Gunung Palung Orangutan Conservation Program
Bumi engkau satu kesatuan yang tak terpisahkan dari cerita kehidupan
Satu kesatuan bagi sebagian besar makhluk
Jangan sampai terpisah karena resah atau congkaknya kita
Tak salah kiranya, bumi adalah ibu sekaligus rumah yang nasibnya tak jarang terabaikan
Bumi memberi, makhluk menerima
Ia memberi tanpa pamrih
Kita yang acap kali congkak karena sering berkuasa atas semesta dan bumi ini
Lihat, betapa sering kita melukai, mengambil, merusak isi bumi
Tak mengeluh, tapi lihat isi bumi ini kini
Derai tangis karena adanya bencana sejatinya itu yang harus dicerna
Dalih alam tak bersahabat, bumi tak seperti dulu, itu kata-kata yang sering terdengar
Benarkah demikian adanya? Ada yang tak terlihat namun itu ada terasa
Bumi menghangat, es mencair, hutan meranggas rebah tak berdaya, perut bumi di keruk
Itu realita, bukan cerita dongeng semata
Bumi semakin tua renta seolah menanti asa kepada semua kita
Lirih suara akar rumput kalah bergema dengan deru mesin
Titah Sang Kuasa kepada kita semua agar boleh kiranya harmoni
Harmoni yang tak lagi pongah pada tinggi hati dan ego semata, tapi ingat mimpi yang harus nyata
Mimpi yang nyata itu tak lain adalah bumi yang mampu terpilihara dengan baik oleh kita semua
Jangan lagi membuat bumi ini menangis karena kita, tetapi biarkan ia lestari hingga nanti
Tulisan tentang puisi ini sebelumnya dimuat di : https://www.kompasiana.com/pit_kanisius/62624ae8ef62f6676f5c28f2/bumi
Ketapang, Kalbar 22 April 2022
Petrus Kanisius
(Yayasan Palung)