Gunung Palung Orangutan Conservation Program
Melalui Program Sustainable Livelihood (SL), Yayasan Palung (YP) berinisiatif dampingi kelompok Tani di Desa Pampang Harapan Kecamatan Sukadana. Meteor Garden, itulah nama kelompok tani yang mendapatkan pendampingan guna meningkatkan hasil pertanian tersebut.
Kelompok tani tersebut terdiri dari 12 orang petani. Mereka tetap bertani di lahan mereka masing-masing. Pembentukan kelompok tani Meteor Garden dilakukan oleh YP bersama dengan Petugas Penyuluh Pertanian (PPL) Desa Pampang. “Ahli pertanian adalah petani itu sendiri, bukan pendamping, pembina atau profesor pertanian,” kata F Wendi Tamariska, manager Program SL-YP.
Wendi menjelaskan, pihaknya akan membangun kerja sama melalui demplot masing-masing dengan konsep agroforestri (tanaman campuran), agar bisa tetap membantu pertumbuhan hutan sembari bertani. Pihaknya juga akan bersama-sama mengembangkan pertanian holtikultura kelompok tani ini.
“Dengan harapan ke depan kita bisa berkontribusi dan menjadi contoh bagi petani lainnya di tingkat Kabupaten Kayong Utara,” jelasnya.
PPL di Desa Pampang, Siti Hanipah, mengatakan, dia mendampingi Desa Pampang dari tahun 2016. Awalnya dia berharap akan melanjutkan kelompok yang sudah ada, tapi begitu melihat komitmen petani yang dibentuk Yayasan Palung sudah menunjukkan kesungguhan dalam membangun petani yang berkomitmen. “Semoga apa yang diharapkan kelompok petani yang baru terbentuk ini dengan Yayasan Palung bisa terwujud,” harapnya.
Digambarkan dia, 10 orang kelompok tani Meteor Garden ini bertani di lahan mereka sendiri. Mereka, menurut dia, selalu gotong royong ketika mengolah lahan, menanam, atau pun saat panen. Gotong royong yang dimaksudkan dia seperti menyiapkan lahan untuk ditanam dengan berbagai aneka tanaman, terutama tebu dan tanaman sisipan seperti sayur-sayuran serta tanaman pagarnya adalah tanaman buah-buahan.
“Hingga saat ini, mereka sudah dua kali siklus masa panen. Salah satunya sayur terong, sekitar 200 kilogram sayur terong yang mereka jual kepada penampung sayur di Kayong Utara dan Ketapang,” ujarnya.
Untuk mengurangi biaya besar, dia menggambarkan bagaimana mereka menggunakan pupuk kompos yang diolah oleh mereka sendiri, di rumah kompos milik Yayasan Palung di Desa Pampang Harapan. Dengan menggunakan pupuk kompos, mereka ini, menurut dia, bisa mengurangi biaya pengeluaran setiap bulannya untuk pupuk dan racun rumput, dengan biaya penghematan sekitar Rp1 juta.
Sekretaris Desa Pampang Harapan, Suwandi, sangat mendukung kegiatan ini. “Kami tetap mendukung program ini yang telah dibentuk oleh pihak Yayasan Palung dengan komitmen yang dibangun. Petani di Pampang banyak tapi tidak produktif. Harapan kami pemerintah desa dengan Yayasan Palung bisa bekerjasama, ujarnya.
Tulisan ini telah dimuat di Pontianak Post dengan link tulisan : http://www.pontianakpost.co.id/olah-pupuk-kompos-tekan-biaya-hingga-rp1-juta
Petrus Kanisius-Yayasan Palung