Mengenal Peran Hylobates albibarbis (Si Gesit) di Habitatnya

Hylobates albibarbis (Si gesit ) di habitat hidupnya berupa hutan. (Foto : Erik Sulidra).

Seperti diketahui, seluruh mahluk di dunia ini memiliki perannya masing-masing, salah satunya adalah Kelempiau (Hylobates spp) ditambah dari fakta yang telah didapat kelempiau adalah Primata arboreal tercepat (gesit) di kelas hylobatidae dan bahkan primata lainnya, sehingga peran nya sebagai penyebar biji di hutan lebih efisien jika ditinjau dari kajian daerah jelajah dan waktu tempuhnya. Primata cantik ini memiliki nama latin Hylobates spp, paling tidak ada 9 jenis dalam suku Hylobates yang tersebar di sepanjang Selat Malaka, yaitu mulai dari Malaysia, Brunei, dan Indonesia.

Di Indonesia sendiri primata ini tersebar di tiga pulau besar yaitu Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Didalam jurnal “Behavioural Ecology of Gibbons (Hylobates albibarbis) in a Degraded Peat-Swamp Forest” yang ditulis oleh Susan M. Cheyne, menyebutkan; di Kalimantan saja ada dua spesies kelempiau yaitu Hylobates muelleri yang terbentang hampir di seluruh pulau Kalimantan kecuali dibagian barat daya seperti di sepanjang Sungai Kapuas yang dominan dihuni oleh kelempiau spesies Hylobates albibarbis. Primata ini dapat dikatakan juga bersifat dimorfisme (setiap gender mudah dikenali dengan ciri-ciri fisiknya) seperti owa berjenggot putih atau kelempiau (Hylobates albibarbis) yang dapat dibedakan jenis kelaminnya dari postur tubuh, jantan cenderung lebih besar dari pada betina.

Hylobates albibarbis (si gesit) di habitat hidupnya berupa hutan. (Foto 2 : Erik Sulidra).

Kelempiau hidup berkelompok (kelompok kecil) sebagai cara menghindari predatornya di alam liar, hewan yang aktif pada siang hari ini (diurnal) tidak bisa berjalan dengan dua kaki atau bipedal karena ukuran tangannya yang cenderung lebih panjang dari pada kaki. Paling tidak keluarga kelempiau (Hylobatidae) terbagi menjadi empat genera (empat suku dalam klasifikasi kelempiau) yang tersebar dari mulai India, China, hingga Indonesia yaitu, Hylobates spp, Namascus spp, Hoolock spp, dan symphalangus syndactylus atau yang biasa kita kenal dengan siamang. Beruntung di Indonesia sendiri terdapat sekitar lima spesies Owa atau Hylobates dan satu spesies tunggal siamang (symphalangus syndactylus) yang uniknya hanya ada di pulau Sumatera.

Siamang. (Foto : alamendah.org)

Dilihat dari perannya, kelempiau juga dikenal sebagai penyebar biji di hutan, kelempiau atau di Sumatera disebut juga dengan owa ini dinilai paling efektif karena daerah jelajahnya yang jauh dan pergerakannya yang sangat cepat. Di Jawa sendiri owa memiliki spesies yang berbeda, owa jawa (Hylobates moloch) dikenal dengan kesetiaan nya terhadap pasangan atau monogami yang semakin hari populasinya semakin sedikit, hal ini dibuktikan dengan statusnya dinyatakan EN (endangered) atau terancam punah dalam daftar IUCN.

Bukan tanpa sebab, terancamnya primata ini dari kepunahan semakin terasa, dikarenakan rusaknya habitat mereka dialam liar yang disebabkan oleh Konversi lahan secara masif dan terang-terangan menjadi daerah pemukiman, perkebunan, dan lahan pertambangan yang dinilai semakin lama semakin membuat primata gesit ini semakin terancam di habitat hidupnya.

Fungsi kebijakan yang pro lingkungan dan kontrol yang baik sangat dibutuhkan saat ini, primata dalam hal ini kelempiau sangat berperan sebagai penyebar biji yang tak lain sebagai penyemai hutan. Tentu kita tidak ingin primata sebagai aset bangsa seperti kelempiau ini punah. Mengingat, kita sudah pernah kehilangan satwa yang sangat penting, seperti dulu kita kehilangan harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan badak jawa (Rhinoceros sondaicus).

Peran serta masyarakat untuk penduli dan ambil bagian untuk tindakan dalam isu konservasi sebagai salah satu cara menghindari kepunahan spesies yang cenderung merugikan kita sebagai negara dengan sejuta keanekaragaman hayati. Tak perlulah kiranya untuk ambil tindakan yang besar dulu diawal, cukup melakukan hal-hal kecil seperti mengikuti kampanye lingkungan secara aktif serta mendukung kebijakan yang bersifat pro lingkungan (good forest governance).

Penulis : Muhammad Syainullah-Penerima Beasiswa WBOCS 2020

Editor : Pit-YP

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: