Gunung Palung Orangutan Conservation Program
Alkisah, tinggallah satu induk Orangutan bersama anaknya, yang bernama Pongo. Suatu kali, Pongo ingin merasakan buah Ara tepat di depan matanya. Sambil digendong ibu nya, Pongo bertanya, “Bu, bolehkah Pongo ambil buah itu?”. Ibu nya yang mendengar itu lantas berkata, “Tentu saja. Jangan lupa untuk meminta izin terlebih dahulu”. Pongo mengerennyutkan dahinya, “ Pohon saja tidak bisa berbicara, bagaimana Pongo tahu jika dia mengizinkan ku?”
“ Jika dia menggoyangkan daunnya,maka dia mengizinkan mu”.
Pongo yang mendengar itu lantas meminta izin pada pohon Ara yang besar nan lebat tersebut. Sungguh mustahil menurutnya jika pohon itu berinteraksi dengannya.
“Hai, Pohon Ara, bolehkah Pongo meminta buah mu yang lezat ini?”
Tak lama berselang, pohon ara pun menggoyahkan daunnya. Pongo yang melihat itu awalnya ragu, lalu memetik 4 buah ara, termasuk untuk ibunya.
“Ibu benar!…. Ia mengizinkanku!”… seru Pongo.
“Baguslah jika begitu,” balas Ibu nya.
Setelah memberi buah itu, Pongo mencoba untuk mengetahui kenapa pohon bisa begitu. Dia sangat penasaran.
“Bu, kenapa bisa begitu? Kenapa dia bisa hidup? Sedangkan dia saja tak bisa berbicara”
“Pongo harus tahu, jika awalnya, pohon tidak seperti itu,”
Mulailah Ibu Pongo berdongeng tentang Kisah Pohon dan Alam. Dulu dulu dulu sekali, mereka hidup bahagia. Bahkan bisa berbicara satu sama lain. Namun, pohon yang berperilaku angkuh, merasa diri nya lah yang paling hebat.
“Apa kalian ini?! Tanpa keberadaan ku, kalian tak bisa hidup. bahkan Alam tak sanggup menanggung semua keperluan hidup kalian. Karena aku, kalian bisa makan! Kalian bisa tetap bernafas! Kalian terhindar dari tanah longsor! Kalian bisa tetap mendapatkan air yang jernih karena penyaringan yang dilakukan akar ku!”, ucap pohon songong.
Alam yang mendengar itu murka, tak terima telah direndahkan oleh pohon, dia langsung berseru;
“Hei, Pohon! Kuperingatkan kau! Karena aku, kau masih bisa hidup sampai sekarang. Kau pikir, siapa yang sudah memberi mu air untuk minum?. Siapa yang memberimu cahaya untuk berfotosintesis?. Siapa yang memberi mu tanah untuk tinggal dan bertahan?. Siapa yang memberi mu angin untuk menyebarkan serbuk sari mu agar generasi mu tetap ada di muka bumi ini?. Tanpa aku, kau bukanlah apa-apa!”.
Pohon dan alam bertengkar, hingga turunlah Tuhan ke Bumi. Dia tampak marah dengan perilaku pohon dan alam yang egois.
“Hei, Pohon dan Alam! Sesengguhnya, Aku-lah yang menciptakan kalian agar saling melengkapi kekurangan kalian. Karena kalian bersikap demikian, akan kucabut kelebihan kalian dalam berbicara!”.
Akhirnya, Pohon dan Alam tak dapat lagi berbicara. Pongo yang mendengar Kisah itu hanya mengangguk. Paham apabila hidup tak senantiasa tentang kelebihan, namun juga saling melengkapi kekurangan. Ibu Pongo yang telah menceritakan kisah itu, memeluk Pongo dengan erat.
“Apapun yang terjadi, tetaplah lakukan kebaikan. Hindari sikap angkuh mu dan perhatikan sekitar mu, Nak”, nasihat Ibu Pongo pada buah hati tercintanya.
Pongo hanya tersenyum dan memeluk Ibunya lebih erat.
—TAMAT—
Minggu, 17 Desember 2017
Desa Pampang Harapan, Kabupaten Kayong Utara, Kalbar
Mega Oktavia G., (Relawan TAJAM Yayasan Palung, Sekolah di SMKN 1 Ketapang)