Gunung Palung Orangutan Conservation Program
Keinginan masyarakat di Desa Sepotong, Kecamatan Sungai Laur untuk menjadikan hutan mereka dijadikan hutan desa tercetus Kami dari Yayasan Palung mengadakan ekspedisi pendidikan lingkungan di dua desa (desa Sepotong dan desa Kepari), tanggal 19-23 Maret 2019, kemarin.
Saat diskusi dengan masyarakat, perwakilan dari pemerintah desa di Desa Sepotong sangat tertarik dan berharap apabila hutan di desa mereka dijadikan hutan desa. Keinginan mereka tersebut bermula ketika kami menjelasan beberapa kegiatan dan program yang dilakukan oleh Yayasan Palung sekaligus ketika kami menyampaikan sosialisasi satwa dilindungi. Penjabaran dari beberapa program kegiatan Yayasan Palung diantaranya adalah pendampingan hutan desa di 5 desa yang ada di Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara tersebut menjadi ketertarikan tersendiri bagi masyarakat di Desa Sepotong juga untuk menjadikan hutan mereka menjadi hutan desa.
Beberapa hal terkait keinginan mereka menjadikan hutan mereka menjadi hutan desa diantaranya seperti; Ada sebagian besar luasan hutan di sekitar mereka (hutan yang ada di sekitar masyarakat) adalah beberapa diantaranya sudah padang ilalang yang sangat rentan terhadap kebakaran dan pernah terbakar pada beberapa tahun lalu, mereka berharap semoga dengan adanya hutan desa, wilayah tersebut bisa ditanam kembali. Selain itu, di hutan tersebut merupakan wilayah yang menjadi sumber air bersih bagi warga. Hal lainnya yang tak kalah pentingnya di sekitaran hutan milik masyarakat, dalam hal ini hutan milik desa terdapat tanam tumbuh hasil hutan bukan kayu salah satunya tanaman obat dan beberapa diantaranya tanaman asli.
Leri Valentino selaku Sekdes Desa Sepotong mengatakan, harapan masyarakat yang berkeinginan untuk menjadikan hutan mereka menjadi hutan desa tak lain sebagai upaya menyelamatkan hutan yang masih tersisa dan menjadi harapan satu-satunya di desa Sepotong. Beberapa hutan memang masih ada, tetapi sesuatu yang ditakutkan adalah hutan tidak tersisa. Leri menambahkan, jika nanti hutan mereka bisa dijadikan hutan desa maka hutan mereka otomatis terjaga dan masyarakat bisa mengolah hasil hutan bukan kayunya seperti jenis rotan dan tanaman obat.
Pino, Perangkat Desa Sepotong, tanam tumbuh seperti tanaman obat, tanaman bumbu dan tanaman asli cukup banyak di wilayah kami. Keinginan kami ingin menjadikan tanaman tersebut sebagai ikon dan menjadi potensi yang mungkin bisa dijual. Besar harapan kami agar Yayasan Palung mendampingi desa kami.
Tidak hanya hutan di wilayah itu yang menjadi potensi, kearifan lokal berupa adat istiadat juga masih terjaga di sana. Mereka (masyarakat di sana) masih menjalankan adat tradisi nenek moyang misalnya seperti tradisi gotong royong saat panen dan adat tradisi ketika sanak saudara ada yang meninggal dunia. Khusus adat orang meninggal, kebetulan saat kami melakukan ekspedisi di ada salah satu keluarga yang meninggal dunia di desa tersebut. Secara adat tradisi masyarakat di sana apabila ada masyarakat kampung yang meninggal maka di desa tersebut wajib untuk berkabung (berbelasungkawa) dan tidak melakukan aktivitas lain seperti ke ladang atau kegiatan lainnya. Masyarakat di kampung pun diwajibkan menyumbangkan apa saja yang ada. Beras, garam, micin atau pun sumbangan uang seberapa pun itu. Partisipasi masyarakat terlihat ketika ada keluarga yang berkabung dengan berbela rasa (berbelasungkawa) menyempatkan diri mereka ikut ambil bagian misalnya membantu memasak, menghadiri (melayat), membantu persiapan pemakaman tidak terkecuali menyiapkan perlengkapan, menjalankan adat istiadat kematian yang disebut bekipak dan berjaga hingga pemakaman dilakukan. Kami pun ikut berparisipasi saat prosesi adat. Setelah prosesi pemakaman barulah kegiatan yang sifatnya keramaian boleh dilakukan.
Termasuk kami melakukan rangkaian kegiatan diskusi dengan masyarakat dan melakukan pemutaran film lingkungan ke masyarakat. Hari-hari sebelumnya kami menyempatkan diri untuk berbagi informasi tentang lingkungan di sekolah ke SD Usaba Sepotong dan SDN 25 Sungai laur dengan kegiatan Puppet show (panggung boneka) bercerita tentang hutan, hutan dan satwa dilindungi. Kami juga melakukan lecture (ceramah lingkungan) terkait satwa dilindungi di SMPN 5 Sungai Laur.
Setelah semua rangkaian kegiatan di Desa Sepotong, kami melanjutkan ekspedisi ke desa Kepari pada tanggal 22 Maret 2019. Rangkaian kegiatan di Desa Kepari kami lakukan di SDN 13 dengan melakukan puppet show. Sore harinya kami melakukan diskusi masyarakat dan pada malam harinya kami melakukan pemutaran film lingkungan sebagai media kami untuk menyampaikan pendidikan lingkungan dan penyadartahuan kepada masyarakat.
Semua rangkaian kegiatan yang kami lakukan di dua desa (Sepotong dan Kepari) berjalan sesuai rencana dan mendapat sambutan baik dari pihak sekolah dan masyarakat. Keesokan harinya kami menyudahi semua rangkaian kegiatan ekspedisi dan pulang ke Ketapang.
Petrus Kanisius-Yayasan Palung