Gunung Palung Orangutan Conservation Program
Citizen Reporter
Oleh : Petrus Kanisius- Ketapang
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID – Beruntung, mungkin kata itulah yang cocok untuk dikatakan kepada siswa – siswi Sispala Gersisma Madrasah Aliyah Negeri 1 Ketapang, Kalbar. Beruntungnya mereka karena bisa bertemu langsung dengan salah satu satwa endemik Kalimantan. Adalah tiga individu orangutan yang menjadi keberuntungan mereka di ketinggian sekitar 7 meter diatas pohon, ditengah derasnya hujan ketika mereka dalam perjalanan untuk melakukan pendidikan dasar dan pelantikan pada 2-4 Desember 2014, pekan lalu di Lubuk Baji (kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Palung).
Dimulai dengan melewati dam air berukuran besar, memasuki tipe hutan tersier, sekunder dan primer. Disepanjang perjalan siswa melakukan pengamatan flora dan fauna, banyak sekali yang mereka jumpai seperti kelasi, burung enggang, burung pelatuk, dan beberapa suara binatang. Untuk tumbuhan selain ulin atau belian, siswa juga banyak menemukan pohon medang, kayu malam.
Setidaknya dua jam perjalanan ditempuh untuk tiba di Lubuk Baji. Dua jam perjalanan tersebut di mulai dari Dusun Segua, di Desa Pampang Harapan, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara. Sebelumnya mereka membutuhkan dua jam perjalanan pula dari Kabupaten Ketapang menuju sukadana dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Dani, salah seorang peserta sekaligus panitia pelantikan anggota baru dari Sispala Gersisma menuturkan; terasa sekali perjalanan cukup melelahkan karena melewati bebukitan yang menanjak, tetapi terobati dengan pemandangan yang indah dan air terjun yang mengalir begitu deras. Sesampai di lokasi camp, peserta membuat BIVAK atau tenda, dan membuat api, sembari istirahat dan menunggu waktu untuk melakukan sholat magrib dan sholat isya berjamaah. Keesokan harinya barulah mereka memulai kegiatan.
Menurut Bedu Tri Nugroho, dari Yayasan Palung selaku pendamping saat Sispala Gersisma melakukan kegiatan, menuturkan; Adapun ketiga orangutan jenis pongo wrumbii yang mereka jumpai tersebut adalah satu induk dan dua anak orangutan yang diperkirakan berusia masih berusia dua bulan dan empat tahun di saat mereka belajar lingkungan di alam secara langsung di Lubuk Baji yang merupakan kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Palung. Mereka menjumpai orangutan itu saat melakukan pengamatan satwa di Subuh hari sekitar pukul 04.00 wib, ujar pria yang akrab di sapa Bedu tersebut.
Keberuntungan mereka bertambah dan tidak berhenti di situ, karena tidak semua orang yang datang ke Lubuk Baji bisa beruntung dan bisa melihat secara langsung si Pongo (orangutan). Pada hari kedua pengamatan, mereka berjumpa lagi dengan lima sarang orangutan yang tergolong masih baru. Hal menarik dari keberuntungan lainnya saat dimana mereka secara tidak disangka-sangka menyaksikan secara langsung dua ekor burung enggang di saat terbang rendah dan hinggap di sebatang pepohonan yang tak jauh pula jaraknya dari mereka. Selain itu, ternyata mereka juga menjumpai buah rambai hutan yang tengah berbuah, rambai hutan diketahui sebagai makanan favorit burung-burung dan satwa.
Dalam tiga hari berkegiatan dengan Sispala Gersisma, Bedu mengatakan; banyak sekali kegiatan yang mereka lakukan, selain mempraktekan materi – materi yang telah mereka dapat di sekolah, seperti manajemen perjalanan, materi konservasi, game (permainan), pengamatan satwa malam, pengamatan flora dan fauna. Dalam praktek materi THAB, siswa diarahkan untuk memasak menggunakan bambu (cara memasak yang praktis tampa menggunakan alat masakan seperti periuk dan kuali). Hal ini juga mengajarkan kepada mereka untuk mempraktekan THAB (tehnik hidup alam bebas) sekaligus juga erat kaitannya dengan mempelajari budaya lokal setempat yang pernah ada dan sudah mulai jarang digunakan lagi karena kalah akibat perubahan jaman. Tampak dari beberapa diantara peserta yang mencoba dan mempraktekan sembari sesekali bertanya bagaimana cara menanak nasi dan sayur dengan menggunakan bambu. Dari panitia pun terlihat secara terperinci menjelaskan kepada peserta tentang cara-cara memasak dengan media bambu dengan baik dan benar. Seperti misalnya ruas-ruas bambu tersebut disiapkan dan diisi dengan beras di tambah dengan air terus ditanak dengan api seperti dipanggang. Demikian juga memasak sayur, peserta menanaknya dengan memasukan bumbu-bumbu kedalam ruas bambu selanjutnya dijejerkan dan di tanak (istilah kampungnya di pansuh atau memansuh sayur dengan bambu).
Pada kegiatan diksar dan pekantikan Sispala Gersisma tersebut yang hadir terdiri dari terdiri dari tujuh orang anggota baru sispala, tiga anggota terdahulu dan lima orang pendamping dari Yayasan Palung.
Setelah selesai melakukan berbagai kegiatan di kawasan Lubuk Baji, peserta pun diajak secara bersama-sama untuk berkemas dan melakukan operasi semut dengan membersihkan sisa-sisa sampah di sekitar Camp dan sepanjang perjalanan yang dilalui.
Seperti diketahui Lubuk Baji merupakan kawasan penyangga Taman Nasional Gunung Palung yang terdapat di dua Desa (Sedahan dan Pampang Harapan). Sampai saat ini wilayah Lubuk Baji belum di ketahui persis luasannya. Akan tetapi indahnya pesona dan keberagaman dari keanekaragaman hayati juga satwa menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang pernah dan akan mengunjungi wilayah ini.
Editor: Galih Nofrio Nanda
SumberTribun Pontianak : http://pontianak.tribunnews.com/2015/01/10/sispala-gersisma-man-1-ketapang-bertemu-orangutan-di-gunung-palung