karena melihat serta keprihatinan semakin tingginya ancaman terhadap habitat orangutan (Illegal Logging, Illegal Mining) serta ancaman individu orangutan (perburuan, pemeliharaan, perdagangan).

Mulanya, kegiatan PPS fokus pada kegiatan investigasi kejahatan terhadap orangutan baik kejahatan terhadap habitat maupun individu orangutan. Selain itu juga, PPS membantu pihak berwewenang (BKSDA, Kepolisian) dalam kegiatan konviskasi orangutan serta melakukan pengelolaan Kandang Transit Satwa (KTS). Namun sekarang PPS fokus pada penyelamatan habitat orangutan melalui inisiasi Hutan Desa serta pendampingan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS). Hingga tahun 2018 ada 5 desa yang telah mendapatkan Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD) yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia serta ada 2 kawasan Hutan Desa yang saat ini pada tahap pengusulan.

Terkait dengan pengelolaan KTS, dimana orangutan maupun satwa dilindungi lainnya hasil konviskasi maupun hasil penyerahan dari masyarakat sebelum di kirim ke pusat rehabilitasi atau dilepasliarkan ke habitatnya, maka satwa tersebut dititip sementara di KTS untuk dilakukan perawatan sementara. Sedangkan lokasi KTS berada di Kungsi 8 Kelurahan Kauman Kecamatan Benua Kayong. Setelah dilakukan perawatan sementara khusus orangutan selanjutnya dikirim ke pusat rehabilitasi di Orangutan Foundation International (OFI) di Pangkalan Bun Kalimantan Tengah dan Nyaru Menteng. Namun sejak pertengahan tahun 2009 pengelolaan KTS dilanjutkan pengelolaanya oleh International Animal Rescue (IAR/YIARI).

Pada tahun 2007 terjadi pemekaran Kabupaten Ketapang menjadi menjadi 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Kayong Utara. Sejak dari itu Yayasan Palung sudah mulai memikirkan untuk membangun sebuah pusat pendidikan lingkungan. Pada tahun 2010 berdirilah pusat pembelajaran di Desa Pampang Harapan Kecamatan Sukadana. Pusat pembelajaran ini diberi nama BENTANGOR (Belajar tentang  orangutan). Pada tahun yang sama dibentuklah Program Sustainable Livelihood. Di pusat Pendidikan Lingkungan Yayasan Palung Bentangor Pampang Center. Di Bentangor juga memberikan pendidikan lingkungan dengan berbagai kegiatan diantaranya; Pertanian Organik, Pendampingan Kelompok Kerajinan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

Untuk mendukung berbagai program yang ada, baik sejak bernama GPOCP hingga sekarang bernama Yayasan Palung telah beberapa kali mengalami perpindahan kantor. Ketika bernama GPOCP berkantor di Kelurahan Kauman dan Jalan KS. Tubun dan ketika beralih nama menjadi Yayasan Palung berkantor di Jalan Saunan, Jalan Sutan Syahril, Kalinilam, Jl. Kolonel Sugiono Gg. H. Tarmizi, dan sekarang beralamat di Gg. H. Ikram. Sedangkan alamat kantor Yayasan Palung di Kabupaten Kayong Utara beralamat; Pusat Pendidikan Lingkungan Yayasan Palung / Bentangor, Dusun Pampang Desa Pampang Harapan, Kecamatan Sukadana, KKU.

Saat ini, di Yayasan Palung ada 3 program besar yang dilakukan yaitu Program Pendidikan Lingkungan, Program Sustainable Livelihood dan Program Penyelamatan Satwa.  Dalam menjalankan berbagai program tersebut, Yayasan Palung bekerjasama dengan berbagai pihak baik instansi pemerintah di Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara diantaranya Dinas Pendidikan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM, Dekranasda, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), Balai Taman Nasional Gunung Palung (BTNGP), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Barat  dan lembaga mitra lainnya seperti instansi pemerintah, NGO dan swasta.

Adapun Visi dan Misi Yayasan Palung adalah :

Visi Yayasan Palung : Melindungi populasi orangutan dan keanekaragaman hayati hutan di dalam dan sekitar Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat, Indonesia.
Misi Yayasan Palung : Mengembangkan komunitas masyarakat yang sadar dan terdorong untuk melakukan kegiatan konservasi orangutan, baik habitat, dan keanekaragaman hayati di bentang alam Taman Nasional Gunung Palung.

Ada Beberapa Program (Kegiatan) yang Dilakukan oleh Yayasan Palung

Program Pendidikan Lingkungan

Program Pendidikan Lingkungan (PPL) Yayasan Palung sudah ada sejak tahun 1999, menjadi pendukung bagi program Yayasan Palung lainnya di Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara. Program unggulan didalam kelas adalah Lecture dan Puppet Show, dan diluar kelas adalah kunjungan lapangan/fieldtrip. PPL juga membina relawan muda yaitu TAJAM, REBONK dan WBOCS serta mengelola program beasiswa. PPL memperluas jangkauan masyarakat luas dengan program kampanye media (cetak dan online), siaran radio serta melakukan special event kampanye konservasi secara rutin.

Baca link tulisan : https://pontianak.tribunnews.com/2018/03/16/ajak-anak-usia-dini-melindungi-satwa-liar-melalui-cerita 

Program Penyelamatan Satwa (PPS-Hukum)

Program PPS- Hukum telah ada di Yayasan Palung sejak tahun 2002, dengan berbagai kegiatan diantaranya; pengelolaan kandang transit satwa (KTS) sampai tahun 2009. Investigasi dan monitoring satwa, investigasi kejahatan terhadap habitat orangutan, ilegal logging, illegal mining.  Saat sekarang PPS- Hukum fokus pada penyelamatan habitat orangutan melalui skema perhutanan sosial (inisiasi hutan desa).

Program Sustainable Livelihood

Program Sustainable Livelihood (Program Mata Pencaharian Berkelanjutan) merupakan program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Palung sejak tahun 2010. Adapun kegiatan utama dari Program SL antara lain seperti inisiasi  dan pendampingan dalam mengolah hasil hutan bukan kayu (HHBK), pertanian masyarakat dan Aquakultur (budidaya ikan air tawar).

Program Penelitian

Program Penelitian Yayasan Palung (Gunung Palung Orangutan Conservation Program) dimulai sejak tahun 1994 oleh direktur eksekutif Yayasan Palung, Dr. Cheryl Knott. Ini merupakan program penelitian terlama di dunia atau sudah 26 tahun lalu untuk meneliti evolusi, ekologi, prilaku dan kesehatan orangutan yang ada di TNGP. Adapun pusat penelitian orangutan yang dilakukan di Stasiun Penelitian Cabang Panti (SPCP). Penelitian ini juga memberikan kesempatan kepada para siswa-siswi, mahasiswa dan peneliti dari dalam maupun dari luar negeri untuk mempelajari keanekaragaman hayati berupa flora dan fauna yang ada di Gunung Palung, khususnya tentang kehidupan orangutan.

Ada beberapa penghargaan dan sukses besar yang pernah diraih oleh Yayasan Palung

Penghargaan yang berhasil diraih oleh Yayasan Palung diantaranya :

  1. F. Wendi Tamariska, meraih penghargaan; Whitley Award, pada tahun 2019.

Baca link berita https://hot.liputan6.com/read/3962302/pria-indonesia-ini-raih-penghargaan-tertinggi-dari-putri-anne-kerajaan-inggris

2. Edi Rahman, meraih penghargaan; The Great Apes Survival Partnersip (GRASP)-Ian Redmon Concervation Award, pada tahun 2018.

3. Cheryl Knott, meraih penghargaan; Pongo Award, pada tahun 2017.

4. Mariamah Achmad,  meraih penghargaan; Nobel Woman Initiative, pada tahun 2016

Baca link berita https://nobelwomensinitiative.org/meet-mariamah-achmad-indonesia/ 

5. Awely JMV Conservation & Developmen Award, pada tahun 2014

Link berita https://pontianak.tribunnews.com/2014/03/14/yayasan-palung-ketapang-raih-penghargaan-konservasi-internasional

6. Mariamah Achmad, The Charles Southwick Conservation Education Commitment Award dari The International Primatological Society (IPS) Education Committee, pada tahun 2011

Capaian (sukses besar) yang diraih oleh Yayasan Palung diantaranya;

Pertama melalui program PPS Hukum, Yayasan Palung berhasil membentuk hutan desa pertama pada tahun 2012, setelah sebelumnya diinisiasi sejak tahun 2007 yaitu Hutan Desa Laman Satong, Ketapang yang jumlah luasannya 1070 hektare.

Selanjutnya, pada tahun 2013-2017 di wilayah Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Yayasan Palung berhasil  membentuk 5 Hutan Desa yaitu;

  1. Hutan Desa Padu Banjar, jumlah luasan 2.883 hektare
  2. Hutan Desa Pulau Kumbang, jumlah luasannya 609 hektare
  3. Hutan Desa Pemangkat, jumlah luasannya 1.245 hektare
  4. Hutan Desa Nipah Kuning, jumlah luasannya 2.051 hektare
  5. Hutan Desa Penjalaan, jumlah luasannya 376 hektare

Setelah 5 Hutan Desa terbentuk, saat ini sedang mengusulkan dua hutan desa baru yang rencananya akan menjadi dampingan Yayasan Palung selanjutnya yaitu di Desa Batu Barat dan Desa Rantau Panjang.

Baca Link berita: https://pontianak.tribunnews.com/2016/09/22/lima-desa-di-kayong-utara-ajukan-bentuk-hutan-desa 

https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/5acd82decaf7db39a711bb22/masyarakat-lakukan-rehabilitasi-di-kawasan-hutan-desa-dengan-tanaman-hhbk

https://pontianak.tribunnews.com/2019/06/18/lphd-mencari-penghasilan-alternatif-yang-berkelanjutan-dari-menjaga-hutan

Selain itu, program PPS Hukum juga mencapai beberapa keberhasilan dengan menciptakan inovasi terkait pembinaan kepada masyarakat di sekitar hutan desa diantaranya untuk melakukan pendampingan kelompok seperti Kelompok Tani, Kelompok Ternak, Kelompok Pengrajin dan kelompok perempuan. Kelompok Tani untuk rehabilitasi lahan. Kelompok Ternak untuk pengembangan ternak. Kelompok pengrajin untuk pengembangan produk.

Tim PPS hukum melalui tim investigasi telah berhasil mengurangi status perburuan, perdagangan dan pemiliharan satwa dilindungi seperti orangutan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah merubah pola pikir masyarakat dengan beberapa alternatif melalui beberapa kegiatan yang mendukung konservasi di sekitar hutan desa dan di luar hutan desa, di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Palung.

Kegiatan lainnya seperti Program Pendidikan Lingkungan yang merupakan program tertua di Kalimantan Barat. Program Pendidikan Lingkungan Yayasan Palung  berhasil menjangkau sekolah-sekolah yang ada di desa-desa di kabupaten Ketapang dan Kayong Utara untuk menjangkau anak-anak usia anak-anak, remaja yaitu dengan cara melakukan pendekatan dengan pendidikan lingkungan di sekolah-sekolah dan pendidikan lingkungan di luar sekolah seperti kunjungan lapangan/fieldtrip (belajar langsung di alam), kampanye penyadartahuan melalui pemutaran film lingkungan atau pun berdiskusi dengan masyarakat lokal.

Menjangkau 5.000-an orang setiap tahunnya yang berasal dari pemuda setempat di ruang kelas dan kegiatan pendidikan lingkungan di luar kelas (belajar di alam atau lapangan secara langsung).

  • Pada tahun 2018, kami mencapai 6.095 siswa melalui 119 kali di ruang kelas untuk kuliah dan pertunjukan boneka dan 16 kunjungan lapangan dengan total 794 siswa untuk pergi ke Lubuk Baji dan Riam Kinjil di kawasan Taman Nasional Gunung Palung, hutan bakau, dan hutan kota setempat.
  • Pada tahun 2019, kami mencapai total 5.129 siswa dan 154 guru melalui 105 kali ke kelas untuk kuliah dan pertunjukan boneka dan kemudian 13 kunjungan lapangan dengan total 458 di daerah sekitar Taman Nasional Gunung Palung seperti pantai Pulau Datok, Bukit Peramas, Riam Jerunjung, Tebing Penage, Pantai Pasir Mayang, dan DAM Air Keladi.

Melatih 30 guru lokal tentang bagaimana mengintegrasikan pendidikan konservasi ke dalam kurikulum mata pelajaran di sekolah.

Baca Link tulisan : https://pontianak.tribunnews.com/2018/03/08/yayasan-palung-ajak-pihak-sekolah-berwawasan-lingkungan 

https://pontianak.tribunnews.com/2019/10/20/workshop-guru-ajakan-untuk-menerapkan-bahan-ajar-lingkungan-hidup-di-sekolah-sekolah

Pembinaan relawan muda di dua kabupaten (Ketapang dan Kayong Utara) menjadi kekuatan Yayasan Palung dalam menggemakan (menyuarakan) gaung konservasi. Ini ditandai oleh keterlibatan langsung para relawan Tajam di Ketapang dan Relawan Rebonk di Kayong Utara ketika Yayasan Palung berkegiatan.

Baca Link berita : https://pontianak.tribunnews.com/2019/04/23/ini-rangkaian-kegiatan-peringati-hari-bumi-oleh-yayasan-palung 

https://pontianak.tribunnews.com/2019/04/18/peringati-hari-bumi-2019-yayasan-palung-ajak-semua-untuk-peduli-nasib-bumi

https://pontianak.tribunnews.com/2019/06/24/peringati-hari-hutan-sedunia-yayasan-palung-dan-relawan-rebonk-tanam-mangrove

https://pontianak.tribunnews.com/2019/08/22/peringati-hari-orangutan-internasional-2019-yayasan-palung-dan-para-relawan-lakukan-ragam-kegiatan

https://pontianak.tribunnews.com/2020/01/29/belajar-langsung-di-alam-relawan-rebonk-berjumpa-kelempiau

Program Beasiswa Peduli Orangutan Kalimantan Barat pun menjadi salah satu program unggulan Yayasan Palung untuk melahirkan sarjana yang peduli dengan konservasi. Sejak 2012 Yayasan Palung (YP) dan Orangutan Republik Foundation (OURF) bekerjasama menyediakan beasiswa program S1 melalui Program Peduli Orangutan Kalimantan Barat (West Bornean Orangutan Caring Scholarship).

Hingga tahun 2020 terdapat 43 Penerima BOCS yang diantaranya 11 orang sudah menjadi sarjana.

Link Tulisan: https://pontianak.tribunnews.com/2020/01/07/yayasan-palung-siapkan-6-beasiswa-peduli-orang-utan-kalimantan-berikut-syarat-dan-tahapannya 

Tidak hanya itu, keberhasilan tim pendidikan lingkungan juga ditandai oleh semakin seringnya Yayasan Palung ikut ambil bagian bersama dengan para lembaga mitra untuk melakukan berbagai kegiatan seperti MoU bersama sekolah-sekolah yang ada di dua Kabupaten (Ketapang dan Kayong Utara), selain itu juga Yayasan Palung bekerjasama dengan dinas-dinas terkait seperti Dinas Pendidikan dan Dinas Perumahan, Pemukiman Rakyat dan Lingkungan Hidup.

Tidak kalah menariknya, program yang dimiliki oleh Yayasan Palung adalah Program Mata Pencaharian Berkelanjutan (Sustainable Livelihoods /SL) merupakan program Yayasan Palung untuk pemberdayaan masyarakat disekitar kawasan habitat orangutan terutama disekitar Taman Nasional Gunung Palung. Tujuan utama program ini adalah untuk mengembangkan peluang dan potensi ekonomi alternatif yang ramah lingkungan bagi masyarakat disekitar kawasan hutan melalui metode fasilitasi dan inisiatif kerjasama langsung antara masyarakat dan pemerintah setempat.

Kekuatan utama dari program SL terletak pada komitmen dan ketulusan untuk bekerjasama dengan komunitas masyarakat setempat secara berkelanjutan. Kegiatan utama yang telah berjalan sejak tahun 2011 hingga saat ini adalah Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan Pertanian Organik. Sejak tahun 2015, program SL mengembangkan sayapnya dengan membangun inisiatif budidaya ikan air tawar bersama beberapa petani setempat.

Bersama kegiatan HHBK, program SL saat ini mendampingi 26 orang Pengrajin tikar pandan, lekar lidi nipah, dan anyaman bambu yang ada di Desa Sejahtera dan Desa Pangkalan Buton, Kecamatan Sukadana. Salah satu kelompok pengrajin yang sudah cukup dikenal saat ini adalah kelompok Ida Crafts di Desa Sejahtera. Mereka berhasil menghasilkan pendapatan rata-rata Rp. 50 – 60 juta per tahun melalui penjualan sekitar 1.000 buah produk anyaman yang dihasilkan secara berkelompok sejak tahun 2014. Program SL berhasil mencetak pemimpin komunitas yang berasal dari komunitas pengrajin itu sendiri. Ibu Ida, dipercaya oleh berbagai pihak untuk mempromosikan potensi anyaman hasil hutan bukan kayu dan melatih komunitas lainnya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas produk anyamannya. Bahkan Ibu Ida sudah dua kali diundang ke Papua untuk melatih komunitas masyarakat yang ada disana.

Baca link tulisan : https://pontianak.tribunnews.com/2020/02/04/yayasan-palung-gelar-pelatihan-peningkatan-kualitas-produk-pandan-di-kku 

https://pontianak.tribunnews.com/2016/02/03/inilah-kisah-seorang-nenek-kuli-batu-beralih-jadi-pengrajin-tikar-di-kayong-utara?page=all

https://m.mediaindonesia.com/read/detail/288275-ibu-ida-dari-kalbar-terima-penghargaan-disney-conservation-fund

Tahun 2018, program SL bersama komunitas pengrajin tersebut membentuk kelompok “Pandawa 4” sesuai dengan namanya beranggotakan 4 orang pengrajin muda yang berusia rata-rata 19 tahun. Para pengrajin muda tersebut secara rutin dan terus aktif membantu “senior” mereka dalam memproduksi kerajinan pandan dan lekar. Kerjasama langsung pihak pemerintah dengan komunitas setempat menjadi sangat penting dilakukan. Misalnya bekerjasama dengan DEKRANASDA KKU, Dinas Perindustrian dan Perdagangan KKU, dan Balai Taman Nasional Gunung Palung yang turun langsung dalam mendukung potensi masyarakat. Dukungan dan konsistensi kepada kelompok pengrajin ini bisa terus berkembang dan meluas di tahun-tahun mendatang.

Sedangkan untuk pertanian organik, program SL membentuk Kelompok Tani Meteor Garden pada tahun 2016 yang anggotanya berjumlah 13 orang yang tadinya merupakan para penebang yang ada disekitar Taman Nasional Gunung Palung. Saat ini kelompok tersebut mengelola lahan seluas 2 hektar yang terletak di Desa Pampang Harapan untuk pertanian hortikultura (sayur-sayuran, terutama cabai). Kegiatan ini didukung oleh Dinas Pertanian di KKU dalam bentuk dukungan bibit dan peralatan pertanian. Hasil penjualan cabai dan hasil panen kelompok ini ternyata bisa membantu semua anggota kelompok tani untuk membangun rumah dan membiayai kehidupan mereka. Kelompok tani ini juga memproduksi sendiri pupuk bagi tanamannya dengan membuat pupuk kompos dari kotoran sapi. Selain pupuk, mereka membuat sendiri racun rumput (herbisida) dan pestisida alami untuk digunakan pada lahan pertaniannya. Gotong royong merupakan kunci utama dari kekuatan kelompok ini. Hal yang paling menyenangkan lagi, para petani berkomitmen menjadi petani sepenuhnya dan tidak lagi menjadi pekerja kayu, tentu saja itu karena pada akhirnya mereka menyadari sendiri bahwa menjadi petani bisa lebih menguntungkan daripada kerja serabutan menjadi pekerja kayu.

Pada periode 2015-2018, program SL memulai inisiatif budidaya ikan air tawar. Hal ini bertujuan untuk meluaskan pilihan dan menambah peluang ekonomi alternatif bagi masyarakat setempat. Saat ini sedang berupaya membuat kolam pembenihan dan pembesaran ikan lele. Kolam ini berada di Pusat Pendidikan Yayasan Palung di Desa Pampang Harapan, Sukadana. Program ini bekerjasama dengan 8 orang petani desa Pampang Harapan, desa Harapan Mulia dan desa Pangkalan Buton, Sukadana. Setelah 7 kali gagal dalam masa percobaan pemijahan ikan lele, pada akhirnya petani kami berhasil menetaskan sekitar 30.000 ekor ikan lele.

Baca link Tulisan : https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/5b4dc3beab12ae014425d2f5/yum-kite-budidaya-ikan-petani-sejahtera-hutan-terjaga?page=all 

Pertengahan tahun 2018, program SL secara resmi telah bekerjasama (MoU) untuk 5 tahun dengan Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Dinas Perkim-LH KKU. Program SL atau kegiatan pemberdayaan masyarakat bisa bekerjasama untuk pengelolaan lingkungan hidup sehingga aspek lingkungan hidup bisa tetap terjaga keberlanjutannya dan kelompok masyarakat bisa berperan langsung terhadap aspek tersebut. Program SL juga didukung langsung oleh Konsorsium PARARA (Panen Raya Nusantara) yang digawangi oleh sekitar 20 lembaga NGO yang ada di Indonesia untuk mempromosikan dan memasarkan hasil produk lokal secara berkelanjutan di Indonesia bahkan di jenjang internasional. Salah satu inisiator PARARA, lembaga NTFP EP Indonesia rencananya akan langsung berkerjasama dengan program SL dan Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Dinas PerKim-LH KKU untuk membangun dan menguatkan infrastruktur hulu dan hilir dalam menciptakan rencana strategis untuk pengembangan HHBK di Kabupaten Kayong Utara. Semoga kerjasama yang telah terjalin semakin kuat dan semakin banyak pihak yang terlibat dalam pengembangan mata pencaharian alternatif yang ramah lingkungan bagi masyarakat disekitar kawasan hutan Taman Nasional Gunung Palung. Kerjasama yang terjalin antar para pihak merupakan kunci bagi keberlanjutan ekologi dan kesejahteraan hidup masyarakat disekitar kawasan hutan.

Baca link tulisan di : https://www.tribunnews.com/images/editorial/view/1825402/pameran-panen-raya-nusantara 

Program Riset (program penelitian) Yayasan Palung juga memiliki peran utama bagaimana memproduksi ilmu penetahuan melalui penelitian di surganya biodiversity berupa tumbuhan dan tentu saja penelitian tentang orangutan sebagai primata yang sangat dilindungi dan dikenal sebagai si petani hutan itu.

Dari awal berdirinya Stasiun riset di Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung hingga saat ini, tak henti-hentinya para peneliti baik dari dalam atau pun dari luar negeri yang datang untuk berkunjung dan meneliti. Saat ini, setidaknya tercatat ada 103 peneliti dari dari luar negeri  dan 134 peneliti dari dalam negeri yang meneliti di Stasiun Riset Cabang Panti.  

Tidak hanya itu, produksi ilmu pengetahuan (hasil penelitian) yang dilakukan di Cabang Panti pun di bagikan ke sekolah-sekolah sebagai media sarana pengetahun bagi siswa-siswi terkait tentang penelitian orangutan atau pun tentang penelitian lainnya.

Wahyu Susanto, selaku Direktur Penelitian Yayasan Palung (YP)/GPOCP mengatakan bahwa sosialisasi (berbagi informasi) ke sekolah-sekolah dan ke kampus-kampus dilakukan tim peneliti dari proyek orangutan kepada para pelajar SMA dirasakan cukup tepat. Hal ini secara langsung akan dapat cepat menumbuhkan pengetahuan mereka tentang kehidupan orangutan liar, yang sebenarnya dekat dengan kehidupan mereka juga.

“Mereka, para pelajar SMA adalah remaja yang sedang tumbuh berkembang menuju dewasa, sehingga pemikiran merekapun akan bertambah dewasa pula. Dengan demikian, bila mereka sudah mengerti dan memahami tentang pentingnya orangutan bagi kehidupan dan hutan, maka secara dewasa mereka akan lebih bijak dalam menyikapi ancaman-ancaman yang terjadi pada kehidupan orangutan dan habitatnya,” terang Wahyu. Lebih lanjut, capaian besar penelitian ya orangutan dan hutan bisa lestari hingga saat ini, ujarnya lagi.

Baca link tulisan di : https://pontianak.tribunnews.com/2019/07/19/dua-ilmuwan-luar-negeri-berikan-kuliah-dan-pelatihan-di-universitas-nasional-jakarta 

https://pontianak.tribunnews.com/2019/05/07/dari-lapangan-ke-ruang-kelas-para-peneliti-berbagi-ilmu-tentang-orangutan-ke-sekolah-sekolah

https://pontianak.tribunnews.com/2019/02/22/katak-kecil-nan-imut-imut-di-gunung-palung-peneliti-satu-dari-30-spesies-genus-microhyla

https://pontianak.tribunnews.com/2019/10/13/mahasiswa-asal-michigan-university-berikan-kuliah-umum-di-dua-kampus-di-ketapang

Mahasiswa Luar Negeri Berikan Kuliah Umum di Dua Kampus di Ketapang

https://pontianak.tribunnews.com/2019/09/11/fakultas-mipa-untan-sukses-menyelenggarakan-konferensi-kobi-yang-kedua

Sampaikan Presentasi Tentang Metode Penelitian Baru Pada Konferensi Internasional di UNAS

Simposium dan Kongres Primata Indonesia 2019 di Universitas Gadjah Mada

Berharap Yayasan Palung melalui beberapa program konservasi dan penelitian dapat semakin tumbuh dan berkembang menjadi lembaga yang bisa selalu memberikan warna yang bisa memberikan penyadartahuan kepada masyarakat betapa pentingnya menjaga lingkungan untuk kehidupan yang lebih baik. Selain juga penelitian yang dilakukan bisa memproduksi ilmu pengetahuan baru yang selalu berkembang dan berkelanjutan.

Lihat juga kami di : https://savegporangutans.org/ & https://www.savewildorangutans.org/

Jika ingin berdonasi klik link berikut : https://savegporangutans.org/how-to-help/donate/