(Puisi) Hutan

Hutan hujan Kalimantan. (Foto : Andre Ronaldo).

Hijau nan rimbun itu julukan abadimu

Tak bisa disangkal engkau (hutan) segalanya bagi yang merasa hadirmu begitu penting

Bertahun-tahun, semua nafas menggantung dan tergantung padamu

Tak sedikit menyebutmu pusaka titipan yang kini kondisinya sedikit genting

Genting karena hadirmu (hutan) yang tak lagi banyak yang peduli, namun tak sedikit yang mengorbankan, menggadaikanmu hingga membuatmu rebah tak berdaya

Rimbunmu berganti gersang bersama benalu-benalu rindu koar kelakar tajukmu memberi peneduh namun gaduh kala rinai rintik turun dengan derasnya

Masih hijaukah dikau kini hutanku?

Bertanya senada tentang fakta di pelupuk mata

Hijau rimbunmu kini tak lagi senada harmoni

Hutanku tak lain pula sebagai nafasku dan nafasmu pula

Mungkin jua nafas kita semua segala bernyawa di jagat raya ini

Ingatku tertuju padamu (hutan)

Tentang peranmu, tentang manfaatmu

Tetapi…. Masihkah ada asa untuk itu

Entahlah

Harapku dan mungkin pula semua kiranya tajuk-tajukmu masih boleh menjadi peneduh

Berdirimu menjadi penopang penhadang kala deras menerpa

Hutan, Harmoniku, harmonimu tentang hutan yang sejatinya boleh lestari hingga nanti.

Tulisan ini sebelumnya telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Hutan” : https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/6135df7101019009130447d2/hutan

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: