Gunung Palung Orangutan Conservation Program
Bulan ini saya mendapatkan kesempatan (bersama 2 asisten lapangan lainnya) untuk mengunjungi stasiun penelitian orangutan lainnya di Indonesia. Kami benar benar sangat antusias untuk mengunjungi Stasiun Penelitian Tuanan di Kalimantan Tengah. Tujuan kami ke sana untuk melihat bagaimana stasiun penelitian lainnya di Indonesia mengambil data tentang perilaku Orangutan. Untuk kesana kami menggunakan pesawat dari Pontianak, Kalimantan Barat menuju Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Berikut cerita singkat saya (Sabta) ketika ke Stasiun Penelitian Tuanan;
Nama saya Sabta Pelari, saya berkerja sebagai asisten penelitian di Cabang Panti, Taman Nasional Gunung Palung lebih dari 3 tahun. Tugas saya adalah mencari orangutan ketika menemukan mereka, dan mengambil data perilaku mereka sehingga kita memahami bagaimana mereka hidup.
Ketika kami sampai di Palangkaraya, kami disambut oleh manajer dari tuanan, Ipeh, dimana kami semua sudah mengenalnya karena dia adalah mahasiswa yang membuat penelitian di Cabang Panti sebelumnya. Perjalanan kami belum benar-benar selesai. Keesokan harinya kami masih harus melanjutkan perjalanan dengan mobil dan ditempuh 2 jam dilanjutkan dengan sampan selama 2 jam perjalanan hingga kami sampai di desa terdekat dari Tuanan juga membutuhkan 20 menit. Ketika kami sampai di desa, karena kami masih harus jalan kaki sepanjang rintis menuju camp. Itu hari yang sangat panjang dan kami semua kelelahan, walaupun kami mabuk perjalanan tapi kami sangat senang pada akhirnya kami sampai di tempat tujuan.
Secepatnya ketika kami sampai di camp Tuanan, kami menyadari betapa berbedanya Tuanan dari Cabang Panti. Perbedaan yang paling utama adalah di Cabang Panti kami mempunyai 8 tipe habitat hutan yang berbeda di area penelitian kami, sedangkan di Tuanan hanya ada hutan rawa gambut. Perbedaan besar lainnya dari Cabang Panti adalah asisten bisa pulang setiap malam ke desa mereka, karena jarak yang dekat, hanya 20 menit dari camp. Di Cabang Panti, kami membutuhkan jarak tempuh selama 4 jam dengan berjalan kaki dan kami harus tinggal selama 20 hari di camp sebelum mengambil libur.
Untuk mempelajari bagaimana orangutan liar diteliti di stasiun penelitian Tuanan, kami bergabung dengan relawan dan asisten di Tuanan untuk ikut orangutan keesokan harinya. Orangutan yang saya ikuti adalah ibu-anak yang bernama Milo (ibu) dan Merkur (Anak). Kami meninggalkan camp pukul 04.30 WITA menuju rawa gambut dimana sarangnya berada. Kami menunggu di sana (di sarang) sampai dia bangun diperkirakan sekitar pukul 05.00 WITA, orangutan yang kami ikuti tersebut terlihat sedang makan di pohon buah terdekat. Di Tuanan saya mendapati perbedaan lainnya tentang bagaimana kami mempelajari orangutan di Cabang Panti, asisten di Tuanan mencatat data prilaku orangutan setiap 2 menit, jika kami di CP kami mencatatnya setiap 5 menit. Dan juga, ketika mereka mencatat jenis buah yang orangutan makan mereka menggunakan nama lokal. Sedangkan kami di Cabang Panti kami menggunakan nama latin untuk mencatat dan mengidentifikasi jenis buah.
Di Tuanan semua habitat orangutan adalah rawa gambut, dan hampir semua tipe pohon yang saya temui juga sangat berbeda dari Cabang Panti. Salah satu buah yang paling dominan dan tidak bermusim di Tuanan adalah “Kamundak” (lokal), dimana bisa dipastikan itu adalah bagian dari famili tumbuhan kacang pohon (Fabaceae). Buah ini menyediakan sumber makanan yang melimpah di sana karena memang jenis pohon itu tidak memiliki musim atau selalu berbuah.
Asisten di Tuanan mengatakan kepada kami, jika orangutan di Tuanan akan mudah dan banyak tidur jika mereka banyak memakan buah Kamundak. Manusia juga bisa akan merasakan sakit setelah memakan buah ini, bagaimana kami tau ini?. Karena dulu ada seorang peneliti asing yang membawa buah ini kembali ke camp, menggoreng, lantas memakannya dan dia berakhir dengan sakit kepala dan sakit perut. Saya memcobanya juga tapi hanya sedikit karena saya tidak ingin seperti itu juga!
Hari berikutnya di Tuanan, kami bergabung dengan asisten Tuanan untuk mengikuti Orangutan jantan belimbing bernama Dado. Dia menghabiskan semua waktunya hanya dengan makan buah yang dominan di area itu, nama lokal dikenal dengan “tutup kabali”.
Selama kami berada di Tuanan, kami juga berkesempatan bertemu dengan warga lokal di desa terdekat dan pada malam harinya kami berjalan kaki kesana bersama asisten untuk bermain bola voli dan bermain dengan anak-anak.
Setelah empat hari berada di Tuanan, akhirnya kami harus berpisah karena harus pulang ke Kalimantan Barat. Tentu kami semua sedih, waktu begitu cepat berlalu dan semua menerima kami dan mereka juga sangat ramah. Meskipun kami tidak lama di sana, kami sudah menjadi sangat dekat dengan mereka dan itu sangat menyenangkan untuk berbagi cerita dengan mereka tentang berkerja di lapangan. Kami belajar banyak dari mereka dan kami harap suatu hari nanti mereka bisa mengunjungi Cabang Panti. Itulah certa singkat saya.
Sabta Pelari- Asisten Peneliti dari Yayasan Palung/GPOCP
Editor : Petrus Kanisius-Yayasan Palung