Gunung Palung Orangutan Conservation Program
Hutan, kurasa hingga kapan pun engkau segalanya bagi semua makhluk
Apa bukti yang bisa kukata tentang mu ?
Tengoklah betapa sulitnya makhluk tanpamu
Lihatlah begitu ketergantungan banyak makhluk kepadamu
Berkurang atau bahkan hilangnya engkau tak jarang menjadi tanda
Tanda akan nasib semua makhluk hidup
Banyak makhluk lenyap jika engkau hilang rebah tak berdaya
Engkau menjadi rumah bagi segalanya
Tajuk-tajukmu sebagai penyejuk jiwa
Rupamu yang utuh keindahan bagi segalanya
Hutan, kokohmu sebagai penyangga
Nasib semua segala bernyawa juga tak jarang bergantung padamu selain yang utama kepada Sang Kuasa
Tanda-tanda nyata akan hilangnya engkau sedikit demi sedikit terlihat
Lihatlah, bila hujan deras melanda tak jarang banjir yang tanpa permisi dan tanpa melihat waktu menyapa
Tajuk-tajuk dan kokoh akarmu sudah semakin sedikit tak sanggup menahan deras dan laju arus karena tak sanggup dan tak kuat lagi
Banjir… banjir dan banjir selalu datang tiba-tiba yang terkadang pula membuat kami lupa bagaimana cara agar hutan boleh tumbuh berdiri kokoh
Lupa karena tajuk-tajuk yang tak lain adalah hutan dan tanah kami
Hutan dan tanah di tanah air kami kini mengabar tentang kabar kepada semua bolehlah kiranya menanti kasih
Hutan rimba di negeri ini semakin menanti disapa dengan kata peduli
Ditanam, disemai dan dipelihara bukannya dibabat dan bukan untuk diganti dengan tanaman sejenis atau dikeruk
Ku rindu hutan yang memberi harmoni bagi semua karena kutahu hutan adalah segalanya bagi semua makhluk tanpa terkecuali
Satu kata, apakah kita semua akan peduli kepada bumi pertiwi yang tak lain juga hutan sebagai keberlanjutan semua nafas segala bernyawa
Bila hutan terus menghilang maka semua makhluk akan mengadu kepada siapa ? karena kutahu hutan adalah nafas dan segalanya bagi semua makhluk.
Tulisan ini sebelumnya sudah dimuat di Kompasiana: https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/600552c78ede482742672f12/puisi-hutan-adalah-nafas-dan-segalanya-bagi-semua-makhluk
Ketapang, Kalbar 18/1/2021
Petrus Kanisius– Yayasan Palung