Gunung Palung Orangutan Conservation Program
Kuliah Lapangan (Field Course)
Stasiun Riset Cabang Panti (SRCP), Taman Nasional Gunung Palung bekerjasama dengan University of Michigan, USA mengadakan kuliah lapangan (pelatihan) selama 12 (dua belas) hari. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Kuliah lapangan pada tahun 2019 merupakan kegiatan ke-5 yang dilaksanakan di SRCP.
Peserta kegiatan ini berjumlah 15 orang; peserta dari Taman Nasional Gunung Palung (3 orang), dari Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (3 orang), Yayasan Palung (2 orang), Taman Nasional Kayan Mentarang (1 orang), Yayasan Planet Indonesia (1 orang), Yayasan Alam Sehat Lestari (1 orang), Orangutan Foundation (1 orang), Sebumi (1 orang), Yayasan Titian (1 orang) dan dari Yayasan IAR Indonesia (1 orang).
Pemateri pada kuliah lapangan ini yaitu Prof. Andrew J. Marshall (seorang antropolog biologi, ahli ekologi tropis, biologi konservasi dari Universitas Michigan, Amerika Serikat), Endro Setiawan (seorang parataxonomist yang bekerja sebagai Pengendali Ekosistem Hutan di BTNGP dan Kepala Unit Stasiun Riset Cabang Panti), Kiki Prio Utomo (seorang dosen pada program studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura dan sangat berpengalaman dalam masalah hidrologi dan konservasi air).
Pembukaan Kuliah Lapangan dan Perjalanan ke Lokasi Kegiatan
Pembukaan kuliah lapangan dilakukan pada hari pertama (24/6/2019) di Kantor Balai Taman Nasional Gunung Palung, Ketapang. Diawali dengan sesi perkenalan dan dilanjutkan dengan penyampaian materi awal tentang Pengenalan Hutan Hujan Tropis oleh Andrew J. Marshall dan Perjalanan Fotografi Keanekaragaman Hayati TNGP oleh Endro Setiawan.
Pada Selasa (25/6/2019) kami melakukan perjalanan menuju tempat kegiatan di Stasiun Riset Cabang Panti (SRCP). Kami berangkat dari Ketapang menuju Dusun Tanjung Gunung dengan perjalanan sekitar 1,5 jam menggunakan mobil. Dari Tanjung Gunung kami mulai berjalan kaki menuju Camp SRCP. Di awal perjalanan kami melewati lahan gambut bekas kebakaran sekitar 40 menit hingga kemudian memasuki hutan yang sejuk. Kami menghabiskan waktu tidak lebih dari 5 jam dengan 3 kali istirahat hingga tiba di Camp SRCP. Menurut panitia, ini merupakan perjalanan yang tercepat dibanding angkatan kuliah lapangan sebelumnya.
Kami disambut jembatan gantung yang ada di depan Camp dengan sungai jernih yang ada di bawahnya. Ingin rasanya langsung terjun ke sungai, namun apa daya badan sudah kelelahan. Sambutan hangat para asisten dan peneliti yang ada di Camp SRCP juga sejenak mengurangi rasa lelah kami.
Materi Kuliah Lapangan
Adapun Materi yang diberikan pada kuliah lapangan diantaranya Ekologi tumbuhan dan vertebrata hutan hujan tropis, Interaksi tumbuhan dan satwa, Pengenalan survey vertebrata, Kamera Trap, Melacak satwa dan jejak kaki, Evolusi dan taksonomi tumbuhan, Karakteristik Tumbuhan, Fotografi Tumbuhan, Pengenalan penelitian ilmiah, Orangutan, Desain pengambilan sampel dan dasar statistik, Hidrologi dan Konservasi Air.
Secara keseluruhan, materi yang disampaikan sangat berhubungan dengan pekerjaan kami di bidang konservasi. Materi yang sangat menguras konsentrasi kami adalah tentang taksonomi tumbuhan. Dalam waktu yang singkat kami dikenalkan 15 family tumbuhan beserta ciri-ciri umumnya. Kami diajarkan untuk mengidentifikasi tumbuhan dengan melihat jenis daun, letak duduk daun, stipule, getah, dan bau.
Ketika di lapangan kami sangat sulit untuk mengidentifikasi tumbuhan berdasarkan teori yang sudah dijelaskan. Untuk pemula yang baru belajar identifikasi tumbuhan, banyak jenis tumbuhan yang terlihat sama walaupun nyatanya berbeda family.
Di akhir materi ini diadakan kuis identifikasi tumbuhan. Pemateri menyiapkan 15 sampel tumbuhan dengan mengambil tangkai beserta daunnya dan diletakkan di atas meja. Masing-masing peserta diberi waktu untuk menentukan family dari masing-masing sampel tumbuhan tersebut. Dari 15 sampel tumbuhan, hanya 1 peserta yang berhasil mengidentifikasi sebanyak 13 sampel.
Materi berikutnya yang cukup menarik bagi kami adalah tentang hidrologi yang disampaikan oleh Kiki Prio Utomo dari Fakultas Teknik UNTAN. Hal yang baru kami ketahui dari materi ini adalah bahwa ternyata hutan sangat mempengaruhi curah hujan di wilayah hutan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada tahun 2015 silam, ketika kebakaran besar terjadi di Kalimantan, curah hujan di SRCP sangat tinggi berbeda dengan daerah lainnya.
Suasana Belajar di Kelas dan Lapangan
Berada di tengah hutan Gunung Palung tidak menyurutkan semangat kami untuk belajar. Dengan suasana belajar yang lebih bebas dan santai membuat kami tidak canggung. Di hari pertama suasana kelas sedikit kaku karena peserta yang belum saling kenal. Namun di hari berikutnya kekakuan itu berubah total menjadi suasana yang hangat dan akrab. Baik di kelas maupun di lapangan kami selalu berhasil membuat suasana menjadi santai dengan gurauan kami.
Ada satu kata yang menjadi jargon kami selama mengikuti kuliah lapangan, yaitu “interesting”yang artinya menarik. Kata ini muncul karena setiap hal yang kami lihat dan kami pelajari disana sangat menarik. Hampir setiap saat kami mengucapkan kata ini baik ketika belajar di kelas maupun disaat istirahat, disaat serius maupun sedang bercanda.
Eksplorasi Habitat Hutan
Pada Minggu (30/6/2019) kami berkesempatan untuk eksplorasi habitat hutan. Kami diberikan pilihan, perjalanan menuju puncak Gunung Palung, GP 90 atau perjalanan menuju air terjun LC. Ada 7 peserta yang memilih perjalanan ke GP 90 dan yang lainnya ke air terjun LC. Dalam perjalanan menuju GP90 kami dipandu oleh Andrew J. Marshall. Sambil melakukan perjalanan kami dikenalkan beberapa tipe vegetasi di hutan tempat kami berdiri. Kami bisa melihat jelas perbedaan antara vegetasi yang satu dengan yang lainnya melalui jenis tanaman yang tumbuh, ketinggian tempat dan kerapatan pepohonan dalam hutan tersebut.
Kami juga menemukan beberapa kamera trap yang terpasang di jalur menuju GP90. Ada yang dipasang di bagian bawah dekat tanah dan dipasang di dahan pohon. Kamera trap ini dipasang untuk memantau satwa-satwa yang ada di hutan Gunung Palung.
Perjalanan ke GP90 cukup melelahkan dengan trek 90% tanjakan. Kami menghabiskan waktu tidak lebih dari 4 jam untuk sampai di GP90. Tidak ada pemandangan yang bagus di sana karena tertutup oleh pepohonan yang masih asri. Di GP90 kami foto bersama dan istirahat makan siang sekitar satu jam. Kami segera turun karena cuaca yang tiba-tiba mendung. Perjalanan turun menuju Camp sedikit lebih cepat, kami hanya perlu waktu tidak lebih dari 3 jam untuk sampai Camp.
Penelitian Ilmiah
Salah satu materi yang kami dapatkan pada kuliah lapangan ini adalah tentang penelitian ilmiah. Kami diajarkan bagaimana tahapan membuat suatu penelitian ilmiah, mulai dari menyusun pertanyaan, membuat hipotesa dan prediksi, pengambilan data dan analisa data.
Selama 4 hari terakhir di SRCP kami mendapatkan tugas yang sangat menarik. Sebagai tamu di Stasiun Riset, kami harus melakukan penelitian terkait dengan materi yang telah kami dapatkan. Kami dibagi menjadi 4 kelompok dengan topik penelitian yang berbeda. Hari pertama masing-masing kelompok mendiskusikan topik penelitian dan mempresentasikan proposal penelitian kepada pemateri dan kelompok lainnya. Ada yang meneliti tentang ngengat, penelitian epifit, penelitian kupu-kupu dan penelitian air. Hari kedua dan ketiga penelitian di lapangan, pengujian sampel, dan menganalisa data yang didapatkan. Hari terakhir saatnya mempresentasikan hasil penelitian.
Empat topik penelitian yang kami kerjakan terbilang sederhana tapi cukup memerlukan keseriusan untuk penyelesaiannya. Beberapa kali kami harus konsultasi kepada Andrew J. Marshall (pemateri penelitian ilmiah) untuk setiap permasalahan yang kami temukan terkait topik penelitian kami. Kami berhasil menyelesaikan penelitian sederhana tersebut dan mempresentasikannya kepada pemateri dan kelompok lainnya.
Binatang di Sekitaran Camp SRCP
Ada seekor babi hutan yang sering datang ke sekitar Camp SRCP. Babi hutan ini diberi nama Edi. Edi terlihat seperti babi peliharaan, berbeda dengan babi hutan lainnya yang akan lari ketika melihat manusia. Edi selalu datang memakan sisa-sisa makanan yang sengaja dibuang untuk babi tersebut. Babi hutan itu terlihat santai walau kita hanya berjarak 5 meter dengannya.
Selain babi hutan, ada juga seekor biawak besar yang sering datang ke sekitar Camp SRCP. Biawak ini juga terlihat santai mencari makanan di bawah lantai Camp seakan-akan tidak terganggu dengan manusia yang ada di Camp.
Di sungai tempat mandi yang berada di depan Camp juga ada banyak penghuninya. Di sungai ini terdapat banyak sekali ikan dan beberapa diantaranya cukup besar. Setiap hari ikan-ikan ini diberi makan nasi sisa. Sayangnya ada larangan untuk menangkap atau memancing di sungai itu. Selain ikan, kadang-kadang juga muncul sepasang labi-labi di sungai tersebut.
Waktu Luang dan Malam Hari
Di waktu luang atau saat malam hari ada banyak sekali hal yang kami lakukan sehingga tidak bosan. Ada yang memanfaatkan waktu luang tersebut untuk belajar mengayam gelang dari bahan resam, mengukir biji buah Canarium menjadi mata kalung, bermain jenga (menyusun balok kayu), bermain catur, bermain tenis meja, ada yang bermain gitar dan bernyanyi bersama dan ada juga yang berbakat untuk membantu tim dapur (memotong sayuran dan mengiris bawang). Sejenak kami melupakan gadget, urusan pekerjaan dan kesibukan lainnya.
Namun terkadang virus gadget juga sangat kuat mempengaruhi sehingga kami harus berusaha mendapatkan jaringan internet meskipun sangat sulit. Ada tempat khusus yang sedikit lebih baik untuk mendapatkan jaringan internet di Camp. Teman-teman asisten sudah menyediakan tempat khusus untuk ponsel, stand holder yang dibuat dari kayu dan pipa. Ketika ada teman yang mendapatkan jaringan internet di ponselnya, maka harus berbagi dengan ikhlas melalui tethering.
Perjalanan Pulang dari CP ke Tanjung Gunung
Jumat (5/7/2019) pagi, kami harus pulang dari Camp SRCP karena kuliah lapangan sudah selesai. Kami pun berpamitan dengan teman-teman asisten dan peneliti yang ada di Camp. Sebenarnya sedikit sedih untuk meninggalkan mereka dengan pertemanan yang begitu akrab selama kurang dari 2 minggu. Begitu juga dengan peserta dan pemateri, kami harus berpisah dan kembali ke habitat masing-masing.
Simon Tampubolon – Yayasan Palung