Gunung Palung Orangutan Conservation Program
Seperti terlihat, siswa-siswi SMPN 8 Ketapang sangat antusias belajar membuat pupuk kompos, Senin (4/3/2019), pekan lalu.
Pada kesempatan tersebut Yayasan Palung bersama pihak sekolah SMPN 8 Ketapang dengan mengajak siswa-siswi membuat pupuk kompos sebagai satu cara bijaksana ramah terhadap lingkungan.
Saat praktek pembuatan pupuk kompos, Asbandi dari program Suistainable Livelihood (SL) Yayasan Palung sebagai pemateri mengajak sekaligus menjelaskan kepada siswa-siswi dan kemudian mempraktikkan pembuatan pupuk kompos secara bersama-sama.
Dalam penyampaian materinya, Asbandi menjelaskan cara-cara pembuatan pupuk dan bahan-bahan apa saja yang harus disiapkan. Ada pun beberapa bahan yang harus disiapkan untuk membuat pupuk kompos antara lain adalah seperti sekam, rumput kering, daun kering, kotoran sapi, sebuk kayu, Mol EE4 dan Dekoprima.
Sebelum dicampurkan dan diaduk secara merata, rumput kering terlebih dahulu harus dicincang/dipotong halus. Apabila semua bahan-bahan tersebut telah dicampurkan dan diaduk secara merata, selanjutnya ditutup dan dibiarkan selama tujuh minggu. Setelah tujuh minggu, pupuk kompos siap untuk digunakan sebagi penyubur tanaman terutama agar tanaman yang berbunga tidak mudah gugur.
“Penggunaan pupuk sangat baik karena ramah lingkungan, selain juga bisa menghemat biaya bila dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia, juga kita bisa memanfaatkan sesuatu yang ada di sekitar kita seperti rumput, kotoran sapi serbuk kayu dan sekam menjadi sesuatu yang berguna (bermanfaat) satu diantanya adalah membuat pupuk kompos”, saat pak Asbandi menyampaikan penjelasannya kepada siswa-siswi di SMPN 8 Ketapang.
Saat membuat proses membuat pupuk kompos, terlihat satu persatu siswa-siswi bergantian mengaduk pupuk kompos hingga merata. Beberapa diantara mereka juga terlihat bekerjasama memotong rumput kering.
Setelah pupuk kompos jadi, pihak sekolah bersama siswa-siswi akan mencoba pupuk kompos di kebun sekolah mereka. Selanjutnya juga mereka akan terus membuat pupuk kompos di sekolah secara berkelanjutan.
Adapun harapan dari sekolah, dengan adanya pupuk kompos mereka bisa bertani organik di sekolah dan bisa apliksikan ke mata pelajaran. Selain itu juga, mereka (siswa-siswi) diharapkan pula bisa mandiri membuat pupuk kompos untuk kemandirian yang mudah-mudahan juga menumbuhkan kesadaran dan perilaku bijaksana untuk peduli terhadap lingkungan sekitar.
Seperti yang dikatakan oleh Mariamah Achmad dari Yayasan Palung, materi tentang lingkungan dan ramah lingkungan sangat perlu diberikn kepada siswa- siswi di sekolah termasuk membuat kompos dan yang terpenting lagi died menggunakan kantong plastik.
Ketika mengajak mereka membuat kompos, dihadiri oleh guru-guru dari sekolah dan dari tim pendidikan dan media kampanye Yayasan Palung, Mariamah Achmad, Simon dan Petrus Kanisius.
Seperti diketahui, SMPN 8 Ketapang merupakan sekolah Adiwiyata yang berkerjasama dengan Yayasan Palung.
Tulisan ini juga dimuat di Pontianak Post Cetak dan Online : https://www.pontianakpost.co.id/ajarkan-siswa-membuat-pupuk-kompos
Petrus Kanisius-Yayasan Palung