Gunung Palung Orangutan Conservation Program
“Alam mendekapku dengan kehangatannya. Menyapaku dengan orkestranya, nyaman kurasa. Hingga aku tak ingin beranjak”
Irama khas hutan yang berasal dari kolaborasi berbagai jenis bangsa burung, serangga dan makhluk hidup lainnya masih terdengar sama, tak ubah itu adalah orkestra di tengah hutan dan itu selalu memberi kedamaian.
Ranting-ranting pohon menyapa dengan ramah kala aku melewatinya. Air sungai mengarus ke hilir tak lupa tersenyum kepadaku. Ikan-ikan yang hilir mudik berenang juga tak ingin dianggap sombong. Mereka beramai-ramai membentuk barisan untuk menyambut kehadiranku.
Setiap langkah yang kulalui sembari melewati jalan setapak ditengah hutan tak pernah kurasakan sepi. Hutan yang di dalam pikiran banyak orang adalah suatu tempat yang penuh dengan cerita menakutkan, buas dan horor benar-benar ku ingkari hipotesis mereka. Disini, aku menumpang hidup, kurang lebih satu bulan tak sekalipun aku merasa sepi.
Pecayalah kawan, Stasiun Riset Cabang Panti (SRCP) Taman Nasional Gunung Palung telah menyihirku dengan segala pesonanya. Aku bukanlah gadis kota yang asing dengan suasana hutan. Aku adalah gadis desa yang sudah biasa keluar masuk hutan, meskipun sudah tergolong hutan tersier. Disini, aku merasakan hal yang berbeda. Hutan disini terasa sangat unik, mempesona dan selalu membuatku kagum dengan segala yang ada di dalamnya.
Tak bosan aku terkagum-kagum ketika aku ikut bersama Tim OH untuk mengikuti orangutan. Pohon-pohon besarnya, serangganya, burung-burungnya, hewan, mamalianya, serta semua makhluk hidup disini serasa begitu ramah. Meski sulit melihat mereka yang bersembunyi dibalik kanopi, namun aku tahu mereka tersenyum ramah kearahku. Mereka selalu menyambut kehadiranku dengan meriah. Mereka adalah bangsa pribumi yang baik hati.
Kegiatan magangku yang hanya satu bulan disini sebelumnya telah kubayangkan akan terasa membosankan. Bukan berburuk sangka kawan, hanya saja membayangkan diri akan berada di tengah hutan yang jauh dari hiruk pikuk dunia, serasa akan sangat membosankan. Namun, sejak hari pertama aku berada disini segala apa yang ku pikirkan sebelumnya hanyalah hipotesis yang tak bisa dibuktikan. Nyatanya, selama aku disini, aku menikmati setiap detak waktu yang berjalan. Apa yang ada disini adalah surga dunia, dan aku tenggelam di dalamnya.
Dimasa depan, aku ingin kembali ke tempat ini lagi. Mengirup aroma hutannya lagi, menyapa pohon-pohonnya dan juga hewan-hewan yang hidup di dalamnya. Aku berharap kekayaan alam yang ada disini tetap terjaga hingga anak cucu kita nanti. Mereka harus bisa menikmati orkestra di tengah hutan yang dipersembahkan oleh bangsa-bangsa penghuni hutan ini dan menemukan kedamaian persis seperti yang aku rasakan. Tentu saja bangsa-bangsa penghuni hutan yang aku sebutkan ini adalah mereka para makhluk hidup yang terdiri dari mikroorganisme, tumbuhan dan hewan-hewan. Bukan bangsa-bangsa dari makhluk asral seperti yang terlintas dibenak kalian.
Sekian kilas cerita hari ini. Perjalanan ini akan segera berakhir. Aku akan pergi dari tempat ini. Namun semua yang terjadi kuabadikan dalam catatan perjalanan ini. Semoga sedikit memberikan pembelajaran bahwa hutan adalah tempat yang harus dijaga kelestariannya. Segala apa yang ada di dalamnya adalah harta berharga yang tak ternilai harganya. Mari jaga hutan, jaga keanekaragamannya, jauhkan ia dari kelangkaan. Kelangkaan berarti kita akan kehilangan mereka dan kita tidak akan bisa melihatnya lagi. Dan aku tidak menginginkan itu. Aku harap kalian juga….
Siti Nurbaiti (Penerima WBOCS tahun 2017)