Gunung Palung Orangutan Conservation Program
Walaupun tahun 2016 telah berlalu dan tahun 2017 mulai berjalan, mungkin tidak ada salahnya bagi kita semua untuk melihat, mencatat, mengingat kembali peristiwa lingkungan yang terjadi sepanjang 2016 lalu di Indonesia yang tidak lain karena tidak terlepas dari campur tangan manusia.
Setidaknya dalam rentang waktu selama 12 bulan, di tahun 2016 banyak peristiwa berhadapan langsung (yang dialami secara langsung) dan tak langsung dengan kita semua di beberapa wilayah Tanah Air (Indonesia).
Ragam kejadian tentang lingkungan yang terjadi berdasarkan beberapa catatan singkat yang terjadi di Indonesia antara lain adalah:
Pertama, Banjir di beberapa wilayah di Indonesia seperti yang terjadi pada periode Januari- Februari 2016 antara lain di Bali, Bangka Belitung, Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, Gorontalo, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Riau, Daerah Istimewa Aceh, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sumatra Selatan (sumber ; CCN Indonesia). Beberapa tempat di beberapa wilayah yang menjadi langganan banjir pun tidak pelak menjadi kegaduan sekaligus peristiwa bencana air mata. Berulang dari bulan ke bulan hingga dari tahun ke tahun seolah banjir tak kunjung pergi. Bahkan di penghunjung tahun 2016, beberapa wilayah di Bandung banjir seolah enggan pergi.
Banjir. Foto dok. Kompas/Ismail Zakaria
Bisa jadi ada benarnya bila banjir datang tak lain dikarenakan daya tampung air telah penuh (resapan air) berupa hutan sudah semakin jauh berkurang ataupun bahkan sudah hilang. Selain juga karena saluran air tersumbat oleh semakin banyaknya sampah. Hadirnya banjir ataupun juga banjir bandang juga terkadang berbarengan dengan terjadinya tanah longsor. Tidak jarang korban memakan korban jiwa serta harta.
Kedua, Kebakaran lahan yang menimbulkan Kabut Asap. Kabut asap yang masih terjadi di beberapa tempat seperti di Sumatera dan Kalimantan pada bulan Agustus tahun lalu walau tidah separah ketika pada tahun 2015 silam. Terjadinya kabut asap tidak lain karena adanya pembakaran lahan. Bahkan di tahun 2016, kepolisian Republik Indonesia telah menangkap 463 individu yang diduga pembakar hutan dan lahan. Jumlah itu meningkat drastis dari 2015, yaitu 196 orang (sumber ; BBC Indonesia). Lumpuhnya transportasi udara menjadi salah satu sebab dari terjadinya bencana kabut asap.
Hal lainnnya juga yang tidak kalah terpengaruh dari dampak kabut asap adalah anak sekolah yang bersekolah, dampak dari adanya kabut asap peserta didik diliburkan. Selain juga negara kita kerap mendapat cap sebagai pengekspor asap. Adanya kabut asap tidak hanya mengganggu tetapi juga menghambat/menghentikan pendapatan bagi beberapa maskapai penerbagan dan yang pasti juga menjadi kerugian bagi para pelaku ekonomi ataupun juga masyarakat biasa yang beraktivitas sehari-hari. Sedangkan bagi anak sekolah, proses belajar mengajar di sekolah menjadi terganggu lagi-lagi karena asap. Semakin luas pembukaan lahan berskala besar menjadi tutupan hutan dari tahun ke tahun semakin berkurang menjelang terkikis habis.
Selanjutnya keterancaman satwa di habitat hidupnya menjadi catatan penting pada tahun 2016, Misalnya, pada tahun 2016 saja berdasarkan data penyelamatan satwa yang dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat saja telah menyelamatkan 1053 Tumbuhan dan Satwa dilindungi dari tangan para kolektor, dan penjual ilegal. Tidak bisa disangkal, perburuan dan semakin menyempitnya habitat hidup satwa seperti orangutan, kelempiau, burung enggang, trenggiling dan tumbuhan endemik berupa hutan seperti kian menyempit, nyata terancam dan terjadi saat ini.
Paruh Enggang yang diburu oleh para pemburu. Foto dok. Yayasan Palung, Nop 2014
Demikian juga nasib badak, harimau dan beberapa satwa lainnya tidak kalah terancam adalah burung surga (cendrawasih). Bahkan dari tahun ke tahun jumlah dari beberapa makhluk hidup yang disebutkan tersebut kian menurun populasinya (terancam punah).
Kejadian-kejadian (peristiwa) yang terjadi pada semua makhluk hidup sejatinya menjadi sebuah permenungan kita bersama untuk menjadi perhatian bagi semua. Jika lingkungan tempat kita berdiam aman, nyaman maka sudah sepatutnya kita untuk menghargai dan memperlakukan lingkungan hidup (bumi dan segala isinya) untuk kita perlakukan secara bijaksana.
Mengingat, bumi tempat kita hidup bersama beserta segala isinya menjadi sepatutnya untuk kita jaga, rawat dan lestarikan sebagai satu kesatuan makhluk hidup yang memberi dan menerima. Semoga di tahun 2017 lingkungan kita (bumi kita) bisa terjaga dengan baik dan kejadian-kejadian bencana bisa diminimalisir atau dapat dicegah dan tidak memakan korban jiwa dan segala makhluk dapat bernafas dengan lega di tempat hidupnya masing-masing.
Tulisan ini pernah dimuat di : http://www.kompasiana.com/pit_kanisius/apa-saja-kejadian-lingkungan-yang-terjadi-sepanjang-tahun-2016-di-indonesia_586b6d1ab77a61de061bcb6b
Petrus Kanisius-Yayasan Palung