Gunung Palung Orangutan Conservation Program
Survei sarang Orangutan dan fenologi pohon pakan orangutan di sekitar Kawasan Taman Nasional Gunung Palung (di Desa Sempurna dan Matan Jaya) yang dilakukan oleh Yayasan Palung dan Balai Taman Nasional Gunung Palung (BTNGP) pada tanggal 10 Februari sampai 1 Maret 2020, kemarin. Survei di kedua desa ini merupakan survei sarang terakhir dari survei sarang jangka panjang yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2019. Survei sarang ini dilaksanakan di 13 lokasi dengan total 50 transek.
Pertama, kami melakukan survei di Desa Sempurna selama dua minggu. Kami berangkat menggunakan kendaraan roda empat (Mobil Hilux) dengan melewati jalan tanah yang becek. Mobil sempat amblas, kami berusaha mendorong namun gagal. Hingga hari menjelang malam, kemudian kami mencari bantuan, untung saja ada alat berat (Zonder) terdekat. Akhirnya mobil kami berhasil ditarik mobil zonder. Kami melanjutkan perjalanan dan sampai di Resort Jihing pada malam hari.
Lokasi survei di Desa Sempurna merupakan hutan sekunder, dengan tipe habitat hutan rawa air tawar. Di desa ini terdapat 2 lokasi survei, masing-masing 4 transek, panjang transek 1 km, jarak antar transek 200 meter. Jarak dari resort Jihing ke titik lokasi pertama adalah 5 km, sedangkan lokasi kedua berjarak 8 km. Kami menggunakan longboat menyusuri anak sungai dengan jarak tempuh kurang lebih 1 km, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati jalan berbukit dan rawa terendam. Kami sangat terbantu oleh porter untuk membawa perlengkapan riset dan logistik melewati medan yang ekstrim.
Di lokasi survei Desa Sempurna kami tidak membuat tenda di tanah, melainkan menggunakan flying camp (menggunakan hammock dan flysheet) untuk istirahat karena kondisi banjir. Sedangkan untuk logistik, diamankan di satu titik yang tanah sedikit tinggi (mungguk/natai dalam istilah lokal) agar tidak terkena banjir. Tipe habitat pada lokasi itu adalah hutan rawa air tawar, jadi tergenang air saat musim penghujan. Hal ini menjadi tantangan saat melakukan survei, walaupun demikian survei masih bisa berjalan lancar.
Selanjutnya Survei dilakukan di Desa Matan Jaya, kami berangkat dari Dusun Pangkalan Jihing menuju Matan melewati jalan tanah (jalan perusahaan), tidak ada hambatan hingga kami sampai di Resort Matan. Jarak dari Resort Matan ke transek kurang lebih 15 km, menggunakan mobil sampai ke bekas camp perusahaan kurang lebih 14 km, dari camp bekas perusahaan ke lokasi kurang lebih 1 km. Kami menginap di bekas camp perusahaan karena kondisi tidak memungkinkan membuat tenda di lokasi survei yang sedang banjir. Ada kekhawatiran kami saat banjir, ular dan buaya bisa saja menghampiri kami.
Sama halnya dengan di Desa Sempurna lokasi survei di Matan berupa hutan sekunder dengan tipe habitat rawa air tawar. Habitat ini akan terendam air pada musim hujan. Tinggi air pada hari pertama survei setinggi lutut, kemudian semakin hari air semakin tinggi karena hujan di hulu sungai. Ketinggian air mencapai 1 meter lebih (setinggi dada), namun banjir tinggi hanya di jalan menuju lokasi. Di lokasi survei sarang, banjir tidak terlalu tinggi rata-rata tinggi air di bawah lutut. Lokasi Matan kami hanya membuat 4 transek survei yang panjangnya masing-masing 1 km dan jarak antar transek 200 meter.
Kedua lokasi survei (Desa Sempurna dan Matan) yang kami lakukan merupakan hutan sekunder eks logging. Sebagai informasi, di wilayah ini rekan-rekan dari BTNGP rutin melakukan patroli illegal logging. Secara umum, kedua lokasi sangat jarang ditemukan sarang Orangutan, tumbuhan yang ditemukan lebih banyak yang berdiameter rata-rata 20 cm, sangat jarang ditemukan pohon yang besar. Dugaan kami, keberadaan orangutan sangat sedikit, bahkan mungkin saja sudah pindah ke tempat lain yang lebih aman, karena kondisi gangguan manusia seperti perburuan dan illegal logging, ditambah lagi kondisi habitat yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi hutan yang tidak terlalu rapat, kurang didominasi pohon besar, keberadaan sarang yang sedikit, dan sarang yang ditemukan merupakan kelas C dan D (bekas sarang yang sudah lama). Dari 13 lokasi yang disurvei, lokasi di Matan merupakan yang sedikit ditemukan sarang. Perkiraan, individu orangutan lebih sedikit di Desa Matan Jaya karena habitatnya sedikit terganggu.
Survei ini dilakukan oleh Yayasan Palung bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Palung. Jumlah kami yang melakukan survei adalah 10 orang yang terdiri dari tiga orang fenologi, tiga orang survei sarang, dua orang perintis, satu pendamping dari BTNGP dan satu orang juru masak.
Beth Barrow, Direktur Riset Konservasi Yayasan Palung mengatakan, sangat berterima kasih kepada tim survei yang telah bekerja dengan sangat baik, akhirnya survei sarang jangka panjang ini bisa selesai di tahun ini.
Terima kasih yang tidak terhingga kami sampaikan kepada donatur kami Conservation Food and Health, US. Fish and Wildlife, and Remembering Great Apes.
Penulis : Andre Ronaldo (Botanis Yayasan Palung)
Editor : Pit YP
Tulisan ini dimuat di Tribun Pontianak : https://pontianak.tribunnews.com/2020/03/07/bermalam-di-hutan-survei-sarang-orang-utan-di-taman-nasional-gunung-palung