Gunung Palung Orangutan Conservation Program
Taman Nasional Gunung Palung sedang bersuka cita menyambut kelahiran anggota baru yaitu satu individu bayi orangutan di kawasan SRCP (Stasiun Riset Cabang Panti), Taman Nasional Gunung Palung, demikian ditulis dalam dirilis di laman website Balai Taman Nasional Gunung Palung.
“Nafas baru tersebut tidak lain adalah penghuni baru
(lahirnya bayi orangutan dari Walimah)
di Taman Nasional Gunung Palung”
Iya, suka cita ini sangat beralasan, lahirnya satu individu orangutan itu sebagai nafas baru di Taman Nasional Gunung Palung. Ini merupakan bayi ke-2 bagi individu Walimah, setelah bayi pertamanya mati (hilang) saat berumur beberapa bulan pada tahun 2015 lalu.
Bayi orangutan yang baru lahir itu belum mempunyai nama dan belum diketahui jenis kelaminnya karena baru beberapa hari lahiran, diperkirakan baru berumur sepekan, bayi orangutan itu merupakan anak dari orangutan bernama Walimah.
Walimah sendiri merupakan orangutan liar yang lahir dan besar di SRCP, Taman Nasional Gunung Palung.
Walimah lahir pada tahun 1999 dari Ibu bernama Marisa dan merupakan salah satu orangutan yang diambil datanya dari bayi hingga melahirkan. Ini adalah kelahiran Walimah yang kedua, kelahiran yang pertama terjadi pada tahun 2015. Namun di usia 4 bulan bayinya menghilang dan Walimah kehilangan 2 jari tangannya pada saat itu. Sampai sekarang masih menjadi misteri, siapakah yang menjadi pelaku peristiwa tersebut. Walimah juga pernah difilmkan oleh BBC, dan National Geographic Television dengan judul Mission Critical: Orangutan on The Edge.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Palung, M. Ari Wibawanto, mengatakan dan berharap; Kelahiran bayi Walimah ini diharapkan dapat mendorong multipihak untuk dapat bersinergi meningkatkan upaya konservasi orangutan, tidak hanya dalam lingkup spesies tetapi juga dalam skala lanskap. Hutan butuh orangutan, begitupun sebaliknya.
Direktur Program Yayasan Palung, Victoria Irene Gehrke, mengatakan, setiap bayi yang baru lahir dari spesies orangutan yang terancam punah memberikan harapan. “Bayi ini kebetulan memiliki seorang ibu yang sudah sangat kita sayangi. Kami berharap dapat melihat si kecil ini tumbuh dan menikmati kehidupan di hutan liar Gunung Palung di tahun-tahun mendatang”, harapnya.
“Termonitornya penambahan individu orangutan orangutan liar ini berkat program penelitian jangka panjang yang dilakukan Yayasan Palung dan bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Gunung Palung”, timpal Direktur Penelitian Yayasan Palung (GPOCP), Wahyu Susanto.
Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di Pontianak Post; Edisi Cetak, Kamis, 30 Mei 2019
Petrus Kanisius-Yayasan Palung