Bagaimana Jika Kerajinan HHBK Menjadi Bagian Dari Pendidikan?

Pelatihan Kerajinan Pandan SMKN 1 Sukadana (4)

Ibu Ida saat mengajarkan tentang  Kerajinan Pandan kepada Siswa-siswi SMKN 1 Sukadana. Foto dok. Yayasan Palung

Ibu Saparida atau akrab di sapa Ida merupakan salah seorang koordinator kelompok HHBK IDACRAFT yang berasal dari Dusun Sungai Belit, Desa Sejahtera, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara (KKU). Saat ini, Ibu Ida sudah memberikan pendidikan kerajinan ke Sekolahan, khususnya di SMKN 1 Sukadana sebagai bagian dari pendidikan melalui mata pelajaran Mulok Keterampilan, melalui pelajaran anyaman dari anyaman produk HHBK.

Banyak motif dari produk kerajinan pandan yang dihasilkan dan setiap bulan selalu memproduksi baik melalui pesanan dari berbagai pihak atau penjualan ke galeri DEKRANASDA KKU,  karena ibu Ida selalu menjaga kualitas produk.

Sebelumnya pada bulan Januari 2016 bulan lalu, pihak sekolah SMKN 1 Sukadana menghubungi tim program Sustainable Livelihood dari Yayasan Palung dan melakukan diskusi dengan tujuan meminta pengrajin dampingan Yayasan Palung untuk mengisi mata pelajaran (Mulok) keterampilan. Akhirnya Yayasan Palung berdiskusi dengan ibu Ida untuk menerima permintaan dari pihak sekolah SMKN 1 Sukadana dan beliau menerima dengan senang hati untuk menjadi pembina kerajinan bagi siswa-siswi disekolah.

Workshop Training Kerajinan, SMKN 1 Sukadana (2)

Siswa-siswi SMKN 1 saat belajar menganyam kerajinan hhbk. Foto dok. Yayasan Palung

Pada bulan febuari 2016, Ibu Ida, tim Yayasan Palung dan pihak sekolah melalui Kepala Sekolah, SMKN 1 Sukadana berdiskusi untuk membuat kesepakatan dan jadwal pertemuan untuk belajar kerajinan disekolah. Hasil dari diskusi tersebut yaitu jadwal belajar kerajinan  seminggu sekali yaitu setiap hari selasa, pukul  10.00 -12.00 Wib, khusus untuk kelas  sepuluh, (kelas 2) Jurusan Pariwisata dengan jumlah sekitar 21 siswa-siswi yang ikut belajar menganyam kerajinan.

Workshop Training Kerajinan, SMKN 1 Sukadana (3)

Siswa-siswi SMKN 1 Sukadana sedang belajar menganyam lekar, produk hhbk dari lidi nipah. Foto dok. Yayasan Palung 

Proses tahap awal dalam belajar kerajinan yang dilakukan Ibu Ida yaitu perkenalan dasar bahan baku dan alat-alat pendukung produk HHBK langsung ke lokasi bahan baku. Setelah itu untuk praktek pembuatan motif anyaman Pandan hingga saat ini metode yang dilakukan oleh Ibu Ida yaitu dengan langsung melakukan praktek bersama siswa. Ibu Ida tidak sendirian dalam memberikan pelajaran kerajinan ke sekolah SMKN 1 Sukadana, dia (Ida-red) ditemani oleh Ibu Norani.

Bahkan, untuk acara perhelatan Sail Karimata, yag direncanakan pada bulan Oktober 2016 mendatang, para pengrajin melalui IDACRAFT mendapatkan pesanan tas souvenir sebanyak 1.500 tas pandan untuk tamu undangan dengan harga jual Rp.50.000 per tas. Saat ini, para pengrajin sedang mengerjakan pesanan tersebut.

Banyak suka duka dalam mengajar kerajinan HHBK pada siswa-siswi sekolah, yaitu disaat suka para siswa-siswi sangat antusias dalam menerima pelajaran dan banyak yang sudah paham dalam membuat motif produk HHBK. Sedangkan duka nya ada sebagian siswa yang kesulitan dalam memahami tekhnik anyaman jadi perlu tenaga ekstra untuk membimbing mereka hingga paham.

Semua ini dilakukan Ibu Ida dengan harapan agar kerajinan tradisional tidak habis ditelan zaman dan selalu ada generasi penerus untuk mengembangkan kerajinan tradisional ini karena hasil hutan berupa pandan dan kerajinan bukan kayu yang masih tersedia saat ini disekitar Kabupaten Kayong Utara masih bisa dimanfaatkan dan menghasilkan untuk menambah penghasilan masyarakat sekitar.

Wendi Tamariska, selaku manager program SL, Yayasan Palung mengatakan; “Ini adalah bukti bahwa kerajinan anyaman tradisional dalam corak produksi hand-mate (butan tangan) masih diterima dengan baik oleh lingkungan pendidikan. Semoga saja masih ada pihak lain yang mau menghargai budaya dan kearifan lokal dalam masyarakat khususnya yang tinggal di wilayah pedesaan”.

Semoga tradisi dan budaya menganyam kerajinan HHBK dapat lestari dan mampu menjadi pewaris bagi generasi muda khususnya menjadi bagian dari pendidikan sebagai ciri khas daerah serta berkelanjutan. Semoga saja, Salam Lestari.

Ditulis  Oleh: Tim Program Sustainable Livelihood dari Yayasan Palung

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: