Wendi Tamariska dari Yayasan Palung Raih Penghargaan Lingkungan Hidup Whitley Award 2019 di London


Wendi demikian nama akrabnya sehari-hari, ia  baru-baru ini menerima penghargaan Whitley Award 2019 dari Princess Anne, selaku Patron Whitley Fund for Nature  di Gedung The Royal Geographical Society London, pada 1 Mei 2019, kemarin.

Wendi demikian nama akrabnya sehari-hari, ia  baru-baru ini menerima penghargaan Whitley Award 2019 dari Princess Anne, selaku Patron Whitley Fund for Nature  di Gedung The Royal Geographical Society London, pada 1 Mei 2019, kemarin.

Wendi Tamariska dari Yayasan Palung (YP) / GPOCP meraih penghargaan dari Whitley Awad 2019 atas dedikasinya dibidang konservasi ; “Melindungi orangutan dan hutan hujan melalui program mata pencarian berkelanjutan (Sustainable Livelihood/SL)”, di bentang alam kawasan Taman Nasional Gunung Palung dengan mengajak masyarakat lokal untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan menjadi penghasilan alternatif yang berkelanjutan tanpa merusak hutan.

Penghargaan yang Wendi raih itu bukan tanpa sebab, karena ia (Wendi) melalui Program SL dari Yayasan Palung berhasil merangkul masyarakat seperti para pengrajin tikar pandan melalui  kelompok  binaan yakni  kelompok pengrajin, mereka berhasil dengan mengkreasikan anyaman dari bahan baku pandan menjadi berbagai kreasi seperti tikar, dompet, tas kecil, tas laptop, tempat tisu, tempat untuk nenyimpan pulpen dan pensil, ada pula tempat/wadah untuk menyimpan charger handphone, gantungan kunci dan lain sebagainya. Semuanya dari bahan baku anyaman pandan.  Beberapa pengrajin tikar pandan awalnya adalah penambang batu di sekitar kawasan hutan.  Tetapi setelah menjadi pengrajin tikar, mereka tidak lagi menjadi penambang batu. Tidak berhenti disitu, Wendi juga berhasil membina para petani lokal untuk mengolah lahan yang potensial atau pun lahan yang tidur untuk ditanami dengan berbagai tanaman dengan pola tanam yang ramah lingkungan. Para petani binaan dengan berhasil menggarap lahan mereka dengan menanam aneka tanaman seperti sayur-sayuran, tebu, cabe dan terong. Petani juga menanam bibit durian dan bibit lokal lainnya. Beberapa dari petani sebelum dirangkul dan dibina, mereka adalah perambah hutan. Dengan kata lain, cara yang ditawarkan itu, pengrajin dan petani memiliki cara-cara yang ramah lingkungan dan memiliki alternatif penghasilan  berkelanjutan dan mereka tidak lagi merambah hutan yang menjadi rumah dari orangutan sebagai satwa yang sangat terancam punah. Seperti selogan yang sering dikatan Wendi, Hutan Terjaga masyarakat sejahtera.

Pada Pidatonya, Wendi, kurang lebih mengatakan, Ia sangat berterima kasih kepada Whitley Fund for Nature  atas penghargaan yang ia terima. Wendi berterima kasih kepada keluarga, keluarga besar YP/GPOCP, juga kepada masyarakat lokal, terutama para pengrajin dan petani di Kalimantan, karena bersama mereka, hutan hujan boleh hijau sebagai rumah dari habitat orangutan. Ia sangat bersemangat lagi untuk bersama dan bekerjasama dengan masyarakat lokal. Dengan adanya penghargaan tersebut, program mata pencaharian berkelanjutan yang kita jalankan memiliki misi agar bisa menyelamatkan hutan dari ancaman perkebunan dan pertambangan dan hutan bisa hijau lagi.

Seperti diketahui, Wendi merintis program mata pencarian berkelanjutan (program SL) di Yayasan Palung/GPOCP sejak tahun 2010 silam hingga saat ini dengan berbagai suka duka yang ia lalui.

Pada ajang penghargaan Whitley Award 2019 para pemenangnya adalah :

  1. Caleb Ofori-Boateng – Critical refuge for the Togo slippery frog, Ghana
  2. Nikolai Petkov – Wetlands on the brink: conserving the red-breasted goose, Bulgaria
  3. Vatosoa Rakotondrazafy – MIHARI: a civil society movement to safeguard marine resources, Madagascar
  4. José Sarasola – The Chaco eagle: a flagship for semiarid wildlife conservation, Argentina
  5. Wendi Tamariska – Protecting orangutans and rainforests through sustainable livelihoods, Indonesia (Borneo)
  6. Ilena Zanella – Strengthened sanctuary for the scalloped hammerhead shark, Costa Rica

Sedangkan Pemenang 2019 Whitley Gold Award adalah: Jon Paul Rodríguez – A range-wide plan for the yellow-shouldered parrot.

Victoria Gehrke, selaku Direktur Program Yayasan Palung, mengatakan;  Kami sangat tersanjung dan berterima kasih atas penghargaan yang diberikan kepada Manajer Program Mata Pencaharian Berkelanjutan (SL) kami Wendi Tamariska yang menerima penghargaan Whitley Fund for Nature internasional yang bergengsi sebagai pengakuan atas karyanya dalam melestarikan orangutan dan habitatnya di bentang alam hutan hujan Taman Nasional Gunung Palung. Penghargaan ini telah memberikan dukungan dan penyemangat baru yang fantastis untuk pengembangan kapasitas, pengakuan dan peluang jaringan (kemitraan). Dukungan dan bimbingan dari The Whitley Foundation akan memungkinkan Wendi dan timnya di Yayasan Palung untuk menerapkan dan mengembangkan cara-cara baru untuk Program Matapencaharian Berkelanjutan di desa-desa baru dan terpencil, sehingga meningkatkan dampak konservasi orangutan dan hutan hujan serta pengembangan masyarakat. Kami sangat bangga dengan Wendi dan timnya, juga kepada semua staf pekerja keras di Yayasan Palung. Kami akan selalu berterima kasih atas dukungan yang telah diberikan oleh donor, penyandang dana dan pendukung kami yang tidak disebutkan satu persatu yang memungkinkan semua  program kami bisa berhasil. Kami berterima kasih kepada The Whitley Award untuk penghargaan ini dan bantuan untuk dapat memperluas program sesuai dengan tujuan dan visi yang kami miliki.

Sumber berita : https://whitleyaward.org/winners/protecting-orangutans-and-rainforests-through-sustainable-livelihoods

Sumber Video :

Tulisan ini sebelumnya dimuat di Tribun Pontianak

Petrus Kanisius – Yayasan Palung

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: